Hantu-hantu datang dari waktu yang belum terjadi padaku,
kerap lukiskan ranah tempat peristiwa dalam mimpi-mimpi yang kudapat
saat mata terpejam setengah terjaga dalam lena.
Tidak diminta tersaji dalam macam bentuk mungkan-mungkin akibat jika.
Kepalaku penuh hantu-hantu waktu yang gugur tidak kejadian,
seringkali kusyukuri seraya pujikan mereka Para Anulir Bencana.
Ular besar itu sudah mulai berlilit pada pohon-pohon pekarangan,
mata kuning hijaunya mencorong menanti,
nantikan salah langkah manusia.
Abdi abadi si Mata Tiga sungguhlah ia.
Belakangan mimpi tiga waktu punyaku makin sedikit,
sering berujung pada satu perkara saja.
Yang berikan mual muak akibat ruap aroma karat besi yang tak hilang-hilang.
Hantu-hantu telah berkumpul,
jadi satu bahu membahu.
Sebab telah mereka sepakati,
raja mereka ambil tempat pada singgasana.
Mimpi-mimpiku kemudian menipis,
seakan takut mereka hantu-hantu terintai.
Sial tetap bagiku,
ular besar masih nanap mencorong.
Sambil terus menguar bau karat muak.
Banjir besar yang akan tiba tidaklah seperti yang pernah diingat.
Merah pekat warna masa sekarang.
Dengan banyak manusia tidak keberatan.
*****
PM 19:59
21.10.2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Fruits & Seeds
RandomKumpulan puisi -juga, cerita pendek -bahkan mikro, yang tercecer di Sweek dan gwp.co.id. Cocok untuk readers yang tidak suka dengan works lain saya yang punya bab gemuk-gemuk. cover frame from pinthemAll. @sayapwaktu