Laras menatap cincin berlian di jarinya yang baru dikenakannya sehari yang lalu. Ia tak pernah membayangkan pernikahannya akan terasa begitu pahit sejak awal. Pria yang ia cintai, Bayu, berubah drastis setelah mereka sah menjadi suami istri. Jika sebelumnya Bayu selalu bersikap lembut dan penuh perhatian, kini setiap kata yang keluar dari mulutnya tak lebih dari tajamnya pisau yang siap menghancurkan hatinya.
"Aku hanya menikahimu karena ingin memastikan kau mendapatkan balasan setimpal atas apa yang ayahmu lakukan pada keluargaku," desis Bayu suatu malam, tepat setelah mereka berdua pulang dari pesta pernikahan mereka. Mata Bayu penuh dengan kebencian yang menyala, dan Laras hanya mampu menatapnya dengan bingung.
"Apa maksudmu, Bayu?" Laras bertanya pelan, meski hatinya gemetar. Ia tak pernah tahu alasan tersembunyi di balik sikap baik Bayu selama ini.
Bayu tertawa pendek, suara yang penuh cemoohan. "Ayahmu... karena ulah ayahmu, ayahku kehilangan segalanya. Bisnis yang dia bangun hancur, dan dia... dia mengakhiri hidupnya sendiri. Tahukah kamu apa itu artinya? Itu artinya aku dan ibuku harus hidup dalam bayang-bayang depresi selama bertahun-tahun. Aku berjanji suatu hari aku akan membalas semua itu, dan inilah waktunya."
Laras mundur selangkah, rasa dingin menyelimuti tubuhnya. Selama ini, ia mengira Bayu benar-benar mencintainya. Namun sekarang ia menyadari bahwa ia hanya pion dalam rencana balas dendam pria itu.
Sejak malam itu, kehidupan Laras berubah menjadi neraka. Bayu, pria yang tadinya lembut dan penuh perhatian, menjelma menjadi monster. Setiap hari, ia menerima penghinaan, dipaksa melakukan pekerjaan rumah yang tak ada habisnya, dan dilarang bertemu dengan siapa pun kecuali Bayu sendiri. Tak ada ruang untuknya berteriak atau meminta pertolongan. Yang lebih menyakitkan, Bayu tetap memperlakukannya sebagai istri dalam arti yang lain. Tiap malam, ia memperlakukannya seolah-olah ia hanyalah benda milik Bayu semata, tanpa cinta, hanya kehendak Bayu.
Waktu berlalu. Laras hanya bisa merasakan kekosongan dan rasa sakit yang tak terhitung lagi, hingga suatu hari ia mendapati dirinya pusing-pusing. Setelah berkunjung ke dokter, Laras mendapat kabar yang mengejutkan—ia mengandung anak Bayu. Bayu adalah ayah dari bayi yang tumbuh di dalam rahimnya.
Ketika Laras menyampaikan kabar itu kepada Bayu dengan hati yang penuh harap, berharap bisa sedikit melunakkan hatinya, reaksi Bayu justru sebaliknya. Mata pria itu menyipit, menatapnya dengan amarah yang menggelegak.
"Kau pikir aku akan senang dengan berita ini?" teriak Bayu. "Kau hanya membuatku semakin jijik. Bayi ini? Hanya akan menjadi pengingat bahwa aku masih terikat dengan keluargamu."
Laras terisak, mencoba memohon, "Bayu, ini anak kita... Tidak bisakah kau melihatnya sebagai kesempatan untuk mulai membangun kehidupan baru?"
Namun, Bayu tak menghiraukan permohonannya. Ia semakin keras memperlakukan Laras, menganggapnya tak lebih dari sekadar pelayan. Setiap hari, Laras harus bangun lebih awal untuk menyiapkan segala kebutuhan Bayu dan membersihkan rumah hingga tubuhnya kelelahan. Tidak ada rasa iba dalam tatapan Bayu, hanya amarah dan dendam.
Meski begitu, perlahan, tanpa sepengetahuan Bayu, rasa yang berbeda mulai tumbuh di hatinya. Setiap kali ia melihat Laras terbaring kelelahan atau terduduk menangis dalam diam, ada sesuatu di dalam hatinya yang terasa nyeri. Bayu menepis perasaan itu, meyakinkan dirinya bahwa itu hanyalah belas kasihan semu.
***
Suatu hari, saat Laras sedang bersandar di dinding kamar dengan wajah pucat dan lelah, Bayu memasuki kamar dan menatapnya dengan tajam. Ia menahan diri untuk tidak menunjukkan perhatian, tetapi entah mengapa langkahnya berhenti sejenak.
Laras menatapnya dengan mata penuh kesedihan. "Bayu... apakah kita harus terus seperti ini? Anak ini... dia membutuhkan seorang ayah yang bisa mencintainya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Birth
Short StoryCerita pendek kisah cinta hingga kelahiran buah hati mereka