Aku memaafkan sebagian luka
agar bahagia yang datang dapat
aku rasakan.~Author Not Me
''Alamatnya benar, kamu tunggu sini,'' Randra segera turun dari mobil dan kembali menutup pintu mobil.
Ia benarkan jas nya dan berjalan dengan penuh karisma dan kegagahan. Belum sampai pintu utama namun seorang pria paruh baya datang menghampiri kelihatan dari raut wajahnya yang kebingungan.
''Bapak cari apa?''
Randra tersenyum dan kembali melihat sebuah kertas ditangannya, segera Randra berikan kepada bapak yang bertanya barusan.
''Benar ini alamat bapak?''
Si bapak hanya mengangguk dikepalanya masih penuh tanda tanya, ada perlu apa orang seperti Randra yang sangat terlihat rapih datang menanyakan sebuah alamat.
''Untuk apa anda mencari saya? kita pernah bertemu sebelumnya? maaf ya saya sudah tua jadi mudah lupa.''
Belum sempat menjawab kedatangan Ayunda memotong pembicaraan keduanya. Terlihat senyum bapak yang terukir melihat kepulangan putrinya dengan Ayunda yang sudah lebih dulu menyalami tangan bapak. Melihat kehadiran seseorang yang asing walaupun ragu tapi Ayunda juga menyalami tangannya.
Ayunda teringat ajaran bapak bahwa dengan siapapun kita harus tetap sopan santun dan memiliki etika yang baik. Terutama untuk seseorang yang lebih tua dari kita, tidak perlu melihat bagaimana responnya yang terpenting sikap sopan sudah tertanam dalam dirinya.
''Ayunda masuk dulu pak,'' ujarnya.
Randra terdiam beberapa saat dengan pandangannya yang terus mengarah untuk Ayunda sehingga bapak yang sadar segera membuyarkan lamunannya.
''Pak, masuk dulu kita bicara di dalam,'' ujar bapak Kristo tersenyum ramah.
''Lain waktu saya akan kembali,'' Randra tersenyum dan hanya mengatakan itu sebelum kembali memasuki mobilnya.
Setelah masuk ke dalam mobil tangan Gina langsung menyentuh lengannya yang ternyata wajah Gina sudah dipenuhi dengan air mata. Randra yang tak tega segera memeluk istrinya memberi ketenangan, sebenarnya pun Randra rapuh tapi ia harus terlihat kuat demi Gina. Ia genggam kuat tangan Gina yang dingin seolah menyalurkan kekuatan.
''Seragamnya sama dengan Marcel mas,'' lirih Gina.
''Kita bakal tau nanti, sekarang kamu yang kuat hapus air mata kamu kita pulang ya,'' balas Randra menarik nafasnya pelan.
Mereka kembali pulang dan berniat melanjutkan masalah ini nanti, petang semakin terlihat dan sudah dipastikan jika Marcel sudah berada dirumah. Randra tidak mau Marcel mengetahui apa yang sedang dilakukannya karena untuk mengatakan hal ini juga Randra rasa belum saatnya. Masih banyak waktu dan pertimbangan lagipula semuanya pun belum pasti. Randra baik Gina tidak bisa begitu saja mengumpulkan bukti karena kehilangan itu sudah bertahun-tahun, tidak yakin jika putri mereka masih ada disekitarnya.
''Marcel kamu sudah pulang nak?'' ujar Randra setelah mengucapkan salam disaat memasuki rumahnya.
''Udah pah,'' balas Marcel. Ternyata anak itu sedang berada didapur meracik kopi kesukaannya untuk menemani dikamar nanti.
Gina yang sudah sangat terlihat lelah seolah habis semua energinya itu memilih untuk segera masuk ke dalam kamar. Biarlah Randra yang mengurus Marcel dalam artian menanyakan bagaimana anak itu disekolah, apa saja kesulitannya disaat mengerjakan ujian tadi. Memang Randra dan Gina sangat terlihat siap dalam mengurus anak sampai memperhatikan hal terkecil, sehingga jadilah Marcel yang tumbuh menjadi pria baik penuh perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Me [REVISI]
Teen FictionSeorang gadis cantik yang mengidap penyakit bipolar disorder, akibat keadaan keluarga dan bullying dari teman-teman sekolahnya. Baginya bertahan hidup jauh lebih sulit, di bandingkan dengan membuat luka baru pada dirinya. ''Luka yang mereka goreskan...