° BAB 06 | GAGAL KEMBALI

39 19 5
                                    

Hallo, Gurls ... hehe.

Selasa, 29 Oktober 2024.

Langit cerah dengan sedikit awan sebagai pelengkap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Langit cerah dengan sedikit awan sebagai pelengkap. Matahari bersinar, dengan sinar yang lembut dan tidak terlalu menyengat kulit. Udara sejuk terasa nyaman, semilir angin yang sesekali bertiup memberikan rasa tenang. Bayangan pepohonan bergoyang pelan, dan suasananya terasa adem.

Siang hari bagaikan sebuah jeda lembut dalam alur waktu, ketika matahari menggantung anggun di langit tanpa berusaha mendominasi. Semua terasa melambat, seolah dunia bersekongkol memberi ruang bagi siapa pun yang tengah menghirup ketenangan ini untuk menemukan kedamaian yang sulit dijangkau pada lain waktu.

“Sulit, gimana cara bujuknya?” tanya Barra.

“Gue sama Ahsan bakal temui mbak Candra lagi, intinya lo tenang aja. Kita nggak akan pindah-pindah tempat lagi, gue bakal bantu sebisa gue,” ucap Abian.

Barra terlihat putus asa, mengacak rambutnya disusul embusan nafas yang memang mengisyaratkan rasa lelah.

“San, ayo pergi,” ajak Abian.

“Gas. Gue kasih peringatan ke lo, Cal. Kalo gue sama Abian berhasil buat bujuk, lo jangan sampai berulah lagi!” Ahsan ikut merasa lelah menghadapi tingkah Callie.

Ahsan dan Abian pergi dengan perasaan penuh keyakinan, mereka berharap bujuk rayu yang akan diusahakan kembali dengan hasil yang memuaskan.

Rasa penat telah bersarang, keluhan pun turut melengkapi setiap harinya. Beberapa daerah telah mereka kunjungi, dan semua hasilnya nihil. Hanya karena ucapan kurang berbobot dari satu perempuan penggila kemewahan dan haus akan pujian.

“Cal, gue mohon sama lo. Jaga ucapan lo, gue juga capek,” ucap Elfesya.

“Gue juga nggak mau mengulang terus-menerus, Cal,” sambung Belva.

“Iya, gue minta maaf. Gue janji nggak akan mengulang hal itu lagi,” jawab Callie.

°°•🦢•°°

Candramaya terlihat tengah berkelana tanpa arah, seolah menyingkirkan kenyataan yang terjadi di sekitar. Menatap kosong ke arah depan, pertanyaan-pertanyaan seolah menari-nari menuntut sebuah jawaban.

“Dek,” panggil Manggala.

Tidak ada respons sedikit pun dari gadis itu. Manggala semakin bertanya-tanya apa yang sedang terjadi dengan salah satu perempuan yang ia sayangi selain ibunya.

CANDRAMAYA DANURDARA || Kisah Ing Tanah JawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang