00.06

676 42 21
                                    

Steve kembali ke Uks usai mengintrogasi Ghea yang malah mendapatkan kata-kata kejam yang keluar dari mulut gadis itu, namun apapun yang dikatakan Ghea, Steve tetap tidak percaya dan merasa jika Ghea masih sangatlah mencintai nya, dia bersikap begitu hanya untuk menarik perhatiannya.

"Steve..." panggil Mischa yang terbaring di brankar Uks.

Gadis mungil itu menarik kecil ujung baju Steve membuat sang empu tersadar dari lamunannya.

"Ya Mischa? bagian mana yang sakit?"

"Aku nggak apa-apa... nggak usah khawatir." cicit Mischa dengan berlinang air mata.

Steve mengusap suray Mischa lembut, "Gue janji bakalan ngelindungi lo dari iblis itu" ucapnya meyakinkan.

Mischa hanya mengangguk, air mata sudah mengalir ke pipinya, "ini bukan salah Ghea... wajar kok dia ngelakuin itu, aku yang salah karena udah ngerebut kamu dari dia."

"Nggak! ini bukan salah lo Cha, lagipula lo nggak ngerebut gue dari dia, gue cuma milik lo."

Mischa merasa tenang setelah Steve mengucapkan kalimat itu, hanya itu yang ia inginkan. Yah Ghea tak akan bisa merebut Steve karena Steve hanya milik Mischa seorang lagipula jika di bandingkan Mischa merasa jauh lebih baik daripada Ghea.

Mischa menghapus air matanya dengan tangan mungilnya yang gemetar, "makasih Stev"

🦋🦋

Ghea menopang dagunya sambil mengaduk-aduk bakso di tangan satunya lagi, memperhatikan seisi kantin yang dimana hanya dirinya seorang yang tak punya teman. Ia menghela nafas, mencoba meyakinkan dirinya sendiri jika ia tak perlu punya teman. buat apa punya teman jika itu hanya teman palsu.

"Eh lihat deh dia sendirian tu haha kasian ya"

"Ngapain kasian, siapa juga yang mau temanan sama iblis ntar kena sial"

"Lo tau nggak tadi katanya dia ngebully Mischa lagi, gue kira karena udah seminggu dia nggak berulah dia udah tobat eh rupanya nggak"

"Fft salah lo sih percaya, gue sih nggak ya"

"Semoga aja dia dapat karmanya udah ngebully Mischa yang baik hati."

Ghea menggertakan giginya, karma katanya, benar Ghea sudah mendapatkan karma itu tapi itu dulu, sekarang Ghea tak akan membiarkan karma itu menimpa dirinya.

Malas, mendengarkan omongan para siswi yang membuatnya tak nafsu makan, ia pun meninggalkan kantin setelah membayar.

Namun saat berjalan di koridor, seseorang dengan sengaja menabraknya, namun bukannya kesal Ghea justru tanpa sadar tertawa.

Lantaran gadis yang menabraknya itu sangatlah pendek tunggu— sepertinya Ghea mengenali gadis ini. dia kan Nadia Vega Ayumi, gadis yang dikenal dengan tubuhnya yang mungil dan imut layaknya loli.

Di kehidupan sebelumnya dia sering mendengar nama ini, nama yang selalu disebut-sebut para cowok di kelasnya.

"Hei kenapa ngetawain Nana, hmph!"  gadis berkuncir dua itu mengembungkan pipinya tak terima dirinya di tertawakan.

Ghea kembali ke wajah datarnya, mengabaikan Nadia yang di kenal dengan nama panggilan Nana itu dan melenggang pergi dari sana.

"Hei Nana belum selesai!" teriak Nana.

"Hei kakak pembully!"

Ghea  terhenti kemudian membalikkan tubuhnya, menatap sinis Nana yang sedang berlari kearahnya. Ia tak terima gadis itu memanggilnya dengan sebutan 'Kakak pembully' padahal dia tak pernah membully gadis itu.

I'm Not A VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang