° BAB 18 | KEBERANIAN?

16 3 0
                                    

Halo, Gurls ... kangen nggak? 2 hari nggak update wkwk.

Sabtu, 16 November 2024.

Sabtu, 16 November 2024

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°•🦢•°°

Menghabiskan waktu liburan di desa memang untuk sebagian orang, menjadi hal yang menyenangkan. Seperti yang dirasakan Barra dan teman-temannya. Hari ini, mereka akan diajak Manggala untuk bermain air di sekitar sungai yang lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal Candramaya. Mereka juga akan makan-makan bersama di sana, sehingga Candramaya dari rumah membawa beras, dan bahan pangan lainnya seperti sayur-sayuran, beserta bumbu-bumbu yang diperlukan.

Daripada hanya bermain air, Caraka mengusulkan sesuatu. Laki-laki itu meminta teman-temannya untuk membawa alat pancing, mereka akan bermain air sekaligus mencari ikan. Sepertinya akan seru untuk hari ini.

 Mereka semua akan menjadi ‘Bolang’ atau Bocah Petualang. Menyusuri sungai, dan mencari tempat di mana mereka akan meletakkan tas-tas dan memasak untuk makan siang mereka.

“Di sini saja, pas. Di bawah pohon, jadi ndak terlalu panas,” usul Madhava.

“Betul-betul, biar ndak tambah ireng,” ceplos Caraka. [Ireng : Hitam]

Semuanya menyetujui, meletakkan tas-tas dan perlengkapan masak di bawah pohon besar yang ada di sekitar sungai.

 Pohon besar kali ini untuk menaruh perlengkapan masak, bukan perlengkapan pesugihan. Eh? Ups, keceplosan.

Para laki-laki dimintai Manggala untuk tidak melepas pakaiannya, ia menghargai para perempuan walaupun aurat laki-laki dalam Islam ada di antara pusar dan lutut. Area yang memang wajib untuk ditutup ketika berhadapan dengan seseorang yang bukan mahram dan ketika beribadah, seperti salat.

“Mas, bantu buat api dulu, boleh?” tanya Candramaya.

“Boleh cantik!” seru para laki-laki.

“Eh? Tujuannya ke Mas Manggala loh,” ucap Candramaya tersipu malu.

“Kamu ndak ada sebut namanya. Ya sudah, kita semua juga seorang mas-mas,” jawab Caraka.

Candramaya hanya menganggukkan kepalanya. Apa yang dibilang Caraka memang betul, jadi apa lagi yang dibuat masalah. Hahaha!

Mereka akan memasak dengan metode tradisional. Sengaja tidak membawa kompor yang biasa untuk camping. Candramaya dan para perempuan mencari ranting-ranting pohon kering di sekitar sungai.

Ini akan menjadi hari yang menyenangkan. Memancing, memasak, dan makan bersama dengan suasana adem di bawah pohon dan dilengkapi suara aliran air sungai yang menenangkan.

CANDRAMAYA DANURDARA || Kisah Ing Tanah JawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang