° BAB 15 | HAL YANG SAMA

14 4 0
                                    

Halo, Gurls ... apa kabar? Baik? Alhamdulillah.

Senin, 11 November 2024.

Senin, 11 November 2024

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°•🦢•°°

Setelah para Mahasiswa dan Mahasiswi meninggalkan daerah tempat tinggal Candramaya. Gadis itu sering kali melamun, mengingat bagaimana mereka melakukan banyak hal dengan gurauan yang melengkapi. Bahkan, ketika kejadian kerasukan kala itu. Kejadian yang menegangkan, bahkan hampir membahayakan dirinya.

“Kangen juga sama mereka, biasanya jam-jam sekarang lagi ikut kegiatan Sanggar,” ucap Candramaya.

“Doakan wae, semoga ada kesempatan mereka ke sini lagi. Lucu pas yang laki-laki ikut latihan, kayak robot geraknya,” sahut Laksita.

“Oh iyo, Can. Kamu sadar ndak, kalo yang namanya Barra itu suka curi-curi pandang ke kamu loh,” ujar Naeswari.

Anjani menepuk pundak Naeswari. “Ih Iyo, aku lihat juga. Kayanya si Barra suka sama beliau ini.”

“Ihirr, kiw kiw cukurukuk!” Deswita menaik turunkan alisnya.

Candramaya hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku keempat temannya. Rasanya kurang percaya, mana mungkin laki-laki kota menyukai perempuan kampung, pikirnya.

Walaupun kenyataannya, dalam agama Islam rasa mengagumi itu bisa datang dari segala arah termasuk perbedaan tempat tinggal. Sejak kapan ada peraturan jika orang kota tidak diperbolehkan menyukai atau mencintai orang kampung?

Dalam data fakta, bahkan banyak laki-laki kota yang menikah dengan perempuan yang berasal dari kampung. Ada pula, laki-laki dari luar negeri banyak yang tertarik dengan perempuan Indonesia.

Tidak buta akan fakta, Candramaya memang sering melihat Barra yang terkadang tengah menatap dirinya dalam. Namun, ia tidak pernah memiliki tebakan bahwa laki-laki itu menyukainya. Kalau pun memang begitu, ia tidak akan melarangnya. Sebab, setiap manusia memiliki hak untuk mengagumi atau menyukai lawan jenis.

“Can, ngopo to kowe selalu ndak mau diajak serius?” tanya Anjani. [Ngopo to kowe : Kenapa sih kamu]

“Pernikahan itu bukan mainan. Lagi pula nikah itu di waktu yang tepat bukan cepat,” jawab Candramaya.

Betul! Jika semuanya hanya berpatokan pada kecepatan waktu, ibarat kata sedang melakukan perlombaan. Padahal, hidup itu tentang takdir yang memiliki lintasan sendiri bukan hidup yang sedang ada di arena perlombaan.

Candramaya benar-benar seperti Manggala, memiliki prinsip yang sama. Adik kakak itu, jika sudah berbicara sulit untuk dibantah karena semuanya fakta dan sedikit menampar.

CANDRAMAYA DANURDARA || Kisah Ing Tanah JawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang