𝗧𝗔𝗞𝗗𝗜𝗥
𝜗𝜚 Untungnya, bumi masih berputar
Untungnya, ku tak ingin menyerah
Untungnya, ku bisa rasa
Hal-hal baik yang datangnya belakangan.
ᯤ October 12, 2024.
▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
────୨ৎ────
Debu-debu puing bangunan mulai mereda, membuat Geto lebih leluasa menyeduh dua teh di dapur di tempat yang tidak familiar baginya namun kenapa tidak? Mungkin ini adalah misi penting namun bukan berarti ia tidak diperbolehkan membuat teh ditengah-tengah misi.
Geto mengeluarkan dua gelas cangkir. Ketika teko air mulai bersuara, ia mematikan pemanasnya dan memasukkan dua kantung teh di masing-masing cangkir lalu menuangkan air panas ke dalam.
Aroma harum teh tersebut sampai ke ruang tamu dimana ( y/n ) sedang berselonjor dengan santainya. Geto memasukkan satu gula kubus ke dua teh dan mengaduknya. Ia membawa dua cangkir itu mendekat kepada sofa yang sedang gadis itu duduki.
Di depan mereka, wanita bersurai coklat dan gadis bersurai hitam tengah tidur dengan bersandar kepada sebuah bantal yang di letakkan di tengah-tengah sofa.
"Kumohon, tolong dengarkan aku, aku yang salah," Kokun memohon ampun di belakang mereka, tepat berada di penghujung bangunan yang sudah tidak ada dindingnya.
Geto duduk di sebelah ( y/n ) dan menaruh teh gadis ini di depannya, "ini tehmu," ujar Geto lembut.
( y/n ) menganggukkan kepalanya lalu mengambil cangkir tersebut, meniup asap diatasnya sebentar.
"Maaf, aku sungguh mohon maaf!" Kokun masih saja berusaha meronta-ronta, berusaha keluar dari pelukan roh kutukan yang dilepaskan oleh Geto.
Roh kutukan itu berbentuk gumpalan-gumpalan berwarna pink, terlihat seperti sesuatu yang tidak memiliki bentuk namun sangat lengket, "beri aku satu ciuman. Ayo beri aku satu ciuman," roh itu berbicara.
Kokun bergidik ngeri, "aku tidak akan ikut campur urusan ini dan tidak akan menjadi penyihir jujutsu lagi!"
( y/n ) meminum sedikit tehnya. Sontak tubuhnya langsung kaku ketika panas dari teh itu menyentuh lidahnya. Geto menyadari hal ini dan wajahnya mulai terlihat khawatir, "terlalu panas?"
Ia mengangguk, dengan ekspresi yang terlihat terganggu. "Diamkan sebentar lagi, lidahmu akan terbakar. Apa gulanya pas?" Geto bertanya.
Lagi-lagi ( y/n ) menganggukkan kepalanya. Geto tersenyum lembut, "baguslah. Jika ingin tambah gula lagi, katakan saja."
Pemuda ini melihat beberapa helai rambut ( y/n ) jatuh ke depan mukanya. Tangannya dengan pelan menyingkirkan helai-helai rambut tersebut dan menaruhnya di belakang telinga ( y/n ) memastikan agar rambut ini tidak menganggu dirinya.
Kokun, yang sedari tadi tidak diherani oleh dua orang ini masih berusaha membujuk mereka, "tentu saja, aku akan keluar dari Q. Ya, sebaiknya akh pulang dan jadi petani saja!"
Geto dan ( y/n ) menoleh ke belakang, sedikit heran dengan ucapan yang baru saja Kokun katakan. Geto menaruh tangannya di belakang telinga, mukanya nampak keheranan, melakukan gestur seakan-akan ia barusan salah dengar.