Jari-jari Reynada bergetar saat ia menekan tombol "publish" di laptop-nya. Lagu pertama mereka, "Menerjang Senyap", kini sudah tersedia di semua platform digital. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba meredam debaran jantungnya yang menggila.
Di sampingnya, Azra tersenyum lebar. "Ini dia, Rey. Karya kita yang pertama." Ia merangkul pundak sahabatnya itu dengan bangga.
Reynada mengetik di ponselnya: "Aku masih nggak nyangka kita bisa sampai di sini. Rasanya semua mimpi."
"Bukan mimpi, Rey. Ini kenyataan. Hasil kerja keras kita," ujar Azra meyakinkan. "Sekarang kita tinggal duduk manis dan liat reaksi orang-orang."
Tidak sampai satu jam, notifikasi di ponsel Reynada mulai berdatangan. Komentar demi komentar membanjiri unggahan mereka di Spotify dan Instagram.
"Wow, liriknya dalam banget. Aku bisa ngerasain perjuangan lo." "Suara Azra pas banget buat nyanyiin lagu ini. Emosional banget!" "Please keep making music like this. The world needs more artists with a story to tell."
Air mata Reynada menetes tanpa ia sadari. Selama ini, ia selalu merasa bahwa kehilangan suaranya telah merenggut semua mimpinya. Namun, kini ia sadar bahwa justru dalam keheningan itu, ia menemukan cara baru untuk menyuarakan isi hatinya.
"Lihat, Rey?" Azra menepuk pundaknya pelan. "Lo berhasil. Lo nggak cuma bikin lagu, tapi lo juga nyentuh hati orang-orang."
Reynada mengangguk, tangannya bergerak lincah di atas layar ponsel. "Ini semua karena lo, Za. Lo yang selalu percaya sama aku bahkan saat aku sendiri nggak yakin."
"Hei, kita tim kan?" Azra tertawa kecil. "Kamu nulis, aku nyanyi. Perfect match."
Mereka berpelukan erat. Dalam dekapan sahabatnya itu, Reynada bisa merasakan beban yang selama ini menghimpit perlahan terangkat. Ia tidak lagi merasa sendiri dalam perjuangannya. Ada Azra, ada komunitas musik yang menerimanya, dan kini ada juga para pendengar yang tersentuh oleh karya mereka.
Malam itu, Reynada duduk di depan laptopnya, membaca ulang semua komentar yang masuk. Senyumnya mengembang saat melihat betapa banyak orang yang mengaku terinspirasi oleh kisahnya. Ada yang bilang lagu itu membantu mereka menghadapi kehilangan, ada yang merasa tidak sendirian dalam memperjuangkan impian, ada pula yang mencurahkan cerita perjuangan hidup mereka sendiri.
Di notes kecilnya, Reynada menulis: "Aku mungkin tak lagi bisa bernyanyi, tapi kini aku tahu bahwa suaraku masih ada. Tersembunyi dalam setiap ketukan tuts, dalam setiap baris lirik yang kutulis. Dan selama masih ada yang mau mendengarkan, selama masih ada yang tersentuh, maka suaraku takkan pernah benar-benar hilang."
Reynada memandang keluar jendela, ke langit malam yang dihiasi bintang-bintang. Untuk pertama kalinya sejak kecelakaan itu, ia merasa benar-benar yakin akan masa depannya. Mimpi-mimpinya mungkin telah berubah bentuk, tapi kini ia tahu bahwa ia masih memiliki begitu banyak hal untuk diucapkan. Hanya caranya saja yang berbeda.
Dengan semangat baru, Reynada kembali mengetik, mencatat ide-ide untuk lagu selanjutnya. Dalam diamnya, ia menemukan suara yang lebih kuat dari sebelumnya - suara yang tak lagi terbatas pada vokal belaka, tapi pada kemampuannya untuk menyentuh hati orang lewat karya seni.
"Tunggu aja, dunia," gumamnya penuh tekad. "Aku baru saja mulai."
KAMU SEDANG MEMBACA
PUISI Untuk Cintaku [ PFML ]
Romance[ Poem for my love ] Suara yang selama ini menjadi jiwaku, menghilang saat aku sedang bernyanyi. Seperti dunia runtuh, segala usaha yang telah kutempuh sirna begitu saja. Kini, aku berbicara melalui jari, dalam kesepian yang mencekam. Ibuku meningga...