" tutup mulut mu sialan,aku bersekutu dengan mu bukan untuk membunuh anak itu biadab" nafas seruni memburu dada nya naik turun emosi nya bersatu antara khawatir dan marah tentu nya.
Tangan sedikit keriput itu menarik kerah laki laki di depan nya dengan kencang,gigi nya berbunyi saling bergesekan.
Tangan renta itu sedikit mengendorkan cengkraman nya,ia memang ingin nyx berada di tangan tapi bukan bearti gadis itu harus mati.
Seorang bermarga atreyu tidak di perbolehkan meneteskan darah akibat serangan musuh yang berhak melukai nya adalah sesama orang bermarga atreyu itu peraturan tetap.
Tidak ada yang boleh melanggar.
Seruni menarik napas dalam-dalam, mengatur kembali emosi yang membakar dadanya. Tangan renta yang tadi mencengkeram kerah Raymond mulai bergetar, bukan karena lemah, melainkan karena kemarahan yang tertahan. Matanya yang penuh amarah menatap langsung ke dalam mata Raymond, memaksa laki-laki itu untuk mengakui dosa-dosanya. Seruni tidak pernah bermaksud membiarkan Nyx mati, apalagi di tangan seorang seperti Raymond.
“Kau tak pernah mengerti aturan, ya?” suara Seruni bergetar, hampir seperti bisikan tajam yang menusuk ke dalam kegelapan ruangan. “Seorang bermarga Atreyu tidak boleh meneteskan darah akibat serangan musuh. Nyx, takdirnya lebih besar dari yang kau bayangkan. Dan hanya mereka yang membawa nama Atreyu yang punya hak untuk melukainya.”
Raymond tersenyum sinis, meski tubuhnya masih sedikit gemetar setelah dihantam oleh Seruni. "Peraturan kuno itu tak akan menyelamatkan gadis itu dari apa yang akan terjadi padanya. Kau tahu sama baiknya seperti aku, Seruni. Nyx adalah kartu as, tapi juga ancaman terbesar. Jika dia menyadari kekuatannya, dia akan menghancurkanmu, menghancurkan kita semua."
Seruni menggelengkan kepala perlahan, tetap tidak melepaskan tatapannya. "Kau tidak tahu apa-apa tentang kekuatan sebenarnya. Nyx bukan ancaman untuk ku di pion ku yang terkuat,dan jangan lupa aku adalah nyonya mu."
Raymond tertawa kecil, suara tawanya dingin dan penuh kebencian. "Nyonya ? Nyonya tidak bisa melawan kekuatan yang ada di dunia ini, Seruni. Kau terlalu buta oleh ambisi lamamu. Gadis itu harus dilenyapkan sebelum dia menjadi lebih berbahaya."
Dengan satu gerakan cepat, Seruni menampar wajah Raymond, membuat lelaki itu terdiam. "Aku bersekutu denganmu bukan untuk membunuh Nyx, sialan! Kau lupa siapa yang memegang kendali di sini? Aku bisa menghancurkanmu kapan saja jika aku mau. Tapi aku butuhmu... untuk hal lain."
Raymond mengusap pipinya yang perih, masih berusaha mempertahankan senyumnya yang licik. "Oh? Dan apa yang membuatmu berpikir aku masih berguna?"
Seruni menyipitkan matanya. "Karena hanya kau yang bisa memastikan Nyx tidak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik layar. Kau akan terus berperan sebagai gurunya, menghasut Hera, mengatur segalanya agar tampak seperti kebetulan. Tapi ingat ini baik-baik, Raymond—kau tidak boleh menyentuh Nyx. Sedikit pun."
Raymond mengangguk setengah hati, masih tersenyum penuh tipu muslihat. Tapi di balik senyumnya, ia tahu Seruni tak main-main. Wanita tua itu, meskipun tubuhnya renta, masih memiliki kekuasaan dan pengaruh yang menakutkan di keluarga Atreyu. Seruni telah hidup lebih lama dari yang bisa Raymond bayangkan, dan masih memiliki cengkeraman kuat atas garis keturunan keluarganya.
---
Sementara itu, jauh dari percakapan penuh ketegangan antara Seruni dan Raymond, Vildes berdiri di sudut sebuah ruangan gelap, mendengarkan setiap kata yang terucap dengan rahang yang mengeras. Semua yang ia duga ternyata benar. Raymond—guru pendatang yang selama ini diam-diam memanipulasi Hera—adalah dalang di balik rencana jahat ini.
Kemarahan Vildes membuncah. Setiap detik yang berlalu membuatnya semakin sulit untuk menahan diri. Nyx hampir terbunuh karena Raymond, dan sekarang dia tahu bahwa Seruni pun terlibat dalam permainan licik ini. Tapi Vildes tetap diam, menunggu saat yang tepat untuk bertindak.
Vildes bukan orang yang langsung menghantam seperti kale atau vermouth.
Dia lebih menyukai bermain dengan kasar namun berencana.
Ketika akhirnya percakapan berhenti, Vildes keluar dari tempat persembunyiannya. Di bawah cahaya remang-remang lampu di lorong, dia tahu waktunya telah tiba. Tanpa ragu, dia berjalan cepat menuju ruang tempat Raymond berada. Setiap langkah yang diambilnya terasa seperti dentuman palu di dalam pikirannya—detik-detik menuju kehancuran bagi Raymond.
Pintu terbuka dengan suara gemuruh, membuat Raymond terkejut. Mata Vildes berkilat seperti bara api, penuh dengan kebencian yang sudah tak bisa lagi ditahan.
“Kau seharusnya tidak menyentuh Nyx,” suara Vildes penuh kemarahan, meski masih terkontrol. “Tapi kau sudah melangkah terlalu jauh, Raymond.”
Raymond mundur sedikit, menyadari bahwa kali ini dia benar-benar dalam masalah. “Aku hanya mengikuti perintah Seruni,dan bukan kah kau yang ada di balik kematian Anna hanya untuk apa Vildes hanya untuk mantan kekasih mu itu nyx kau hanya ingin nyx kembali ke pelukan mu iya kan jangan munafik,"jawabnya cepat, mencoba mencari jalan keluar.
“kau benar,” Vildes berbisik tajam. “Kau menikmati permainan ini. Kau merencanakan semuanya dengan licik. Kau tahu Nyx penting, dan kau hampir membunuhnya.”
Vildes mengangkat tangan, memukul Raymond dengan kekuatan penuh hingga pria itu terjatuh ke lantai, darah mengalir dari hidungnya. "Kau sudah menyentuh hal yang tak bisa kau kendalikan, dan sekarang kau akan membayar harganya."
Raymond tersungkur di lantai, terbatuk darah, tapi dia masih bisa tersenyum samar. “Membunuhku tidak akan menghentikan apa yang sudah dimulai, Vildes.”
Vildes meraih kerah Raymond, mengangkatnya hingga wajah mereka berhadapan. “Aku tidak peduli dengan permainanmu, Raymond. Yang aku pedulikan hanyalah Nyx . Jika kau berani menyentuh mereka lagi, aku sendiri yang akan mengakhiri hidupmu. Ini bukan ancaman, tapi janji."
Raymond tersenyum, darah masih menetes dari bibirnya. "Kau pikir ini hanya tentang Nyx? Kau terlalu bodoh, Vildes. Seruni dan aku... kami lebih besar dari itu. Dan kau? Kau hanya seorang bidak di permainan besar ini."
Vildes menghempaskan Raymond ke lantai dengan penuh kebencian. “Kita lihat siapa yang akan tertawa terakhir, Raymond.”
Vildes berbalik dan meninggalkan ruangan itu dengan langkah tegas, amarahnya belum sepenuhnya reda. Di dalam hati, dia tahu bahwa ini belum selesai. Raymond hanyalah awal dari rencana gelap yang lebih besar, dan Nyx, tanpa menyadarinya, telah menjadi pusat dari segalanya.
Namun, Vildes bersumpah, selama dia masih hidup, dia tidak akan membiarkan Nyx terjebak dalam kekacauan ini. Pertarungan ini baru saja dimulai, dan kegelapan yang menanti di depan mungkin lebih menakutkan daripada yang bisa ia bayangkan.
________
" Buka mulut mu " nyx hanya diam ia menatap anvil dengan pandangan aneh,apakah mereka sudah gila.
" Julurkan lidah mu"
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAMA [ TAMAT ]
Fantasy" damn !! Are you crazy nyx kalau gw jadi lo udah gw bunuh demonic itu sialan sampah " dengan kesal gadis cantik itu keluar dari situs komik online dengan perasaan menggebu ia menghisap tembakau itu. Athena Nike oramos nama nya gadis cantik yang say...