19.Bertemu

1.3K 293 36
                                    

.
.
.

"Mbokkkk!!.... Nih Edza pulang!" Teriak temen temen Edza dari arah luar.

Deg 

Mbok tersenyum lembut langsung berjalan keluar dan tentu langsung di buat syok karena melihat para bocil yang sudah tak terlihat wujudnya karena tertutupi oleh lumpur.

"Astaga nak kalian ko bisa pada kotor begini?" Pekik mbok khawatir.

"Hehe tadi kita abis main sama sepi mbok tadinya niat nya pulang cepet tapi nih Edza malah jatoh ke kubangan sepi jadi sekalian kotor kita main dulu tadi sama sepi" ucap galih menjelaskan.

Mbok mendengar si kecil terjatuh langsung memegang kedua pipi Edza lalu pindah ke pundaknya"Ade ngga papa kan nak ngga ada yang luka?" Tanya mbok dengan raut khawatir nya.

"ndaa mboo~ za nda kit nda" Edza sambil menggeleng lucu.

Mbok terkekeh mendengar suara lucu khas si kecil membuatnya terasa ingin menciumi  seluruh wajah penuh lumpur itu.

"Mbok ini mobil bagus siapa?" Tanya Arif berbinar melihat mobil berharga milyaran juta itu.

"Ehh iya tapi kok mirip-" Agus sambil menimang.

"Anak anak bapak cape nunggu loh iki ayu buruan pada balik ini sepi ne loh  makanin bunga nya mbok, nanti bis bunga mbok" ucap bapak teguh yang sedari tadi diam, menunggu dan melihat bocah bocah di sana.

"Ehh Iyah lupa ayo balik... Ade Abang pulang dulu ya nanti kita main lagi okke" ucap galih dengan senyum menenangkannya.

Edza hanya mengangguk sambil memberikan senyuman lebarnya.

"Byeee Ade...byee mbok!!" Ucap mereka sembari melambaikan tangannya. Dan tentu Edza langsung membalas lambaian tangan dari teman temanya dengan antusias sambil melompat lompat kecil.

"Mbok pulang dulu ya" ucap bapak teguh.

"Iyaa nak terimakasih sudah mau mengantarkan Edza" ucap mbok setelahnya merekapun pergi dari kediaman mbok Narti.

"Nah sekarang Ade harus mandi liat badannya ngga keliatan gini mukanya juga" ucap mbok menggeleng kan kepalanya. Mbok langsung meraih tangan mungil Edza membawanya untuk mandi melalui jalan belakang karena kaki Edza yang kotor tentu karena lumpur yang menutupi semua tubuhnya.

Edza berhenti dari jalannya mbok menyerngit heran, begitupun Laura dan Wiliam, ya mereka sedari tadi melihat interaksi Edza dan anak anak lain melalui jendela rumah mbok karena memang rumah mbok memiliki banyak jendela kayu.

Wiliam dan Laura tak berfikir bahwa ternyata bola yang tadi menggelinding adalah mainan dari rombongan teman teman bungsu mereka, dan yang membuat mereka cukup heran kenapa bungsu mereka sangat kecil dan mungil padahal jika di hitung saat mereka meninggalkan Edza berarti umur Edza sudah memasuki umur 8 tahun bukan? Dan yang mereka lihat seperti bocah yang baru berumur 4 sampai 5 tahun.

"Sayang kenapa hmm kenapa Edza berhenti nak?" Ucap mbok lembut sambil sedikit membungkuk tubuhnya agar sejajar dengan si kecil.

Edza mendongak menatap langit yang kini sudah menumpahkan rintik rintik hujan untuk membasahi bumi.

"Jan za au an-di Jan mboo"

"Ini udah sore sayang nanti saja hujan hujanan nya yah, nanti kalau hujannya berhenti kita jajan Edza mau?" Tawar mbok karena ia hanya takut Edza akan demam nanti nya jika di biarkan.

Edza menggeleng ribut sambil menghentakkan kakinya "au hujan hiks au a-in Jan mboo hiks cama Aban Ki hiks"

"Ya sudah iyaa iyaa mandi hujan iyaa tapi berhenti dulu nangis nya ya sayang" ucap mbok pasrah jika seperti ini mbok bisa apa dari pada Edza tantrum nantinya. Karena jika sudah menangis Edza akan sulit di tenangkan apalagi jika berkaitan dengan bermain atau hal hal yang ia sukai.

Baby Edzario✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang