░ O3

342 65 14
                                    

— ★!

! ★ —

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

! ★ —

Suatu sore, ( y/n ) berjalan-jalan di kota sendirian, menikmati waktu luangnya setelah latihan yang panjang. Ia memutuskan untuk mampir ke sebuah konbini yang biasa ia kunjungi.

Tempat itu tidak ramai, suasana dingin dari pendingin ruangan menyambutnya saat ia melangkah masuk.

Ia mengambil keranjang kecil, berjalan santai di antara lorong-lorong, mencari beberapa cemilan favoritnya. Sambil berjalan, matanya tertuju pada berbagai barang, tapi tiba-tiba, ia berhenti ketika melihat sesuatu yang familiar di sudut mata.

Sebuah mesin gacha, dengan tulisan besar di atasnya, "Digimon".

( y/n ) menatap mesin itu dengan heran. Teringat Gojo yang pernah berbicara panjang lebar tentang Digimon saat mereka sedang latihan.

Saat itu, ( y/n ) tidak benar-benar mengerti, hanya mendengarkan setengah hati karena kepalanya dipenuhi dengan hal-hal lain.

"Apa sih ini sebenarnya..." gumamnya pelan, memiringkan kepalanya.

Entah kenapa, tangannya bergerak sendiri. Sebelum ia menyadarinya, ia sudah mengeluarkan uang 500 yen dari kantongnya dan memasukkannya ke dalam mesin gacha.

Dengan sedikit putaran, suara "klik" terdengar, dan sebuah kapsul kecil berwarna-warni muncul dari dalam mesin.

Ia mengambil kapsul itu, menatapnya dengan bingung, "Apa yang Satoru suka dari hal seperti ini, sih?" Ia menggumam pelan.

( y/n ) melanjutkan mencari cemilan favoritnya, mengisi keranjang dengan beberapa bungkusan makanan ringan. Begitu selesai, ia berjalan menuju kasir.

Saat berada di antrian, matanya langsung tertuju pada sosok di depannya. Seorang pria yang tingginya menjulang, bertubuh kekar dengan otot-otot yang terlihat jelas dari balik kaos hitam ketat yang ia kenakan.

Anehnya, pria itu tidak mengenakan sepatu ataupun sandal, berjalan di lantai minimarket tanpa alas kaki.

( y/n ) sedikit terheran-heran. Apakah ini trend yang dilakukan anak perkotaan sekarang?

Selang beberapa saat, kasir konbini tersebut tampak kebingungan ketika menghitung total belanjaan pria besar di depannya, "Maaf, tapi... uang Anda kurang," katanya canggung, menatap pria itu dengan rasa tidak enak.

"Bisa hutang dulu?" tanyanya dengan nada yang tenang, seolah-olah itu adalah hal yang biasa.

Punya nyali berapa pria ini untuk menanyakan hal seperti itu? Yang benar saja, ke konbini dan menumpang untuk hutang? Ini adalah hal yang baru bagi ( y/n ) dan sedikit menarik.

𝑻𝒂𝒌𝒅𝒊𝒓 - JJK X READERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang