Ngeluhnya nanti aja, masih ada yang
lebih cape tapi hidupnya penuh syukur
~Not MePagi buta yang kebanyakan manusia masih menutup matanya sempurna tapi Aqraina baru saja menyelesaikan sholat subuh dirumahnya dengan khusyuk. Aqraina slalu teringat dengan perkataan Aksa yang slalu mengatakan sesulit apapun jalan kehidupan tapi yang namanya kewajiban jangan sampai ditinggalkan. Pria itu memang beda keyakinan dengan Aqraina namun toleransi yang dimilikinya itu sangat besar.
Aqraina kembali melihat ponselnya disaat sudah selesai membuat sarapan sendiri didapur kotor bersama Bi Inah, sekarang tepat pukul 07.31 yang mana Reza akan segera berangkat untuk balapan.
drtt.. drtt..
Benar saja ponsel Aqraina berbunyi dan menunjukkan nama Reza di sana.
''Morning Rain, emm gue mau berangkat.''
''Udah belajar?''
''Nanti pulang balapan kan bisa, sekarang yang penting do'ain gue menang.''
''Aku mau kamu tetep inget kalo sekolah tetep jadi yang utama.''
Reza tersenyum dari sebrang sana, ''Rain gue balapan kayak gini buat apa kalo bukan buat sekolah.''
''Yaudah nanti gue kabarin kalo udah selesai.''
''Hm,'' Reza mematikan telfonnya dan Aqraina yang berjalan kembali menuju meja belajarnya.
Reza berniat ingin segera ke tempat lokasi balapan mengingat semua sudah ia persiapkan dari motor yang sebisa mungkin dibengkel untuk melihat apa yang kurang dan kelapangan hatinya jika menang tidak berpihak, namun sejauh ini Reza slalu menang padahal tidak ada sedikitpun tentang kesukaan Reza di sana, ia melakukannya demi mendapatkan uang.
''Za kemungkinan untuk beberapa minggu ke depan balapan bakal jarang,'' ujar Toni, pria itu yang awal mula mengajak Reza untuk balapan karena menghasilkan uang.
Reza melepas helmnya, ''Gue masih kerja dibengkel semoga aja cukup,'' Reza menepuk pelan pundak Toni.
Toni dengan Reza memang sudah sangat akrab sampai-sampai sangat mengerti bahwa Reza itu membutuhkan uang untuk biaya hidup. Reza pun tidak pernah malu untuk menceritakan kisahnya yang pelik karena Reza pikir bisa dari sana dirinya akan mendapatkan banyak pekerjaan untuk seusianya.
''Gue bakal bantu cari, bengkel doang kecil apalagi sekolah lo sama adek lo itu mahal.''
''Yauda masuk, di sana udah ada Marcel sama Rony sementara itu gue urusin yang lain dulu,'' ujar Toni pamit.
Reza bukan seperti pria remaja pada umumnya yang memang gemar melakukan balapan dan memimpin sebuah geng motor. Pria itu hanya sedang bekerja keras untuk menghidupi dengan melakukan berbagai cara dari yang bisa sampai yang tidak bisa ia lakukan.
Lawan sudah menatapnya sengit dari kejauhan, Reza tahu bahwa banyak yang tidak suka dengannya hanya karena sering meraih kemenangan sedangkan tidak ada kesempatan sedikitpun untuk mereka. Jelas Reza menang untuk uang dan mereka menang hanya untuk sebuah gaya yang pantas dipamerkan bahwa ia jago dalam balapan.
''Gue nggak akan kasih tempat buat dia menang,'' ujar seorang pria remaja yang ternyata pemimpin dari sebuah geng motor dan terkenal di sepanjang kota Jakarta.
''Toni udah ngomong sama lo?'' tanya Rony soal balapan yang sepertinya akan jarang diadakan lagi.
Reza hanya mengangguk, pandangannya tak pasti dan pikiran yang kalut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Me [REVISI]
Teen FictionSeorang gadis cantik yang mengidap penyakit bipolar disorder, akibat keadaan keluarga dan bullying dari teman-teman sekolahnya. Baginya bertahan hidup jauh lebih sulit, di bandingkan dengan membuat luka baru pada dirinya. ''Luka yang mereka goreskan...