1. Dapur dan drama

397 33 9
                                    

Bekerja di bagian dapur memerlukan mental yang kuat dan tahan banting

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bekerja di bagian dapur memerlukan mental yang kuat dan tahan banting. Tekanan dari berbagai arah, tidak boleh membuyarkan fokus seorang koki menghidangkan masakan terbaiknya untuk pelanggan.

Bagi Anggi, setiap bahan makanan yang ia olah sangat berharga. Sebisa mungkin dia tidak mau menyia-nyiakannya dengan kegagalan. Anggi sangat perfeksionis jika menyangkut hidangannya yang membuat ia jarang mendapat kritikan dari kepala koki. Bahkan terkenal sebagai anak emas karena kedekatan mereka.

Terhitung tujuh tahun berjalan Anggi menjadi salah satu koki di restoran dengan family style, yang selalu ramai pengunjung di akhir pekan. Perjalanan karier Anggi tidak mulus seperti jalan tol. Hanya berbekal ijazah tamatan sekolah tata boga dengan nol koneksi, Anggi memulainya sebagai steward.

Hanggia Rashmi dengan semangat juang di perantauan untuk menghidupi kedua adiknya. Anak pertama yang terpaksa menanggung beban menjadi tulang punggung sejak ia tamat sekolah. Sejak saat itu mimpi Anggi hanya satu, agar adik-adiknya memiliki kehidupan layak, tak seperti dirinya.

Biarlah tanggung jawab itu ia pikul seorang diri. Berdiri berjam-jam, mengangkat bahan berat atau hawa panas di dapur, semua terasa sebanding dengan gaji yang didapat. Menepis rasa lelah dan bosan dengan pekerjan monoton, yang sering membuat Anggi menangis di toilet restoran. Semuanya ia tahan, karena beban di dapur, tidak seberat beban yang ia hadapi jika tidak memiliki pekerjaan.

Ya. Begitulah, perasaan Anggi. Ia yakin, setiap pekerjaan pasti memiliki suka dan dukanya masing-masing. Awal merantau, dia kesulitan mencari kerja. Maka dari itu, dia tidak bisa seenak jidat mencari pekerjaan lain. Anggi selalu berusaha sangat keras meningkatkan kinerjanya agar tidak mengecewakan restoran yang pertama kali menerimanya. Sebesar rasa lelah Anggi, sebesar itu pula rasa syukurnya.

Hal tersebut yang menjadi alasan Anggi bersemangat berdiri di depan kuali. Saat ini sedang akhir pekan, restoran sangat ramai, tentu suasana dapur pun bertensi tinggi. Namun, Anggi tetap tenang, dia dikenal jarang sekali marah. Marahnya Anggi hanya saat makanannya tidak sengaja dirusak. Itu pun, tidak semenyeramkan koki lain yang sampai mengeluarkan sumpah serapah.

Anggi bergelud dengan menu yang telah ia masak ribuan kali rasanya, dia telah hafal di luar kepala untuk memasak hidangan ini pun bisa dengan memejamkan mata. Semua hampir berjalan dengan sempurna dengan cara kerja Anggi yang rapih dan cekatan.

Di tengah kegiatan Anggi menggoyangkan makanannya di kuali. Tiba-tiba ada dorongan kencang hingga Anggi refleks melepas pegangannya pada kuali dan ia limbung tersungkur di lantai. Belum sempat Anggi mengangkat kepalanya, serangan kembali ia rasakan, jelas rambutnya ditarik kencang sekarang.

Semua terjadi begitu cepat sampai Anggi kebingungan, termasuk para anggota dapur di sana yang sama diamnya hanya melihat.

"Dasar Pelakor! Mati lo, Setan!" teriak perempuan yang suaranya tidak asing di telinga Anggi. "Jadi cewek jangan kegatelan sama suami orang!"

You Deserve to Be LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang