Seperti bunga yang menemukan cara untuk mekar bahkan di celah-celah beton, kehadiran Azra telah membawa perubahan yang tak terduga dalam hidup Reynada. Ruang kosong yang ditinggalkan suaranya perlahan terisi oleh hal-hal baru: kertas-kertas penuh coretan lirik, melodi yang mengalir dari jemari Azra, dan mimpi-mimpi yang mulai berani ia rajut kembali.
Di kamarnya yang dulu dipenuhi piala-piala lomba menyanyi yang kini hanya mengumpulkan debu, Reynada mulai menempelkan kertas-kertas baru di dinding. Kali ini bukan sertifikat atau foto-foto di atas panggung, melainkan lirik-lirik lagu yang ia tulis dengan tangannya sendiri—setiap kata merupakan bisikan hatinya yang tak lagi bisa bersuara. Azra duduk di sampingnya berjam-jam, menterjemahkan goresan pena Reynada menjadi petikan gitar, mengubah kesedihan menjadi melodi yang menggetarkan jiwa.
"Kadang gue merasa lebih mengenal lo lewat lagu-lagu yang lo tulis sekarang dibanding waktu lo masih bisa nyanyi," Azra menggerakkan tangannya suatu malam, saat mereka sedang mengerjakan lagu baru di beranda rumah Reynada. Langit malam dipenuhi bintang, seolah alam semesta juga ingin menyaksikan kelahiran karya mereka.
Reynada menatapnya dengan mata berkaca-kaca, jemarinya bergerak membentuk kata-kata: "Dulu aku bernyanyi untuk menunjukkan suaraku pada dunia. Sekarang aku menulis untuk menunjukkan hatiku padamu."
Mereka mulai merencanakan proyek musik yang ambisius—sebuah album penuh berisi lagu-lagu yang menceritakan perjalanan Reynada dari kegelapan menuju cahaya. Setiap lagu adalah kepingan puzzle dari kisahnya: tentang kehilangan, tentang rasa sakit, tentang penerimaan, dan tentang cinta yang datang tanpa suara tapi penuh makna. Azra akan menjadi suaranya, tapi bukan sekadar penyanyi—ia adalah jembatan yang menghubungkan dunia dengan cerita Reynada.
"Lo tau gak?" tangan Azra bergerak lembut suatu sore, saat mereka sedang menyelesaikan lagu terakhir untuk album mereka. "Dulu gue pikir musik itu cuma tentang suara yang indah. Tapi lo ngajarin gue kalau musik yang paling dalam justru datang dari jiwa yang paling sunyi."
Reynada tersenyum mendengarnya, senyum yang kini lebih sering muncul di wajahnya. Meski masih ada hari-hari dimana ia terbangun dengan pipi basah oleh air mata, merindukan suaranya yang hilang, atau hari-hari dimana tatapan iba orang-orang terasa terlalu berat untuk ditanggung, ia tidak lagi merasa tersesat. Ada Azra yang selalu ada di sampingnya, dengan gitar di tangan dan cinta di mata, siap menerjemahkan setiap isyarat tangannya menjadi melodi yang menyentuh hati.
Kehilangan suaranya dulu terasa seperti akhir dunia, tapi kini Reynada memahami bahwa kadang kita harus kehilangan sesuatu untuk menemukan hal yang lebih berharga. Dalam kasusnya, kehilangan suara membawanya pada cinta yang tak memerlukan kata-kata—cinta yang berbicara lewat isyarat tangan yang canggung, lewat melodi gitar di malam-malam sunyi, dan lewat tatapan mata yang selalu menemukan cara untuk mengerti.
Bersama Azra, Reynada menemukan definisi baru tentang musik dan cinta. Musik tidak harus selalu tentang nada yang terucap, sama seperti cinta tidak harus selalu tentang kata-kata yang terucap. Kadang, seperti lagu-lagu mereka, cinta adalah tentang dua jiwa yang menemukan bahasa mereka sendiri—bahasa yang lebih dalam dari sekadar suara, lebih kuat dari sekadar kata-kata.
Dan di sinilah mereka sekarang, di awal yang baru itu. Dengan setumpuk lirik yang menunggu untuk dinyanyikan, dengan mimpi-mimpi yang menunggu untuk diwujudkan, dan dengan cinta yang terus tumbuh dalam keheningan yang telah mereka jadikan rumah bersama.
--------------------------------------------------------------------------------
Awal yang Baru
Di antara tumpukan kertas penuh lirik
Dan petikan gitar yang mengalun lembut
Kutemukan suaraku dalam diamku
Dan cintamu dalam setiap nadanyaDulu kupikir kehilangan adalah akhir
Tapi kau tunjukkan padaku—
Bahwa kadang kita harus kehilangan
Untuk menemukan yang lebih berartiKini musikku mengalir tanpa suara
Dalam tulisan tangan dan isyarat jari
Dan cintamu menerjemahkannya
Menjadi melodi paling indahIni bukan lagi tentang apa yang hilang
Tapi tentang apa yang kita temukan:
Cinta yang berbicara tanpa kata
Dan musik yang bernyanyi dari hati
KAMU SEDANG MEMBACA
PUISI Untuk Cintaku [ PFML ]
Romance[ Poem for my love ] Suara yang selama ini menjadi jiwaku, menghilang saat aku sedang bernyanyi. Seperti dunia runtuh, segala usaha yang telah kutempuh sirna begitu saja. Kini, aku berbicara melalui jari, dalam kesepian yang mencekam. Ibuku meningga...