00.10

524 37 11
                                    

Jangan lupa vote & komenannya biar author makin semangat nulisnya.🦋

___________________________________________

"Bang gue tunggu di luar ya, lo lama banget!" teriak Ghea yang berdiri di depan pintu kamar Rava.

"Nggak mau sarapan dulu?" sahut Rava dari dalam sana.

"Nggak, ntar sarapan di kantin sekolah aja"

Ghea melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah tujuh, jika dia menunggu Rava sudah pasti akan terlambat.

Yah, Ghea terpaksa di antar Rava hari ini sebab mobil mereka lagi berada di bengkel, sedang di perbaiki.

Ghea masih sangat takut untuk menggunakan motornya, jadi dia memutuskan untuk menerima tawaran Rava untuk mengantarnya ke sekolahnya, walaupun jarak sekolah mereka sangat jauh dan bahkan tidak searah.

"Duh bisa terlambat ini, bang Rava ngapain aja sih?! lama banget kayak anak gadis aja" Ghea bersungut-sungut. "Kalo tau gini gue pesan taksi onlen aja!"

Ghea pun memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar, karena kesal dengan Rava yang sangat lambat itu.
Jika Rava sudah siap pemuda itu pasti akan menghubunginya kan?

Ghea mengedarkan pandangan matanya ke sekeliling komplek yang sudah sangat sepi, sepertinya orang-orang sudah berangkat kerja. Dan tak jauh dari sana terlihat rumah mewah ber cat Abu-abu yang baru-baru ini, Ghea kenali.

Ia melukis senyuman melihat gerbang yang sudah tertutup rapat tersebut. "Kayaknya Nana udah berangkat."

Drrt

Drrt

Mendengar suara bunyi ponsel miliknya bergetar ia pun langsung mengambil ponselnya dari dalam tas tanda penelpon masuk yang ia yakini adalah Rava.

Baru saja ingin mengangkat panggilan, ponsel itu terlepas dari tangannya saat ia merasakan mulutnya di bekap.

"Hmmmph!"

"Diam!"

Sekeras apapun Ghea meronta, ia tak bisa melepaskan diri dari orang itu, ia berusaha sekeras mungkin menahan supaya tak bernapas. Jika ia bernapas mungkin saja dia bisa pingsan jika sapu tangan yang digunakan untuk membekap mulutnya sudah diberi obat bius.

Jantung Ghea berdentum kencang dengan wajah pucat pasi, apakah dia akan mati begitu saja? Ini bahkan belum waktunya dia mati.

Apakah kematiannya lebih cepat dari perkiraannya.

Tubuhnya gemetar saat orang itu menyeretnya masuk ke dalam mobil yang berada tak jauh dari sana, kakinya terus meronta-ronta.

"Hmpppph"

"MENYINGKIR DARI DIA SEKARANG SIALAN!"

Bekapan itu terlepas dari mulut Ghea, dia terengah-engah karena menahan nafas. Tunggu, suara itu... sepertinya Ghea mengenali suara siapa itu.

"G-gevan..."

"G-GEVAN TOLONG GUE!" Ghea berteriak kuat sambil memukul-mukul jendela mobil yang sudah tertutup rapat.

"CEPAT JALAN TUNGGU APALAGI!" perintah penculik itu pada orang temannya yang bertugas menyetir.

Tak ada waktu lagi, Gevan segera berlari mengambil motornya dan berteriak pada Rava yang sedang kebingungan di depan pintu gerbang rumahnya.

"GHEA DICULIK, NGGAK ADA WAKTU LAGI CEPAT KITA IKUTI MEREKA!" ia menunjuk mobil yang sudah pergi jauh itu.

Mendengar lontaran Gevan tentu amarah Rava meluap-luap, mereka pun akhirnya mengejar mobil itu.

I'm Not A VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang