Part 09|Devan Izin Pergi

20 11 1
                                    

Mobil pak Wijaya dan motor Kairo pun sudah sampai didepan rumah sakit, pak wijaya fikir rumah sakitnya jauh rupanya dekat dan tidak ada yang tahu jika rumah sakit itu milik pak Wijaya. Jadi teman Kairo dirawat disini dirumah sakit pribadinya.

Semua dokter, suster dan stap medis lainnya menyapa pak Wijaya dengan hormat karena pemilik rumah sakit baru saja datang, sedangkan Kairo dan keyra tengah bingung kenapa semua orang disini menunduk hormat pada pak wijaya, apakah ada hubungannya atau bagaimana ah nanti akan Kairo tanyakan secara pribadi.

Ketiga orang itu sudah sampai diruang inap devan lagi-lagi pak wijaya terkejut karena mengenali seseorang didepannya, dan satu pemuda tengah berbaring dengan mata terpejam mungkin tidur atau bagaimana pak wijaya belum mengetahuinya.

"Loh pak davi." Pak wijaya menunjuk pada ayah devan.

"Pak wijaya." Ayah devan berjabat tangan lalu berpelukan.

"Sudah lama kita tidak bertemu dan berkumpul." Pak wijaya tak menyangka.

"Ah benar sekali, saya sudah memiliki kesibukan jadi maafkan saya jika tidak memiliki waktu." Ayah devan meminta maaf.

"Tidak masalah, oh ya anak tampan ini apakah anakmu?" Tanya pak wijaya dengan menunjukkan pada devan.

"Iya dia anakku." Wajah ayah devan berubah menjadi sedih.

Sedangkan diruangan itu semua orang sangat bingung termasuk kairo ternyata bosnya ini saling mengenal satu sama lain. pak wijaya memahami kebingungan Kairo pun segera menjelaskan apa yang sebenarnya agar kairo atau yang lainnya tidak pemasaran.

"Jadi gini pak davi teman saya sekaligus partner bisnis, lalu rumah sakit ini milik saya juga suatu kebanggan saya menerima pasien dari anak teman baik saya ini." Pak wijaya menjelaskan.

"Oh begitu, sebenarnya kai mau nanyain ini sih tadi eh bapak malah ngasih tau duluan." Kairo tersenyum.

"Jadi kairo kerja sama pak wijaya toh." Pak davi bertanya.

"Iya yah Kai kerja sama pak wijaya sama keyra juga." Kairo menganggukkan kepalanya.

"Saya titip Kairo ya pak soalnya setelah ini saya akan pergi ke luar negri untuk pengobatan devan lebih lanjutnya." Pak davi menitipkan Kairo pada pak wijaya.

"Loh kenapa dibawa keluar negri apakah dokter disini tidak memberikan perawatan yang bagus, biar nanti saya kasih tau mereka agar bekerja lebih giat." Pak wijaya terkejut rasanya tidak enak.

"Tidak bukan begitu saya bersyukur menemukan para dokter disini yang sudah merawat devan dan saya membawa devan hanya ingin kesembuhan yang total saja." Pak davi langsung menjelaskan.

"Baiklah kalau begitu kabari jika perlu bantuan." Pak wijaya memahami temannya.

Disaat mereka sedang mengobrol devan sudah kembali sadar beruntung keadaan pemuda itu tidak kritis seperti sebelumnya dan hal itu yang membuat mereka mengucapkan syukur, kairo yang melihat kondisi temannya sangat sedih karena sosok devan yang ceria penuh senyuman kini terbaring lemah.

"Kai." Panggil devan dengan suara pelan.

"Iya dev gue disini mau apa hem, harus ya? " Tanya Kairo beruntun.

UMMA bukan IBU PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang