15. Pulang.

11.6K 691 59
                                    

👋🏻👋🏻👋🏻

Sebelum baca jangan lupa vote ya lapet, kek apa kali lah kalo misalnya yg baca ada seratus orang tapi yg vote cuma sebiji, itupun pasti aku sendiri yg vote🥰💔

Slamet membaca😇

Aldo menyodorkan handphone nya kepada Keva yang hanya duduk diam diatas ranjang menahan perih kala lukanya itu diobati oleh seorang dokter laki-laki tampan yang disuruh Aldo untuk datang. Keva mendongak.

"Hp mu."

Keva menerimanya dengan pelan. "Gue mau sekolah lagi." pinta Keva sesekali meringis ketika lukanya itu dijahit.

"Besok. Nanti malam aku antar pulang."

Aku akuan ges. Baikan kah kelen? Atau memang si Dodo yang udah make topeng nya lagi?

Keva hanya menatap laki-laki itu sebentar dan kembali beralih menatap lukanya yang akan diperban.

"Emang bisa sekolah kayak gitu kakinya?"

"Halah ulah lo juga."

"Kamu duluan."

"Tai. Bodo amat, pokoknya besok gue mau sekolah."

Dokter suruhannya Aldo itu menghela nafasnya ketika melihat kedua remaja itu yang tengah cekcok kecil-kecilan. "Udah selesai. Coba berdiri pelan-pelan, mampu gak."

Keva menurut. Berdiri sih bisa, tapi kalo jalan ya agak lamban. "Bisa ini mah. Tengkyu feri mas dok."

Dokter itu menyunggingkan senyumnya dan beralih menatap Aldo yang hanya berdiri diam. "Itu pala mu? Gak mau aku bersihin?"

Kenapa kelihatannya akrab banget? Karena dokter suruhan itu tak lain dan tak bukan adalah abangnya Aldo sendiri. Albenio Javier Hatma, anak pertama dari keluarga tersebut.

"Biarin. Udah aku bersihin pake air."

"Heuluh, aku doain infeksi, terus dimutilasi tu kepala biar ilang kepala kamu. Amin dah. Aminin dek aminin." celetuk Alben, Keva yang disuruh ya ngucap amin-amin aja.

Sedikit informasi, Alben ini memang seorang dokter, sifatnya memang ramah dan baik. Gak kayak Aldo dia mah. Beda banget mereka. Alben juga tau kalo Aldo hampir seminggu ini jarang dirumah karena adiknya memang berada dimansion miliknya sendiri bersama seseorang. Namun dia tak tau apa yang terjadi dengan kaki pasiennya alias si Keva ini, karena saat ditelpon Aldo dan untuk datang kesini, Aldo cuma nyuruh ngobatin aja langsung, nanti jelasinnya. Alben pun memberi resep obat untuk diminum pemuda itu.

"Do," Alben mengkode sesuatu kepada Aldo untuk keluar dari kamar.

Aldo beralih menatap Keva. "Tunggu disini sebentar." Keva hanya mengangguk dan membaringkan tubuhnya perlahan. Ketika keduanya pergi, Keva hanya diam dan membuka handphone nya yang tak pernah dia pegang hampir seminggu itu.

Saat menghidupkan seluler, duarrrrrr... ngueng tit tit

Keknya ada miliaran notif pesan dari handphone yang dimana langsung bikin hp dia ngelag. Bajingan emang. Pesan bahkan panggilan itu dari teman-teman sekolah, keluarga, mungkin satu sekolah pada ngechat dia semua buat nanyain kabar dia sekarang.

Kalo bisa dia pengen bilang ke semua orang kalo dia sekarang gak baik-baik aja.

"Keva, gue takut..."

Anak itu bermonolog sendiri. Sebenarnya ucapan itu dituju kepada Keva yang asli. Entah kenapa dia merasa bahwa tubuh orang ini benar-benar memiliki rahim.

KEVA (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang