° BAB 16 | HEALING COY

20 4 0
                                    

Halo, Gurls^^

Selasa, 12 November 2024.

Selasa, 12 November 2024

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°•🦢•°°

Titik kumpul seperti biasa di rumah Candramaya. Mereka berangkat menggunakan mobil pickup yang sudah mereka sewa. Mereka memilih untuk menggunakan mobil itu karena ingin lebih leluasa melihat pemandangan saat mereka lewati, dan keseruan saat perjalanan pasti lebih nyata. Kebetulan mobil tersebut sudah dipasangi atap terpal dan bagian samping terpasang besi-besi agar bisa untuk menyender dan agar lebih tertutup.

“Sudah ada di mobil semua?” tanya Manggala.

Sampun, Mas!” seru mereka. [Sudah, Mas]

“Weh, aku durung munggah. Ojo ditinggal!” teriak Caraka berlari dari arah kanan. [Aku belum naik, jangan ditinggal]

Oalah, arek iki. Ayo, naik,” titah Manggala. [Oalah, anak ini]

Napas Caraka terengah-engah, entah dari mana anak itu pergi. Seingat yang lain, laki-laki itu sudah berkumpul bersama mereka. Memang unik! Tiba-tiba saja menghilang, tiba-tiba muncul.

Sang supir mulai menyalakan mesin mobilnya. Akhirnya perjalanan dimulai.

“Dari mana, Cak?” tanya Atreya.

“Perasaan tadi ada, kok yo tiba-tiba menghilang,” timpal Madhava.

Caraka masih mengatur napasnya sebelum menjawab. “Anu, topiku jatuh. Yo wes, tak cari dulu hehe.

Pukulan manja mendarat di lengan Caraka. Laki-laki itu seolah mendrama bahwa sesuatu yang baru saja ia dapatkan adalah sesuatu yang sangat menyakitkan.

“Aduh-aduh, sakit sekali aduh,” ucap Caraka dramatis.

“Hop, Mas. Lebay,” celetuk Candramaya.

“Alay,” timpal Anjani.

“Lembek,” lanjut Laksita.

“Letoy,” sahut Naeswari.

“Gemulai,” sanggah Deswita.

Para laki-laki hanya menahan tawa melihat ekspresi Caraka. Ucapan dari kelima perempuan itu berhasil membuat laki-laki bertubuh kekar itu terdiam, dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan.

Hahaha, kena skakmat,” sindir Danar. Tawa yang lain ikut melengkapi perjalanan itu.

Ndak loh, Dek. Bercanda, ndak mungkin Mas Caraka ini lembek, gemulai, alay, lebay apalagi letoy. Kuat ini kuat!” Caraka menunjukkan ototnya.

“Lagian begitu, kena pukul sedikit responsnya berlebihan,” tutur Candramaya.

“Sudah-sudah, katanya mau menikmati perjalanan. Tapi, malah ribut terus hm,” sahut Manggala.

CANDRAMAYA DANURDARA || Kisah Ing Tanah JawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang