3. Tawaran pekerjaan

402 56 10
                                    

Tawaran pekerjaan bersama anak ibu kosan cukup membuat Anggi gelisah semalaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tawaran pekerjaan bersama anak ibu kosan cukup membuat Anggi gelisah semalaman. Dia tidak menemukan alasan untuk menolak, sejujurnya di situasi ini, Anggi sangat butuh pekerjaan apa pun akan ia terima asalkan halal. Satu-satunya kegelisahan Anggi adalah dia tidak enak merepotkan Imas terus-terusan.

Niatan pulang kampung dan membangun usaha pun belum ia pikirkan secara matang. Tentu Anggi tidak mau uang yang ia sisihkan selama ini berakhir tidak sukses, untuk orang sepertinya kegagalan tidak boleh terjadi, dia dikejar oleh waktu dan tanggung jawab.

Merasa buntu untuk menentukan jalan seorang diri, Anggi memutuskan untuk menyerahkan semua kepada Sang Pencipta. Tengah malam kemarin, ia sengaja memasang alarm untuk membangunkannya dan menjalankan ibadah guna meminta petunjuk.

Dan jawabannya adalah perempuan itu kini sedang duduk di ruangan yang katanya tempat pemilik coffee shop itu berada. Anggi tidak tahu pasti karena laki-laki itu belum datang meski sudah terlambat setengah jam dari yang dikabarkan Imas.

Benar, Anggi memutuskan untuk mencoba melamar pekerjaan di coffee shop milik anak Imas. Hatinya lebih condong ke sana dan ia merasa yakin ini pilihan tepat. Jika pulang, Anggi harus menceritakan masalah sebenarnya, dia tidak mau membohongi keluarganya, tetapi jika jujur, mereka pasti akan khawatir.

Semoga saja anak ibu kosan yang sering diceritakan padanya itu tidak semenyebalkan seperti kisah-kisah yang ibunya sendiri bagikan. Kalaupun iya, Anggi tidak masalah, dia telah khatam hidup berdampingan dengan orang yang membuatnya makan hati setiap hari saat di dapur. Selama dia bisa mendapatkan uang dengan halal, Anggi sanggup menahannya.

Derit pintu terdengar, Anggi spontan menoleh ke belakang. Dia kira laki-laki itu datang, ternyata sosok yang menyambut dan mempersilakannya masuk tadi saat datang menyembulkan kepala dari sana.

"Kak, maaf saya lupa tanya tadi, Kakaknya mau minum apa ya?" tanya laki-laki memakai apron hitam itu.

Anggi melirik gelas air putih di meja. "Makasih, ini aja udah cukup kok."

"Serius, Kak? Bapak tadi pesen sama saya soalnya, kalau Kakak dateng disuruh masuk ke ruangan, terus dibuatin minuman sama snack. Cuma saya buru-buru, jadi kelupaan. Atau Kakak mau lihat menu-menunya di bawah? Bapak juga udah dateng barusan, tapi masih pesen kopi di bawah. Paling bentar lagi ke sini."

"Saya masih kenyang, tadi udah sarapan, hehe. Makasih ya."

Pegawai yang tidak Anggi ketahui namanya itu pun akhirnya mengangguk paham, lalu pergi.

Jantung Anggi berdegup kencang mengetahui fakta tersebut. Padahal dia telah menunggu laki-laki itu datang, tetapi kenapa sekarang ia cemas. Rasanya ingin mengulur waktu.

Anggi terus-menerus menelan ludah, membasahi tenggorokan yang terasa kering. Dingin ruangan terasa semakin menggigil tatkala ia dilanda kegugupan.

Suara pintu terbuka kembali terdengar. Kali ini, Anggi tidak menoleh. Namun, dia bisa menjelaskan dari aroma maskulin menusuk indra penciumannya itu adalah seseorang yang ia tunggu.

You Deserve to Be LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang