° BAB 04 | APA YANG ADA, PERTAHANKAN!

42 23 10
                                    

Hallo, Gurls ... kembali lagi^^

Minggu, 27 Oktober 2024.

Fajar mulai menyingsing, cahaya lembut matahari perlahan menembus kabut pagi, menghadirkan kehangatan baru yang menyapa alam dengan tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fajar mulai menyingsing, cahaya lembut matahari perlahan menembus kabut pagi, menghadirkan kehangatan baru yang menyapa alam dengan tenang.

 Candramaya bersiap untuk pergi ke Sanggar, karena hari ini jadwal mereka untuk melatih tari Bedhaya sesuai apa yang sudah mereka rencanakan. Dari lubuk hatinya, gadis itu menginginkan yang terbaik untuk perlombaan yang akan mereka ikuti.

“Bu, Candra pamit ke Sanggar, nggih,” pamit Candramaya.

“Sarapan dulu, baru pergi. Ayo, jangan dibiasakan ndak makan pagi, lambungmu loh kasihan,” tutur Bu Asih.

Candramaya mengangguk, ia tidak bisa membantah sedikit pun ucapan ibunya.

“Mas, sudah bangun, Bu?” tanya Candramaya.

“Belum, coba dilihat.”

Candramaya melenggang ke arah kamar Manggala, mengetuk pintu perlahan dan memanggil kakaknya berulang kali. Namun, sang penghuni kamar tak kunjung membuka pintunya. Mau tidak mau, Candramaya membuka knop pintu tersebut.

“Mas,” ucap Candramaya pelan.

Benar saja, laki-laki itu masih bersembunyi di balik selimutnya.

“Mas, bangun. Ayo, sarapan dulu.”

Manggala menggeliat, sesekali mengucek matanya. Candramaya menggelengkan kepalanya, melihat Manggala yang enggan untuk membuka matanya.

“Bu! Mas nggak mau bangun!” teriak Candramaya.

“Dek ih, iya-iya ini bangun. Mas capek loh, semalam habis latihan, pulang malam juga. Pagi-pagi malah dapat teriakan,” ucap Manggala.

Candramaya berkancah pinggang. “Siapa yang suruh pulang malam? Nggak ada ‘kan?”

Manggala menarik hidung adiknya, gemas. Laki-laki itu berjanji untuk terus menjaga adik semata wayangnya, ia tidak akan membiarkan orang lain menyakiti adiknya. Dan pun, akan selalu menjaga keluarga kecil itu agar selalu dalam lingkup kebahagiaan.

“Ya sudah, ayo sarapan sayangku, manisku, adikku,” ucap Manggala lembut.

“Ih geli.” Candramaya melengos dan keluar dari kamar kakaknya.

°°•🦢•°°

Setelah sarapan pagi bersama keluarganya, Candramaya sudah sampai di Sanggar. Ia langsung mempersiapkan apa saja yang akan digunakan dalam pelatihan tari Bedhaya.

“Assalamu’alaikum,” ucap Laksita.

“Wa’alaikumussalam,” jawab Candramaya.

Loh, kok sendiri? Naeswari sama Anjani di mana?”

CANDRAMAYA DANURDARA || Kisah Ing Tanah JawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang