Transmigrasi Menjadi Ayah : [END]

28.

I

•

L

•

Y

~~••🐣••~~

Suasana begitu cerah. Mereka semua sedang berkumpul bersama, begitu terlihat canda dan tawa. Mereka tersenyum bahagia. merasakan hal yang tak pernah mereka rasakan.

Tingkah Lana red dan Erd, sungguh membuat mereka gemas.

Sekarang Lana sedang berada di ruangan andera, membantu nya meminum obat. Dan yang lain sedang berkumpul di luar ruangan andera.

"Jeng Agnes".

"Ehh, kenapa jeng" sahutnya.

"Jeng dari tadi melamun terus, ada masalah?".

Lonita sedari tadi memperhatikan raut wajah gelisah ibu dari teman anak nya.

"Saya hanya memikirkan anak saya jeng" Agnes tetap tersenyum, walau pikirannya terus merasa khawatir tentang keadaan putranya sekarang.

"Bukannya Hiro pergi ke rumah pacarnya nes" Leon memandang Agnes, perasaan mulai tidak enak. Dia gelisah.

"Iya Leon, tapi perasaan saya ga enak" Jawaban Agnes membuat Leon semakin khawatir. Dia meraih henpone dan menelfon Hiro dengan panik. namun, tak ada jawaban.

"Arga, dava, Devan, bara, bima, bisa tolong ayah".

Mereka menggaguk dengan cepat. Berdiri di depan leon. Seperti seorang bawahan yang menunggu printah atasan.

"Tolong kamu pergi ke rumah pacarnya Hiro. bisa?".

"Bisa yah" mereka menjawab dengan cepat. Hati mereka mendadak sakit, melihat air mata Leon jatuh.

"Tolong ya" bukan Leon yang bicara, melainkan Agnes. Dia pun menagis, lonita dan elena mencoba menenangkannya.

"Baik Tante, ayah, bara pergi".

"Hati-hati sayang". Pesan Anisa. Bara dkk mengangguk.

Dava dan devan Mengalihkan pandangannya pada kekasih mereka. Red dan erd menggaguk Mengerti. Setelah itu mereka bergegas pergi, meninggalkan mereka, yang sekarang sedang dalam keadaan gelisah.

"Semua akan baik-baik saja jeng Agnes, Leon".

Walau Agnes dan Leon bukan keluarga kandung mereka. tapi tak elak mereka merasakan ke khawatiran yang sama.