I
•
L
•
Y
~••🐣••~
Hari sudah mulai sore, tak ada satupun dari mereka yang beranjak pulang. Keadaan Leon dan Lana sedang tak baik baik saja mereka selalu saja di ganggu oleh beruang besar mereka.
Edgar selalu menggikuti kemana pun Leon pergi entah itu ke dapur atau pun ke kamar, dia selalu saja menggikuti Leon, alasan nya takut dia terjatuh kembali.
"Kalian tidak pulang?". Leon bertanya pada ke 6 anaknya. Walaupun dengan keadaan Edgar yang memeluk tangan kirinya.
"Kami akan di sini bersama ayah". Jawaban Hiro mewakili teman temannya.
"Ga! kalian besok sekolah". Tolak Leon.
"Baik ayah tapi Sabtu juga Minggu kami akan menginap kembali di rumah ayah, boleh kan". Bima memohon pada Leon.
"Ya ayah".
"Kami ingin menginap lagi".
"Ayah". Hiro memohon.
"Memang siapa yang tidak mengijinkan kalian menginap?".
"Jadi boleh ayah". Leon menggaguk.
"Terimakasih ayah". Bara ingin memeluk Leon namun di halang oleh Edgar, dia menatap tajam Bara, nyali Bara ciut dia akhirnya mengurungkan niatnya.
Leon memukul pelan dada Edgar dia malah tak merasa bersalah menurut nya Leon adalah miliknya, tak ada yang boleh menyentuh nya selain dia dan juga anak nya.
"Ya sudah ayah mau masak dulu ya". Tangannya di tarik kembali oleh Edgar.
"Tidak kita pesan saja". Tanpa persetujuan Leon, Edgar menyuruh Rendi memesan makanan untuk mereka.
"Uhhh". Leon menghela nafas.
Drt drt drt.
Sudah dua kali henpone Bara berdering, namun sang empuh tak menghiraukan nya sama sekali. hingga Leon menegurnya untuk mengangkat telfon tersebut terlebih dulu.
Dengan perasaan kesal Bara mengangkat telfon miliknya tertera nama orang yang ia benci, rawut wajah nya berubah begitu juga suara nya.
"Tidak bisa kah kau tidak menggangguku". Suara Bara begitu dingin, menandakan rasa tak suka pada nya.
"Pulang". Kata singkat itu, membuat nya mengepalkan tangan nya kuat.
"Bukankah lebih baik aku mati!". Bara begitu menekankan perkataan nya.
"Bara sudah belum telfon nya, makanan sudah ayah siapkan di meja". Panggil Leon, seketika Bara kembali 100% derajat. Menatap Leon dengan lembut.
"Ayah duluan aja, Bara akan menyusul sebentar lagi". Suara Bara begitu lembut, berbeda ketika berbicara dengan keluarga nya di telfon.
"Jangan mengurusi kehidupan ku". Bara mematikan telfon secara sepihak, menyusul Leon masuk ke dalam.
"Lebih enak makanan ayah, dari pada maid di rumah". Di angguki yang lain.
"Besok ayah akan masak makanan untuk kalian, hm". Edgar yang mendengar mendadak tak suka.
"Kamu mau menakuti anak anakku?!". Leon memarahi Edgar.
"ga ko sayang". Gugupnya, dia bingung kenapa dia harus takut dengan Leon nya, dia kan yang memimpin.
"Ayah kami pamit".
"Hati hati ya". Mereka pamit kecuali Arga.
"Ayah". Panggil Arga.
"Kenapa hmm?". Leon menghampiri Arga, lalu duduk di sebelah nya.
"Arga ingin peluk ayah". Sungguh kaku perkataan Arga, Leon hanya bisa tersenyum kaku.
Leon memeluk nya, dengan cepat Arga pun membalas pelukan Leon.
"Ayah mah! giliran Andera udah pergi ayah malah pelukan sama Arga". Bibir Lana cemberut, dia kesal memukul pelan paha ayahnya berulang kali.
"Sini sama ayah". Edgar menepuk sofa kosong di samping nya.
Senyuman Lana mengembang dia lupa kalau ayah besar bersama nya sekarang, dengan cepat dia memeluk Edgar menyembunyikan wajahnya di dada bidang Edgar.
Sungguh tak bisa mereka pungkiri, mereka sangat bahagia, bisa melengkapi satu sama lain.
"Sayang Lana tidur". Ujar Edgar.
"Sama Arga juga tidur". Timpa leon.
"Kamu tunggu di sini". Edgar menggendong Lana, membawa nya masuk ke dalam kamarnya.
"Sini". Edgar menggendong Arga yang juga tertidur, menidurkan Arga di kasur busa tempat nya tidur biasanya.
"Uhhh". Bukannya Edgar, tapi Leon yang menghela nafas.
"Kenapa hm?". Edgar membawa Leon bersandar di pundaknya.
"Tidak hanya saja cerita dunia sungguh sulit untuk di cerna". Ucapnya.
Edgar malah menggangkat Leon menidurkan nya dengan perlahan menatap mata Leon begitu dalam, lalu mencium Leon dengan tiba tiba.
"Ihh". Leon risih, selalu saja begini.
Bukannya berhenti Edgar malah mengelus lembut pipi Leon, memegang tengkuk Leon mencium nya kembali dengan lembut, semakin lama ciuman mereka menjadi lumatan.
"Ughh". Leon memukul pelan dada Edgar. menandakan dia ke habisan Nafas sekarang.
"Aku menginginkanmu sayang". Suara deep Edgar semakin berat. tubuhnya merinding, begitu juga dengan jantung nya sekarang.
"Ak-ku". Gugup Leon. dia tak berani mendongak.
"Hmm". Edgar Menunggu persetujuan Leon.
"Tapi pelan pelan". Edgar tersenyum, dia sangat bahagia, mendapatkan lampu hijau dari Leon.
"Aku akan melakukan nya dengan pelan sayang". Ucap Edgar lembut, mengusap rambut Leon, lalu mencium nya kembali.
"Nikahi aku".
"Tentu sayang". Mereka memeluk satu sama lain, mereka berdua menangis dalam diam.
Perjuangannya selama ini tak sia sia, dia tak dapat mengutarakan seberapa besar kebahagiaan nya sekarang.
Begitupun dengan Leon, pertama kali baginya di cinta dengan tulus oleh seseorang walau ini bukan tubuh asli nya, tapi sekarang dia yang menepati tubuh ini.
~••🐣••~
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Menjadi Ayah : [END]
Aléatoire'This is BL!' hidup tanpa keluarga, tak membuat Davi putus asa. hingga dia mati! Tanpa satupun keluarga di hidup nya. Jiwanya masuk kedalam tubuh pria lain, yang lebih imut darinya, dia begitu kaget! terlebih lagi dengan anak yang harus dia jaga. ...