[P I L O T] GRAND ROYAL || 2

65 8 3
                                    


Demi apapun, ini tidak penting. David kesal bukan kepalang. Ia punya rencana menonton konser band pujaan dari Swedia. Ia juga sudah janjian dengan beberapa temannya untuk menggelar The After Party setelah pagelaran selesai di kediaman keluarganya yang di Nyangnyang. Pamer-pamer sedikit tak apalah, siapa tahu vokalisnya yang cantik itu bisa dikesankan. karena –katanya, gadis itu cukup sulit didekati. Tapi apa daya, kakaknya menelepon dan mengultimatum agar ia kembali seketika kalau tidak mau kelakuan bolos sekolahnya sampai ke telinga Mama.

Aduh! Kalau Papa sih masih aman, sering bisa memahaminya. Mama? Kiamat! Terakhir kali dia kena detensi Nyonya Sumanagara adalah gara-gara ketahuan bikin pesta dadakan kala esoknya hari Penilaian Akhir Semester dimulai. Alhasil, semua fasilitas ditarik sebulan. Hanya disisakan Paul –supir sekaligus penjaganya, bersama mobil bekas Mama waktu muda. Kurang tragis, David hanya dibekali sekeping e-card yang limitnya tipis. Limit yang sisa kembaliannya cuma cukup untuk sekali ngopi kalau dipakai beli emas segram! Belum cukup menyiksa, dengan limit segitu, ia yang harus isi bensin sendiri dan menanggung pengeluaran harian si Paul. Ampun Mama!

David sudah pasti kalau Sarah biang keladinya sampai Abang bisa tahu dia tidak masuk sekolah beberapa hari ini. Tapi, sekarang ia jadi kesal karena tidak percaya Abang marah-marah akibat ia dengar dari Sarah dirinya bikin masalah besar. Hei! David tidak merasa sudah bikin masalah. Sudahlah lelah, sudahlah dongkol karena rencana senang-senangnya disabotase Sarah, David merasa amarahnya sudah siap meledak saat Sarah tiba di apartemen Abang dan menyodorkan paksa sepucuk surat. Rahang David mengeras dan sekilas ia mendelik pada Abang karena selalu berpihak pada Sarah. Apa yang Sarah kategorikan masalah besar itu ternyata sepucuk surat. David sudah hafal betul apa artinya. Lima bulan ini ketenangan hidupnya memang terusik. Terusik karena tiba-tiba si Penulis Surat yang disodorkan Sarah ini selalu membayangi hari-harinya.

"Gue bilang juga lo harusnya dari awal nemuin dia dan bilang enggak!" rongrong Sarah dengan mata membesar.

David melempar surat itu sembarangan, menahan diri untuk marah. Apa-apaan Sarah, mengacau rencananya lagi-lagi untuk urusan Jacqueline yang sejak lima bulan lalu mendadak aneh dan bertingkah bak fanatik gila. Mengiriminya pesan di semua aplikasi setiap hari, menyuratinya, menuturkan perasaan senangnya kala David santun padanya, mengiriminya hadiah. David tidak berteman dengan Jacqueline tapi ia tahu gadis itu sejak kecil. Satu kelas Dasar Piano Klasik saat TK. Bagi David, tidak mungkin gadis yang pendiam dan sopan itu tiba-tiba jatuh cinta padanya sampai rela mempermalukan diri sendiri sejak awal ia dan Sarah resmi jadi anak didik Grand Royal. Menurut David, kalau memang suka, Jacqueline bisa memilih mendatangi David langsung di rumah.

Itu pikiran David memang. Masuk akal. Masalahnya David tidak pernah jatuh cinta sejauh ini buat memahami hal-hal absurd macam itu. Kalau Sarah jelas bisa mengerti mengapa Jacqueline tidak mendatangi rumah mereka. Karena si Tolol David tidak sampai kepikiran kalau mana mungkin gadis itu bisa bertemu David kalau rumah mereka yang jaraknya 100 meter dari gerbang yang mengelilingi rumah! Dengan penjaga yang kalau mengkonfirmasi kedatangan tamu tanpa janji temu bisa sampai lima belas menit gara-gara telepon sana sini dari asisten satu ke asisten lainnya! Juga kehadiran Mama Papa di rumah yang bikin sungkan meski belum tentu akan bertatap muka! Untuk Jacqueline yang kalem pemalu dan tertutup, itu adalah hal yang sudah pasti mengerikan. David Tolol mana mau memahami kalau orang-orang itu sifatnya tidak seperti dia yang kepedean, sesuka hati, semau-maunya, sedikit-sedikit marah, sedikit-sedikit tak paham mengapa ada orang yang tidak seperti dirinya atau orang-orang di sekitarnya. David Tolol tidak seperti Abang yang dari dulu pengertian.

"Lo hutang banyak kali ini, Nona! Kapan lo berhenti ribut tentang ini?" ketus David marah.

Sarah mendelik, mengambil surat itu dari lantai dan menyodorkan lagi ke depan hidung David dengan kasar, "Baca!" perintahnya.

Fruits & SeedsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang