Di tengah keramaian kampus yang berwarna-warni, di antara deretan gedung megah dan mahasiswa yang bergegas, terdapat dua sosok yang hidup dalam rahasia. Reva, seorang mahasiswi semester enam dengan perut buncit akibat kehamilan, seringkali menemukan kebahagiaan di antara kesibukan kelas dan tugas-tugas kuliah. Di sampingnya, ada Bagas, suaminya yang merupakan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan sosok yang paling dicari di kampus. Kehidupan mereka, meskipun dipenuhi cinta, selalu terjebak dalam bayang-bayang rahasia yang tak bisa mereka ungkapkan ke publik.
Bagas, anak konglomerat pemilik jaringan restoran cepat saji terkemuka di Indonesia, bukan hanya dikenal karena posisinya yang berkuasa di kampus, tetapi juga karena keluarganya yang kaya. Hal ini membuat hubungan mereka sangat rumit. Orang-orang di sekitar mereka melihat Bagas sebagai sosok yang sempurna, seorang pemimpin dengan banyak pengagum, sementara Reva hanya bisa menyimpan cintanya di dalam hati, terkurung dalam dunia kecil mereka berdua.
Suatu sore yang hangat, Reva duduk di taman kampus, menyandarkan punggungnya pada pohon besar. Dia menyentuh perutnya yang semakin besar, tersenyum saat merasakan tendangan kecil dari bayi di dalamnya. Bagas mendekat dengan senyuman menawan, mengenakan hoodie dan celana jeans yang membuatnya terlihat santai. Di antara keramaian mahasiswa yang bercengkerama, mereka berdua seperti dua pulau yang terpisah.
"Hai, sayang," sapa Bagas, duduk di samping Reva. Dia mengambil tangan Reva, menggenggamnya dengan lembut. "Gimana kabar si kecil?"
"Baik, dia aktif sekali hari ini. Mungkin sudah tidak sabar ingin bertemu kita," jawab Reva sambil tertawa kecil.
Bagas menatap Reva dengan penuh cinta. "Kita pasti akan menjadi orang tua yang hebat, Reva. Aku tidak sabar melihat wajahnya," ucapnya.
Namun, di balik senyum manis itu, ada rasa cemas yang menyelimuti hati Reva. Dia tahu bahwa kehamilan mereka harus dirahasiakan. Keluarga Bagas tidak akan menerima hubungan ini, apalagi ketika mereka mengetahui bahwa Reva adalah istri Bagas. Dia khawatir jika hubungan mereka ketahuan, impian dan masa depan yang mereka bangun bisa hancur.
"Bagas, bagaimana jika... jika orang tahu tentang kita?" tanya Reva dengan suara pelan, menatap kekhawatiran di matanya.
"Tenang saja, sayang. Selama kita berhati-hati, tidak ada yang akan tahu. Lagipula, aku ketua BEM. Aku bisa mengatur segala sesuatunya," jawab Bagas sambil berusaha meyakinkan Reva. Namun, dalam hatinya, dia pun merasa berat memikul beban ini. Dia tidak ingin Reva merasa tertekan.
Hari-hari berlalu dengan cepat. Reva dan Bagas berusaha untuk menjaga rahasia mereka. Mereka berbagi momen-momen kecil yang indah, mulai dari belajar bersama di perpustakaan hingga menikmati makan malam romantis di tempat yang sepi. Reva merasakan cinta Bagas yang tulus, tetapi tekanan untuk menyembunyikan hubungan mereka semakin membuatnya tertekan.
Suatu malam, saat mereka duduk di balkon dormitory Reva, Bagas tiba-tiba mengeluarkan sebuah kalung kecil dari saku. Kalung itu terbuat dari perak dengan liontin berbentuk hati. "Aku ingin kamu mengenakannya. Ini adalah simbol cinta kita, Reva. Tidak peduli seberapa sulit keadaan kita, aku akan selalu ada untukmu," katanya, menggantungkan kalung itu di leher Reva.
Reva terharu. Dia merasakan cinta yang mendalam dari Bagas. "Terima kasih, Bagas. Ini sangat berarti bagiku," jawabnya sambil meneteskan air mata bahagia. Namun, di balik senyum itu, Reva merasa ketakutan akan masa depan yang tidak pasti.
Keesokan harinya, berita mengejutkan datang dari kampus. Salah satu mahasiswa yang terlibat dalam organisasi BEM ditangkap karena melakukan tindakan melanggar hukum. Situasi ini menghebohkan seluruh kampus, dan perhatian mulai tertuju pada Bagas. Reva merasa panik, merasakan beban di dadanya semakin berat.
"Bagas, apa yang akan terjadi padamu? Apa mereka akan menyelidiki hubungan kita?" tanya Reva dengan nada cemas saat mereka bertemu di tempat rahasia mereka.
"Tenang saja, Reva. Ini tidak ada hubungannya dengan kita. Aku akan tetap berusaha untuk menjaga reputasi dan posisiku di kampus. Yang terpenting adalah kita harus tetap bersama dan saling mendukung," jawab Bagas, berusaha menenangkan Reva.
Namun, Reva tahu bahwa situasi ini bisa mengancam hubungan mereka. Dia merasa cemas setiap kali mendengar suara derap langkah mahasiswa di koridor atau ketika ada berita baru di media sosial. Semakin hari, hubungan mereka semakin sulit dijaga.
Saat malam tiba, Reva merindukan kehangatan pelukan Bagas. Mereka sering berbagi momen-momen kecil yang membuat mereka merasa lebih dekat, tetapi kini semua terasa semakin sulit. Rasa cemas menghantuinya setiap saat, dan dia tahu bahwa bagaimanapun juga, mereka harus membuat keputusan.
"Bagas, kita harus membicarakan masa depan kita," kata Reva dengan suara bergetar. "Apakah kita akan terus hidup dalam rahasia ini?"
Bagas menarik napas panjang, matanya yang biasanya cerah kini tampak serius. "Reva, aku mencintaimu. Aku ingin kita membangun masa depan bersama. Tapi aku juga tidak ingin mengorbankan impian kita di kampus. Kita masih muda, dan aku ingin kita menyelesaikan kuliah dengan baik."
Reva menatap Bagas, merasakan betapa dalam cintanya. "Tapi, bagaimana jika ada yang mengetahui hubungan kita? Bagaimana jika semua ini berakhir buruk?"
"Setiap hubungan memiliki risikonya, Reva. Tetapi kita bisa melewati semua ini bersama. Aku berjanji akan melindungimu dan anak kita. Kita hanya perlu bersabar sedikit lagi," ucap Bagas, menggenggam tangan Reva erat.
Dengan tatapan saling memahami, mereka menyadari bahwa cinta mereka cukup kuat untuk menghadapi segala rintangan. Meskipun jalan di depan tampak penuh ketidakpastian, mereka berdua tahu satu hal: cinta yang tulus akan selalu menemukan jalan.
Hari-hari berlalu dengan cepat. Reva dan Bagas tetap menjalani kehidupan mereka di kampus, dengan hati-hati menyimpan rahasia. Bagas terus berjuang di organisasi BEM, sementara Reva fokus pada persiapannya menjadi seorang ibu. Meski hubungan mereka tersembunyi dari dunia luar, cinta dan komitmen mereka semakin kuat.
Kehidupan mereka mungkin dipenuhi dengan tantangan, tetapi mereka tahu bahwa cinta sejati tidak mengenal batas. Satu-satunya yang bisa mereka lakukan adalah menjalani hari-hari dengan penuh harapan dan cinta, menunggu saat di mana mereka bisa berbagi kebahagiaan tanpa harus bersembunyi di balik bayang-bayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Birth
Historia CortaCerita pendek kisah cinta hingga kelahiran buah hati mereka