9. Kecurigaan

70 13 0
                                    

Mingyu dan Seungcheol masih belum sadar dari keterkejutannya. Lee Jaewok adalah seorang panglima perang yang sangat terkenal di seluruh ABO Empire. Lee Jaewok adalah adik bungsu dari Lee Donghae—Raja kerajaan  Feng saat ini.

Tidak ada berita sama sekali yang mengatakan bahwa Lee Jaewok sudah meninggal. Dilihat dari mayatnya yang masih dalam proses pembusukan, sepertinya kematian Lee Jaewok juga belum lama ini.

Mingyu tertawa pelan, "Lee Jaewon mengatai Seungmin karena memiliki ayah yang miskin. Padahal dia sendiri tidak memiliki ayah"

Seungcheol memelototinya sebagai peringatan. Tidak baik bicara yang mengandung unsur penghinaan di depan mayat seseorang.

Mingyu mencibir, "Masih ada dua peti lagi. Apa tidak penasaran?"

Seungcheol berjalan perlahan ke peti kedua yang letaknya di ujung kiri. Peti yang ini cukup mewah dan terlihat bersih. Berbeda dengan peti pertama tadi yang terkesan asal asalan.

Peti itu dibuka, dan selanjutnya mereka berdua kembali terkejut.

Mingyu langsung angkat bicara, "Kenapa dua bersaudara Lee bisa dimakamkan disini?!"

Seungcheol memperhatikan mayat yang sudah di awetkan itu dengan seksama. Mayat itu adalah anak sulung Raja Lee HyunSik—- Lee Donghyun.

Sebelum Lee Donghae menjadi Raja, istana dipimpin oleh Lee HyunSik. Lee HyunSik memiliki empat orang anak, yang pertama Lee Donghyun, Lee Donghae, Lee Taemin lalu Lee Jaewok.

Lee Donghyun memang sudah dikabarkan meninggal selama 20 tahun yang lalu. Dirinya meninggal di depan umum dengan cara bunuh diri. Lalu Kerajaan Feng yang saat itu masih dipimpin oleh Lee HyunSik mengumumkan bahwa putra sulung nya sudah di kremasi dan abu nya di simpan di pemakaman istana.

Lalu apa yang mereka lihat sekarang? Jasad Lee Donghyun bahkan masih utuh dan di awetkan! Bersamaan dengan jasad Lee Jaewok yang masih baru.

Gambar lukisan wajah Lee Donghyun terpampang jelas di kerajaan Feng. Itulah sebabnya Seungcheol dan Mingyu bisa mengenali jasad ini. Mereka berdua sama sama dibunuh dengan metode Lingchi. Bahkan Lee Donghyun terluka lebih parah.

Setelah cukup merasa terkejut, Seungcheol akhirnya berjalan ke peti yang berada di tengah. Saat dibuka, isinya adalah  seorang Omega.

Seungcheol pasti mengenal siapa Omega ini, dia adalah Nyonya Lee. Permaisuri Raja Lee HyunSik sekaligus ibu dari kedua jasad di samping  kiri kanan nya.

Sekarang Seungcheol mengerti. Pantas saja dia mencium bau Feromon Alpha dan Omega dari luar. Feromon Lee Donghyun sudah hilang karena dia meninggal dari 20 tahun yang lalu. Sedangkan Feromon Lee Jaewok masih tersisa sedikit. Dan Nyonya Lee,

Seungcheol menundukan kepala, "Nyonya Lee adalah Queen Omega sebelumnya. Feromonnya bahkan bisa bertahan sampai 50 tahun  setelah kematiannya"

Mingyu mengangguk setuju, "Nyonya Lee dikabarkan meninggal lebih dari dua puluh tahun yang lalu. Tapi jasadnya masih awet dan Feromonnya masih kuat"

Nyonya Lee juga terbunuh dengan metode Lingchi. Mereka bertiga mati dengan cara yang sama tapi di waktu yang berbeda.

Urutannya berarti Nyonya Lee meninggal terlebih dahulu. Beberapa tahun setelahnya disusul oleh Lee Donghyun. Dan Lee Jaewok meninggal baru baru ini.

Ini tidak mungkin kematian tidak sengaja. Mereka pasti dibunuh oleh seseorang yang kebetulan sangat membenci keluarga Lee. Padahal kerajaan Feng terkenal dengan keramahannya.

Raja Lee Donghae adalah raja yang sangat bijaksana dan murah senyum. Dia orang yang berkepribadian lembut dan penyayang. Mungkin karena itulah dia hampir tidak memiliki musuh. Dan mungkin juga karena itulah pembunuh ini hanya menargetkan dua saudara Lee tanpa Lee Donghae.

Seperdetik kemudian Seungcheol terlonjak kaget dari pemikirannya sendiri. Dia berseru dengan nada lantang "Bukankah Moors memiliki pendeteksi Feromon?!"

Mingyu dan Seungcheol bertukar pandang selama beberapa detik. Jika wilayah ini benar benar milik kerajaan Moors, seharusnya Feromon dari mayat mayat ini sudah terdeteksi dari lama. Feromon seorang Queen adalah Feromon yang kuat. Mustahil pendeteksi tidak bisa menangkap sama sekali.

Mingyu memberi saran, "Bagaimana kalau kita pergi ke kota dan mencari informasi disana? Untuk sementara mayat ini cukup jadi rahasia kita berdua sampai terungkap yang sebenarnya"

Mungkin saat ini Mingyu sudah terlalu terbawa suasana atas kejadian yang menimpa nya hari ini. Seumur hidupnya, Mingyu tidak pernah dihadapkan dengan keterkejutan yang begitu besar. Mungkin pikiran kekanak-kanakan nya itu perlahan menghilang seiring dengan banyaknya ia menghabiskan waktu bersama seseorang seperti Choi Seungcheol.

Mereka berdua akhirnya menutup kembali peti itu seperti semula. Menghapus semua jejak yang mereka tinggalkan agar tidak ada yang tau bahwa ada seseorang yang datang.

Pintu diluar juga sudah mereka tutup rapat kembali tanpa meninggalkan sesuatu yang aneh sedikitpun.

Hari sekarang sudah siang, tapi masih tidak ada suara sama sekali yang terdengar dari dalam kota. Angin semakin menipis dan kini kabut itu malah semakin tebal. Jarak pandang mulai berkurang jadi 1 meter.

Semakin jauh Seungcheol dan Mingyu melangkah, keduanya secara insting merapatkan diri.

Mereka melintasi jalan dengan kabut yang semakin menebal. Awalnya mereka masih bisa melihat wajah satu sama lain saat bersandingan, namun sekarang mereka bahkan tidak bisa melihat tangan mereka sendiri.

Mingyu tiba tiba menggenggam erat tangan Seungcheol dan membuat remaja itu sedikit terlonjak. Dengan nada rendah Seungcheol bicara, "Lepaskan. Sudah kubilang aku tidak bersentuhan dengan orang lain"

Mingyu tidak melonggarkan genggaman nya sama sekali, malah semakin merapatkan diri. "Akan merepotkan kalau kita tiba-tiba terpisah di tempat seperti ini. Lebih baik selalu bersebelahan sampai ke pintu keluar"

Seungcheol tidak menjawab. Telapak tangannya mulai berkeringat. Dia tidak pernah bergenggaman tangan dengan siapapun. Ini diluar daya tahannya. Dari kesunyian tiba tiba terdengar seperti ada sesuatu yang melintas.

Mingyu makin mengeratkan tangan keduanya, Seungcheol meraih busur panah menggunakan tangan satunya yang bebas sedangkan Mingyu juga memegang pedang di tangan kiri.

Mereka tidak tau apa yang melintas itu, terlalu sulit mendeskripsikan suaranya namun cukup untuk membuat mereka menjadi sangat waspada.

Seungcheol menutup matanya dan mencoba mendengarkan sekali lagi. "Apa kau masih buruk dalam menghindari serangan?" Katanya pada Mingyu dengan nada pelan.

Mingyu menjawab dengan gumaman "Mmm"

"Sekarang lepaskan tanganku. Aku tidak bisa memanah dengan satu tangan" Mingyu dengan cepat menggeleng, "Tidak"

Seungcheol berkata untuk meyakinkan, "Berdiri di belakangku. Pastikan punggungmu selalu bersentuhan dengan punggungku."

Mingyu terlihat sedikit tidak yakin. Namun suara aneh itu terdengar lagi. Dan sekarang semakin jelas.

Seungcheol sudah setengah panik, "Cepat! Jangan bicara lagi"

Dengan cepat Mingyu melepaskan genggaman tangannya dan berbalik memunggungi badan Seungcheol. Mereka berdiri saling membelakangi dengan punggung yang bersentuhan.

Mingyu mencoba sekuat tenaga untuk tidak menangis dan berteriak. "Tenanglah. Kita akan keluar dengan selamat"

Mendengar itu Mingyu sedikit mengurangi rasa paniknya. Setidaknya mereka harus berhati- hati untuk sekarang. Dan perasaan panik hanya akan menganggu konsentrasi.

Mendadak ada bayangan kecil melintas dihadapan Mingyu.

Bayangan itu sangat aneh— melintas cepat, menyenggol pundaknya lalu menghilang dibalik tebalnya kabut. Mingyu langsung mengadu kepada Seungcheol.

Tapi Seungcheol juga merasakan hal yang sama. Bayangan itu ternyata tidak cuma satu!

Sesuatu menyelinap di dekat mereka. Berlari sangat gesit. Manusia biasa tidak akan mampu memiliki kecepatan seperti itu.

Seungcheol menutup matanya kemudian memberi instruksi, "Tutup matamu. Biarkan hanya pendengaran yang bekerja. Dengarkan dengan teliti suara apa dan dimana tepatnya itu berasal. Kita berbeda dengan manusia biasa, kau pasti bisa memiliki kepekaan diatas rata- rata manusia. Cukup rasakan sesuatu yang mencurigakan di sekelilingmu. Tidak perduli sekecil atau sesamar samar apapun itu"

Setelah mendengar itu, Mingyu kemudian menutup mata nya dan melakukan semua yang diminta. Suara sekecil apapun, pergerakan sesamar-samar apapun, Mingyu harus menangkap itu dengan jelas.

"Tetap dibelakangku. Jika ada suara mendekat, langsung keluarkan pedangmu"

Mingyu lagi lagi mengangguk. Setelah itu hanya ada keheningan diantara mereka berdua.

Seungcheol tiba tiba mengeluarkan anak panahnya. Anak panah itu tidak dilesatkan menggunakan busur, melainkan hanya di condongkan ke arah depan. Dan sukses menusuk sesuatu.
Mingyu langsung berucap, "Apa yang kau dapat?!"

Seungcheol menyikut lengannya mengisyaratkan untuk diam. "Fokus!"

Mingyu dengan patuh langsung kembali menutup mata.

Kali ini suara itu datang kearahnya! Mingyu sedikit bingung kapan waktu yang tepat untuk menghunuskan pedang. Jadi ia menunggu sedikit lebih lama, sampai suara itu benar benar terdengar di hadapannya, pedang berkilat itu pun terhunus.

Tapi penyerangan nya tidak tepat. Mingyu mungkin hanya menebas sebagian kecil dari sesuatu yang mendekat  itu. Tetapi gagal menahannya.

Baiklah, sekarang waktunya untuk panik.

Keringat bercucuran dari atas kepala Mingyu. Kakinya gemetar seperti sedang berhadapan dengan maut. Ia sekuat tenaga berusaha mempertahankan pondasi tubuhnya agar tetap berdiri. Tangannya menggenggam gagang pedang dengan kuat.

Jika Choi Seungcheol bisa, aku juga harus bisa.

Mingyu kembali menutup matanya dan mendengarkan suara-suara itu lagi.

Sesaat kemudian, pedang itu kembali terhunus. Kali ini gerakannya penuh dengan emosi dan keyakinan. Kilatan pedang itu bahkan menyapu kabut dihadapannya.

Begitu Mingyu membuka mata, sepasang mata tanpa pupil sedang melotot kearahnya. Mingyu hampir berteriak kalau saja Seungcheol tidak terlebih dahulu menenangkan.

Makhluk yang tertusuk pedangnya saat ini adalah Mayat hidup! Mayat itu sudah mati tapi dibangkitkan lagi untuk dikendalikan.

Mayat ini tidak memiliki pupil mata dan juga tidak bisa merasakan sakit. Mingyu sampai saat ini tidak tahu cara membunuh mereka.

Mayat lain berdatangan. Pedang ditangan Mingyu terhunus beberapa kali. Kilatan itu membuat kabut disekitar mereka kian memudar. Anak panah Seungcheol juga sudah beberapa kali dikeluarkan. Sekarang mereka benar benar dalam bahaya!

Tapi Mingyu sempat berpikir. Bayangan yang saat pertama kali melintas tadi sangat gesit dan cepat. Sedangkan mayat hidup biasanya berjalan lamban. Mereka tidak gesit sama sekali. Jadi sesuatu yang melintas tadi bukanlah mayat hidup, melainkan ada orang lain disini!

Tanpa berpikir lagi, Mingyu melepas ikatan di tangannya dan mengikatkan tali itu ke pinggang nya dan pinggang Choi Seungcheol agar mereka menyatu.

Seungcheol sedikit tersentak kemudian berteriak, "APA APAAN KAU INI?!"

Mingyu masih mencoba mengeratkan ikatannya sambil sesekali menendangi maya- mayat itu dengan kakinya."Aku akan berlari ke pintu depan, dan kau akan menahan serangan dari belakang."

Itu ide yang benar-benar spontan. Tapi cukup menguntungkan untuk keadaan mereka sekarang.

Tanpa menunggu jawaban, Mingyu langsung membalik posisi mereka dan mulai berlari dengan membentangkan pedangnya untuk memberi jalan. sesekali menyingkirkan mayat
-mayat dihadapan mereka.

Sedangkan Seungcheol menyerang menggunakan anak panah dari belakang. Mayat mayat itu memang susah dibunuh, tapi mereka cukup lemah dan lambat.

Setelah mencapai gerbang depan, Mingyu menutup pintu yang engsel nya sudah lepas itu lalu menguncinya menggunakan benda lain. Melapisi kunci itu dengan berlapis lapis kayu.

Selama proses penguncian itu, Mingyu berjalan kesitu kemari mencari apapun yang bisa digunakan untuk menyegel pintu. Namun ia bahkan belum melepas ikatan pinggang dirinya dengan Choi Seungcheol.

Seungcheol menghela nafas dan membiarkan badannya terhuyung kemanapun Mingyu bergerak. Walaupun jengkel, tapi mau bagaimana lagi? Berdebat bukanlah sesuatu yang tepat untuk sekarang.

Mereka baru saja lepas dari maut. Dan untuk kedua kalinya, Mingyu lebih memilih untuk kabur daripada melawan.

Setelah selesai mengunci gerbang dan melepaskan ikat pinggang itu, Mingyu kembali berujar dengan nafas yang terputus putus karena terlalu lelah berlari, "Sekarang kita ke Kota Awan!"

KINGDOM - GYUCHEOL Ver. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang