Hallo, Gurls ... balik lagi hehe ^^
Sabtu, 26 Oktober 2024.
Kelestarian budaya setiap daerah atau suku, memang perlu dipertahankan dan dilestarikan secara turun-temurun. Jawa Tengah atau suku Jawa, salah satu suku yang memiliki beragam kebudayaan.
Suku Jawa terkenal dengan kesopanan, tata krama yang halus, serta kaya akan adat istiadat yang kuat. Sebagai penyokong lainnya, suku Jawa juga dikenal karena keramahan, gotong royong, dan keuletan dalam bekerja. Budaya Jawa memiliki banyak nilai yang menjunjung tinggi keharmonisan dalam hubungan sosial, seperti konsep 'Tepo Seliro' (tenggang rasa) dan 'rukun' (harmoni)
Bahkan, suku Jawa secara umum dikenal cenderung halus dalam mengekspresikan emosi, termasuk saat marah. Biasanya dengan cara menahan diri dan mengedepankan sikap sopan santun. Amarah sering disampaikan secara tidak langsung, melalui sindiran atau bahasa halus karena menjaga harmoni dan rasa hormat itu penting. Namun, jika amarahnya sudah meluap, mereka bisa menunjukkan kemarahan yang lebih eksplisit, tapi tetap dengan cara yang cenderung terkendali.
Candramaya terlahir dan di didik sejak kecil menjadi gadis yang rendah hati, dan ramah pada sesama. Memiliki banyak bakat, tidak membuat Candramaya haus akan pujian. Justru, gadis itu membagikan ilmu-ilmu keseniannya untuk anak-anak remaja di lingkup daerah tempat tinggalnya.
Dengan didirikannya Sanggar Tari Danurdara, membuat Candramaya semakin menggembleng dirinya untuk terus andil dalam melestarikan kebudayaan Jawa, terutama dalam lingkup seni.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, adik-adik," ucap Candramaya.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, Mbak Candra!"
"Baik, hari ini Mbak akan memberikan informasi untuk kalian. Jadi, bulan depan akan diadakan lomba tari, sehubungan dengan hal itu. Mbak Candra, akan memilih sembilan anak untuk mengikuti lomba tersebut," ujar Candramaya lembut.
"Sebelum itu, Mbak akan mengadakan seleksi. Nah, berhubung Tari Gambyong sudah sering diajarkan dan kalian juga sudah mahir, maka Tari Gambyong bukan yang akan kita bawakan."
Para anak didik Candramaya memasang raut wajah bingung. Seolah mencerna ucapan yang Candramaya lontarkan.
"Nyuwun pangapunten, Mbak. Ayu dereng paham, lajeng ingkang badhe dipunbetakaken menika tarian menapa?" tanya Ayu. [Maaf, Mbak. Ayu belum paham, lalu yang akan dibawakan itu tarian apa?]
Candramaya tersenyum. "Tari Bedhaya."
"Tapi, kita belum pernah belajar toh, Mbak. Terus bagaimana?" Kali ini Nisaka yang bertanya. Pertanyaan itu seolah mewakili anak-anak lainnya yang sedari tadi memasang wajah bingung.
"Yo, jelas bakal diajari dulu," ucap Naeswari. Gadis ayu, salah satu teman Candramaya sekaligus pelatih di Sanggar.
"Nggak mungkin toh kalo kami membiarkan kalian begitu saja. Pasti, akan diajari dulu dan nanti akan dimulai seleksinya," sambung Laksita.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDRAMAYA DANURDARA || Kisah Ing Tanah Jawa
Non-Fiction📍𝐃𝐎𝐍'𝐓 𝐏𝐋𝐀𝐆𝐈𝐀𝐑𝐈𝐙𝐄 𝐌𝐘 𝐒𝐓𝐎𝐑𝐘! #DiikutsertakanDalamEventBetterBatch2Teradiksi Dalam bakat yang dimiliki Candramaya, gadis itu berhasil membawa generasi muda untuk tetap melestarikan tari tradisional khas Jawa Tengah. Membelokkan...