Setelah konferensi pers yang mengungkapkan hubungan mereka, Jennie dan Lisa merasa lebih dekat dari sebelumnya. Meski banyak yang meragukan hubungan mereka, keduanya sepakat untuk fokus pada satu sama lain dan tidak membiarkan dunia luar memengaruhi cinta yang mereka miliki.
Malam itu, setelah melewati hari yang melelahkan, mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu di apartemen Jennie. Suasana terasa nyaman dengan lampu remang-remang dan musik lembut yang mengalun di latar belakang. Jennie memasak makanan sederhana, sementara Lisa membantu dengan menyiapkan meja. Tawa dan canda mengisi ruangan, menciptakan momen-momen berharga yang semakin memperkuat ikatan di antara mereka.
Setelah makan malam, mereka duduk bersebelahan di sofa, saling berbagi cerita tentang impian dan harapan mereka. Jennie menatap Lisa, merasakan ketulusan dalam mata wanita yang telah membuat hidupnya berwarna. Dalam momen yang tenang itu, suasana terasa semakin intim.
Lisa, yang merasakan ketegangan dalam udara, perlahan mendekatkan wajahnya ke arah Jennie. "Aku tahu kita baru saja mulai, tetapi aku merasa seperti kita sudah melewati banyak hal bersama," katanya dengan lembut. "Kau adalah orang yang membuatku merasa hidup."
Jennie tersenyum, hatinya berdebar-debar. "Aku juga merasa seperti itu. Denganmu, aku bisa menjadi diriku sendiri tanpa rasa takut. Kita bisa menghadapi apa pun bersama-sama," ujarnya sambil menatap dalam mata Lisa.
Mereka berdua mendekat, merasakan dorongan untuk saling memahami lebih dalam. Lisa meraih tangan Jennie dan menggenggamnya erat. "Apa kau siap untuk mengambil langkah selanjutnya dalam hubungan kita?" tanyanya, suaranya rendah dan penuh harap.
Jennie merasakan getaran dalam dirinya, jantungnya berdebar kencang. "Aku siap, Lisa. Aku percaya pada kita," jawabnya penuh keyakinan. Dengan jawaban itu, Lisa mendekatkan wajahnya, dan ciuman pertama mereka menjadi semakin dalam dan penuh gairah.
Ciuman itu membawa mereka pada suatu pengalaman yang tak terlukiskan. Mereka merasakan kehangatan yang menyelimuti tubuh mereka, dan seolah-olah dunia di sekitar mereka menghilang. Tangan Lisa perlahan menyentuh pipi Lisa, mengelusnya dengan lembut, sementara tangan Jennie menjelajahi leher Lisa.
Momen itu terasa magis. Jennie merasakan angin yang lembut dari jendela yang terbuka, mengingatkannya pada kebebasan dan cinta yang kini mengelilinginya. Lisa menurunkan tangannya ke pinggang Jennie, menariknya lebih dekat, sehingga mereka saling merasakan kehangatan satu sama lain.
Mereka berdua akhirnya terpisah sejenak, saling menatap dengan napas yang sedikit terengah-engah. "Jennie, kau tahu apa yang aku rasakan, bukan?" Lisa bertanya dengan lembut.
"Ya, aku tahu. Dan aku merasakannya juga," jawab Jennie sambil tersenyum, matanya berbinar. Keduanya menyadari bahwa hubungan mereka bukan sekadar cinta remaja biasa, tetapi sesuatu yang lebih dalam dan lebih intim.
Malam itu, mereka berbagi lebih dari sekadar ciuman. Mereka berbagi impian, rasa saling percaya, dan keinginan untuk saling mendukung. Lisa merangkul Jennie lebih erat, dan mereka tertawa bersama sebelum berbaring di sofa, saling berpelukan dengan nyaman.
Saat bintang-bintang bersinar di langit malam, mereka tahu bahwa perjalanan cinta mereka baru saja dimulai. Keduanya siap menghadapi semua tantangan yang ada, berkomitmen untuk menjaga keintiman dan cinta yang telah mereka bangun dengan begitu indah.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saat Cinta Menyapa
FantasyDi tengah gemerlapnya dunia hiburan, Jennie Kim adalah seorang idol aktris yang tengah berada di puncak kariernya. Dengan ketenaran yang melambung, dia dikelilingi oleh sorotan media dan penggemar yang tak pernah berhenti. Meskipun kehidupannya terl...