Bab 26 Keputusan Suilt

5 1 0
                                    

Setelah menerima berita tentang penambahan jadwal syuting, Jennie merasa terjepit antara mimpinya dan hubungannya dengan Lisa. Ia tidak bisa berhenti memikirkan betapa pentingnya kesempatan ini untuk karirnya, tetapi di sisi lain, rasa bersalah mulai menghantui pikirannya apakah ia bersedia mengambil risiko untuk hubungan yang telah mereka bangun?

Hari itu, Jennie duduk di ruang tunggu studio, dikelilingi oleh para kru dan aktor lainnya yang sibuk mempersiapkan syuting. Meskipun semangatnya tinggi, hatinya terasa berat. Dia tahu bahwa keputusan yang diambil dalam beberapa hari ke depan akan berdampak besar pada masa depannya dan Lisa.

Sementara itu, Lisa juga merasakan dampak dari berita tersebut. Ia berusaha untuk tetap positif dan mendukung keputusan Jennie, tetapi saat ia melihatnya semakin jauh dari jangkauannya, rasa cemasnya semakin membesar. Lisa menghabiskan waktu di kafe tempat mereka biasa bertemu, berharap bisa mendapatkan inspirasi tentang apa yang seharusnya dikatakan kepada Jennie.

"Aku tidak bisa kehilanganmu, Jennie. Tidak seperti ini," gumamnya pada dirinya sendiri.

Setelah syuting selesai, Jennie mengajak Lisa untuk makan malam. "Aku ingin kita berbicara tentang semuanya," ucap Jennie, merasa sedikit cemas.

Mereka duduk di meja yang biasanya menjadi tempat mereka berbagi cerita. Lisa memesan hidangan kesukaan mereka, tetapi suasana terasa berbeda. Jennie bisa merasakan ketegangan di antara mereka.

"Lisa, aku ingin tahu pendapatmu tentang penambahan jadwal syuting ini. Ini adalah kesempatan yang sangat besar," kata Jennie, mencoba terdengar tenang meskipun hatinya berdebar.

Lisa mengangguk, tetapi ia menahan napas. "Aku mengerti bahwa ini penting untuk kariermu, Jennie. Tetapi... apakah kita akan baik-baik saja? Apakah kau akan memiliki waktu untuk kita?"

Jennie menggigit bibirnya. "Aku tidak ingin kehilanganmu. Tetapi ini mungkin hanya kesempatan sekali seumur hidup."

"Dan jika kau memilih untuk melanjutkan ini, apa artinya bagi kita?" tanya Lisa, suaranya sedikit bergetar.

"Lisa, aku... aku tidak ingin mengorbankan kita. Tetapi jika aku melewatkan ini, aku juga tidak ingin menyesal di kemudian hari. Aku butuh waktu untuk berpikir," jawab Jennie, air mata mulai menggenang di matanya.

Lisa merasa hatinya hancur. Dia tidak ingin menahan Jennie untuk mengejar mimpinya, tetapi dia juga tidak ingin menjadi orang yang hanya berdiri di belakang, menunggu untuk diingat.

"Aku hanya ingin yang terbaik untukmu, Jennie. Tapi aku juga ingin kita. Jadi, apa pun keputusanmu, aku akan mendukungmu," katanya dengan tegas, meskipun hatinya terasa berat.

Malam itu, Jennie kembali ke apartemennya dengan pikiran yang penuh. Dia berdiri di depan jendela, memandang ke luar, melihat lampu-lampu kota yang berkilauan. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa apa pun yang dipilihnya akan membawa konsekuensi.

Keesokan harinya, ia mendapatkan telepon dari manajernya yang menegaskan bahwa syuting akan dimulai lebih cepat dari yang dijadwalkan. Dia harus memberikan jawaban akhir dalam waktu singkat.

Dengan perasaan campur aduk, Jennie akhirnya memutuskan untuk berbicara dengan Lisa tentang keputusan yang harus diambil. Dia ingin mengakhiri kebimbangan ini dan menemukan jalan terbaik bagi mereka berdua.

tbc.

Saat Cinta MenyapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang