Chapter 15

135 34 3
                                    

Dua bulan telah berlalu sejak pernikahan Hema, Ansel, dan Juan. Kini, mereka telah kembali aktif berkuliah, sama seperti sebulan yang lalu. Namun, meskipun waktu telah berlalu, ada perbedaan yang mencolok dalam hubungan masing-masing. Ansel dan Juan terlihat semakin mesra dengan pasangan mereka, Matteo dan Damian. Mereka terang-terangan memperlihatkan kedekatan yang hangat, tanpa ragu menunjukkan kasih sayang satu sama lain, baik di depan teman-teman maupun di publik. Tak ada yang diberitakan soal pernikahan mereka, tetapi siapapun yang melihat betapa lengketnya Ansel dengan Matteo atau Juan dengan Damian, akan langsung menyadari bahwa hubungan mereka bukan lagi sebatas teman biasa.

Di sisi lain, hubungan Hema dan Jevran terlihat berbeda. Meski Jevran sudah tidak sedingin dulu dan lebih terbuka, jarak di antara mereka masih terasa. Seperti ada dinding tak kasat mata yang menghalangi kedekatan mereka. Meskipun interaksi mereka semakin lancar, jauh di dalam hati Hema, ia tahu bahwa hubungan mereka belum juga berkembang menjadi lebih romantis layaknya pasangan suami istri. Setiap kali ia melihat kemesraan Ansel dan Matteo atau Juan dan Damian, hatinya selalu menggelitik dengan rasa iri yang tak bisa ia ungkapkan.

Suatu sore, Hema, Ansel, Juan, dan Denis memutuskan untuk bertemu di sebuah kafe kecil yang tidak jauh dari kampus mereka. Kafe ini memang sering menjadi tempat favorit mereka untuk bersantai setelah jam kuliah usai.

"Halo para nyonya Atmadja!" Suara Denis yang penuh keceriaan terdengar dari arah pintu masuk. Dengan langkah ringan, ia berjalan menghampiri meja mereka, senyum lebar menghiasi wajahnya.

Juan hanya mendesah malas, seakan sudah terbiasa dengan keriangan sahabatnya yang satu itu. "Habis ngedate lagi, ya, Lo?" tanyanya, tanpa mengalihkan pandangan dari secangkir kopi di depannya.

Denis hanya tertawa kecil mendengar pertanyaan itu, namun ia tak menyangkal. "Iya, habis nganter makan siang buat Ardo dulu," jawabnya santai sambil menarik kursi di sebelah Juan dan duduk di sana.

"Ada apa sih sebenarnya? Katanya Lo sama Ansel mau ngomong sesuatu?" tanya Denis langsung, tanpa basa-basi. Tangannya refleks menyambar sepotong kentang goreng dari piring milik Hema dan menyuapkannya ke mulut. Ia memang selalu penasaran, terutama ketika kedua sahabatnya mengajak bertemu dengan nada misterius seperti ini.

Hema, yang duduk di seberang Denis, ikut mengangguk setuju. Ia juga merasa heran, bahkan meski ia tinggal serumah dengan Ansel dan Juan, mereka tidak pernah memberi bocoran apa yang ingin mereka bicarakan. "Iya, sebenernya kalian mau ngomong apa sih? Kok kayak rahasia banget."

Ansel dan Juan saling bertukar pandang sebelum tertawa kecil. Mereka sepertinya menikmati melihat kebingungan di wajah Hema dan Denis.

"Sabar dong," sahut Juan sambil mencari sesuatu di dalam tasnya. Senyumnya tetap tergantung di wajah, menambah kesan misterius yang membuat Denis dan Hema semakin penasaran.

Sambil menunggu, Denis memperhatikan Ansel yang sedang menyantap sepotong tiramisu. "Eh, sejak kapan Lo suka tiramisu, Sel? Bukannya dulu Lo enggak suka sama sekali?" Denis mengerutkan kening, ingat betul bahwa Ansel biasanya menghindari makanan yang terlalu manis.

Ansel tertawa kecil dan mengangguk. "Dari dua minggu yang lalu," jawabnya santai, lalu menyuap lagi tiramisu itu dengan nikmat. Perubahan selera makannya memang cukup drastis belakangan ini, dan Hema tidak bisa tidak memperhatikan.

"Lo gak tahu yang lebih aneh? Juan juga sekarang jadi rewel sama bau-bauan," tambah Hema sambil tertawa kecil, melirik Juan yang tampak sedikit canggung. "Kemarin dia muntah waktu gue pakai parfum yang biasanya dia suka."

Mendengar cerita Hema, Denis hanya bisa mengerutkan dahi, bingung sekaligus tertawa kecil. "Aneh juga ya, tumben-tumbenan."

Namun sebelum mereka bisa melanjutkan pembicaraan, Juan sudah selesai mencari-cari sesuatu di dalam tasnya. Dengan gerakan hati-hati, ia meletakkan sebuah kotak kecil berwarna merah di atas meja, tepat di tengah-tengah mereka.

From Eyes to Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang