00.09

622 43 21
                                    

Happy Reading Jangan lupa Vote komennya biar author semangat nulisnya 🦋

🦋🦋

"Mau kemana?" tanya Rose melihat Ghea bangkit dari posisi duduknya.

"Ke toilet sebentar"

Tak lama setelah Ghea ke toilet, Gevan juga ikut berdiri, alasannya dia juga ingin pergi ke toilet. Tak peduli gelagatnya tersebut membuat teman-temannya curiga.

Gevan mengikuti Ghea, membuat gadis itu terkejut saat keluar dari toilet dia melihat  Gevan sedang bersandar di samping pintu toilet dengan tangan terlipat di depan dada.

"Ngapain lo disitu? mau ke toilet juga?" tanya Ghea membuat Gevan tersentak dan langsung berbalik.

Ghea mengernyitkan dahinya setelah beberapa saat Gevan tak kunjung masuk ke dalam toilet, ia tak seperti orang yang sedang sakit perut atau pun ingin buang air kecil.

Ia menyipitkan matanya menatap curiga Gevan, "atau jangan-jangan lo cowok mesum ya!" Ghea menunjuk wajah Gevan dengan jari telunjuknya.

"Bukan! gue... cuma mau ngomong sama lo" ujarnya dengan suara pelan.

Mengapa setiap kali Gevan berbicara dengannya dia selalu saja memalingkan muka, apa mungkin Gevan masih membencinya dan tidak percaya padanya?

"Apa lo masih suka sama Steve?" tanya Gevan setelah diam beberapa saat.

Tuh kan, benar dugaan Ghea pasti pemuda itu masih tak percaya padanya. Padahal kemarin Ghea sudah mengira Gevan sudah mempercayai nya saat mereka bertiga pergi joging bersama, Ghea salah mengharapkan Gevan sudah menganggapnya teman.

"Jangan salah paham, gue nanya ini karena khawatir sama teman gue!" tambah Gevan yang seolah mengetahui apa yang ada di dalam hati Ghea.

"Bang Rava maksudnya?"

"Iya, Steve itu musuh kita jadi gue harap lo jauhin dia! karena gue nggak mau teman gue sakit hati adiknya pacaran sama musuhnya" seusai mengatakan itu Gevan melenggang pergi meninggalkan Ghea yang  masih larut dalam pikirannya.

"Woi gue nggak pacaran sama Steve!" Teriak Ghea.

"Siapa juga yang pacaran sama bajingan itu!" pekiknya namun sedikit memelan di akhir kalimat.

Gevan masih mendengar namun seolah ingin menunjukkan jika dirinya tidak peduli dia pergi begitu saja kembali ke tempat teman-temannya berada.

"Lo mencret apa gimana, lama amat?!" sindir Rava yang hanya mendapat tatapan tajam dari Gevan.

Menimbulkan gelak tawa diantara mereka, kecuali Rose yang menatap sendu pemuda yang akhir-akhir ini telah mengisi hatinya...  tangan-tangan lentiknya meremas rok pendeknya. Ia menggigit bibirnya hingga menimbulkan luka kecil di sana.

🦋🦋

Di sebuah kamar mewah bernuansa hitam, seorang gadis Tengah bercelingak-celinguk, tampaknya ia  sedang menunggu seseorang.

Dan tak lama kemudian seorang pemuda dengan Hoodie biru, langsung memeluk tubuh gadis itu.

"Sayang... lo lama banget sih!" gerutu gadis itu yang langsung memeluk seorang pemuda di hadapannya.

"Ada apa?"

Gadis itu melepaskan pelukannya, menatap lamat-lamat wajah pemuda yang sebenarnya tak begitu tampan itu.

Ia merogoh ponselnya di dalam saku rok pendeknya kemudian menunjukkan pada pemuda itu, "gue mau lo celakain gadis ini"

"Rumahnya di..." dia berbisik di telinga pemuda tersebut yang menundukkan kepalanya sebab perbedaan tinggi tubuh mereka sangat jauh.

I'm Not A VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang