Halo, Gurls ... besok terakhir bab yang dipublish yak^^
Minggu, 17 November 2024.
°°•🦢•°°
Rutinitas kembali seperti semula, Candramaya kembali mengajar anak-anak Sanggar setelah beberapa kesempatan anak-anak diliburkan. Jika terlalu lama berlibur, Candramaya khawatir anak-anak akan malas untuk berlatih kembali. Oleh karena itu, semua anak-anak hari ini akan kembali melakukan kegiatan yang ada di Sanggar.
Tidak tahu mengapa, Candramaya meminta anak-anak untuk membawa Al-Quran sekaligus mukena sendiri-sendiri. Rencananya mereka akan melakukan salat berjamaah di ruangan khusus untuk beribadah, dan Al-Quran untuk mengaji.
“Jika kebudayaan dijunjung tinggi, maka keagamaan harus lebih tinggi.”
Tari Gambyong dan Tari Bedhaya berhasil anak-anak kuasai, hari ini Candramaya akan memberikan pelatihan mengenai Tari Serimpi.
Sama seperti kedua Tari sebelumnya. Tari Serimpi adalah tarian klasik khas dari Jawa Tengah, yang berasal dari lingkungan Keraton Yogyakarta dan Surakarta. Tarian yang satu ini memiliki nilai sakral dan sering dipentaskan dalam acara-acara adat atau kenegaraan.
Tari Serimpi memiliki ciri khas seperti gerakan yang halus dan anggun, memiliki filosofis sebagai simbol keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan, bisa dualitas seperti baik-buruk atau laki-laki-perempuan. Tari Serimpi dalam pola penyajian, biasanya ditarikan oleh empat orang penari perempuan, sebab dalam bahasa Jawa ‘Serimpi’ berarti ‘empat.'
Kostum yang digunakan masih khas Jawa seperti Kain batik, Kebaya atau Kemben, Selendang (Sampur) Aksesoris kepala, Perhiasan dan Makeup pun diperlukan. Untuk iringan musiknya masih seputar Gamelan Jawa, seperti Gendhing atau Kendhang. Alunannya yang berhasil memperkuat suasana magis dan sakral.
Tarian yang awalnya hanya dipertunjukkan di Keraton. Seiring berjalannya waktu, tarian ini juga dikenal di luar Keraton sebagai warisan budaya Jawa.
Candramaya berdiri di depan. “Baik, untuk hari ini yang kita pelajari adalah Tari Serimpi. Berhubung Tari Gambyong dan Tari Bedhaya sudah kalian kuasai, kita akan beranjak ke tarian yang lain. Tetapi, yang lalu jangan sampai tidak hafal kembali. Nggih nopo mboten?” [Nggih nopo mboten : Iya atau Tidak]
“Nggih, Mbak!” seru anak-anak.
“Remen sanget, saged sinau kathah babagan tari-tarian Jawa Tengah,” ucap Nadin. [Sangat senang, bisa belajar banyak tentang tarian-tarian Jawa Tengah]
“Mboten usah khawatir, taksih kathah tari-tarian sanesipun,” jawab Candramaya tersenyum. [Tidak usah khawatir, masih banyak tarian-tarian yang lainnya]
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDRAMAYA DANURDARA || Kisah Ing Tanah Jawa
Non-Fiction📍𝐃𝐎𝐍'𝐓 𝐏𝐋𝐀𝐆𝐈𝐀𝐑𝐈𝐙𝐄 𝐌𝐘 𝐒𝐓𝐎𝐑𝐘! #DiikutsertakanDalamEventBetterBatch2Teradiksi Dalam bakat yang dimiliki Candramaya, gadis itu berhasil membawa generasi muda untuk tetap melestarikan tari tradisional khas Jawa Tengah. Membelokkan...