14. Bertemu orang tua Syahrul

53 2 5
                                    

"Aku memang merindukanmu, tapi aku membencimu."
°
°
°
°
°
°
°

"Ki, besokkan gue pulang jadi nanti temeni gue ke Alfa ya." Pinta Muhi.

"Jam berapa Mui" Tanya Riski di seberang sana.

"Mungki jam 3 sih, mau cari cemilan buat jalan sekalian buat Mahen sama Myha." Jawab Mugi, berharap gadisit sedang free. Bukan karena takut untuk ke Alfa sendiri namun rasanya sangat hampa tanpa Riski.

"Jam segitu ga bisa Mui, gue mau ketoko ada yang mau gue urus." Tolak gadis itu, Muhi juga tau bahwa Riski memiliki kesibukan lainnya.

"Oke gapapa, nanti gue nanya ke Jovan aja." Ujarnya, lalu setelah selesai keduanya memutuskan untuk mematikan telepon.

Muhu memutuskan untuk menghubungi Jovan, namun tampaknya pemuda itu juga sedang berkerja. Karena ini masih pukul 2 siang Muhi memutuskan chat Jovan, jadi dia tidak perlu menunggu pemuda itu kembali menelpon dirinya.

Jovan

Van, nanti jam 3 sibuk gak?
Kalo engga temenin ke Alfa ya

Setelahnya, Muhi memutuskan untuk keluar mencari beberapa makanan ringan sembari mencari tempat sejuk untuk membaca novel yang waktu itu Yegi
berikan. Setelah berjalan mengelilingi komplek Muhi yang terlalu gemas membaca tingkah cuek Hanan ke Hana serta betapa genitnya Anes yang sengaja membawakan makanan kesukaan Hana, yang telah mempunyai istri padahal Hana juga tengah memasak makanan yang sama (Ada di cerita sebelumnya, Hana;N).

"Sialan, kenapa si Hanan kaya gini sih? Apa dia gak punya otak. Bodoh-bodoh, ini juga si Hana kenapa diem aja sih? Padahal dia juga masakin yang sama." Oceh Muhi sedari tadi tanpa memperdulikan orang-orang sekitarnya yang merasa bahwa Muhi gila, karena memaki-maki sebuah Novel.

"Ini Muhi ya?." Sapa Wanita paruh baya yang kini tengah berada di hadapannya, dengan menenteng belanjaan di tangan kirinya.

"I-iya Buk, Saya Muhi. Ibu siapa ya?."  Tanyanya dengan hati-hati, takut-takut apa yang Ayahnya ucapkan kemari benar-benar terjadi, apa iya Bu Lula senekat itu untuk menjelekkan namanya? Padahal Muhi hanya menjawab ucapannya saka, dan itu memang benar-benar terjadi.

"Eh nak, kamu kenapa bengong?."Ucap Ibu tersebut, membuat Muhi tersadar dari lamunannya

"Wajar kalo kamu lupa, lagi pula sudah dua tahun kamu tidak bertemu denganku." Ujarnya, yang mampu membuat Mugi berfikir lebih keras. Hingga pada akhirnya Mugi menemukan jawabannya.

"Oh, Mama. Apa kabar, Ma? Maaf Mui tadi bener-bener lupa." Ucapnya sembari mengecup punggung tangan Asna–Orang tua Syahrul–

"Allhamdulillah baik, Nak. Sekarang kenapa udah gak pernah kerumah Mama lagi? Itu Manda suka nyariin kamu," ungkap Asna, Muhi hanya mampu tersenyum kecil sebagai jawaban.

Memangnya Muhi akan menajawab apa? Apakah perlu Mugi menjelaskan bahwa anaknya berselingkuh dengan wanita lain, yang membuat Mugi memutuskan hubungan?. Ah iya soal Manda, gadis kecil itu dulu memang sangat dekat dengan Muhi kemana pun Muhi pergi Manda akan selalu mengikutinya.

"Nak, kenapa? Mama tau kamu udah putus ya sama anak Mama, gapapa sayang Mama masih anggap kamu anak mama sendiri." Sambungnya sembari memberikan nasehat kepada Muhi, membuat Muhi lagi-lagi tersenyum kecil.

Muhi merasa cangung bertemu dengan Asna, dulu ia sangat senang jika bertemu dengan Asna namun sekarang ia lebih terlihat seperti tidak nyaman berada di sampingnya.

"Ma–" Belum sempat melanjutkan ucapannya, Asna terlebih dahulu memotong ucapan Muhi.

"Loh, Nak. Kok kamu kesini, bukannya kamu baru sampe." Tanya pada seseorang di belakang Muhi, namun gadis itu enggan membalikkan tubuhnya.

"Lagian Mama sih, lama banget aku udah laper nih." keluh pemuda itu, suara itu adalah suara yang sering Muhi mimpinya suara yang selalu ia rindukan. Dengan cepat gadis itu menolehkan tubuhnya, berharap pemuda yang berada di belakangnya adalah pemuda yang ia harapkan.

Muhi merasa tubuhnya membeku sejenak, hatinya terus berdebar menatap mata teduh yang beberapa minggu lalu ia lihat tengah bersama kekasihnya. Muhi berusaha menghindari kontak mata dengan pemuda tersebut, namun apapun yang terjadi di sisi hatinya masih ada rasa ingin memandang wajah pemuda itu.

"Hai." Ujar pemuda itu, yang mampu menyadarkan lamunan Muhi. Namun tampaknya gadis itu tidak berniat membalas sapaan pemuda itu.

"Nak, kamu kenapa?." Ucap Asnah, membuat Muhi kelimpungan akan menjawab bagaimana.

"Ma, boleh ga aku pulang duluan? Soalnya Muhi ada keperluan." Ujar Muhi, berharap sesegera mungkin pergi dari hadapan Syahrul.

"Iya silahkan, Syahrul tolong antarkan Muhi pulang ya."  Pinta Asna membuat Syahrul tersenyum bahagia, namun senyum itu seakan pudar saat Muhi menolak dengan halus.

"Ga perlu Ma, ini Muhi sebentar lagi di jemput Jovan kok," tolaknya dengan senyuman manis yang membuat Syahrul lagi-lagi tersenyum olehnya.

"Nah itu Jovan, yaudah Ma. Aku pergi dulu ya, Assalamualaikum." Salamnya sembari mencium punggung tangan Asna, kemudian memberikan tatapan tak suka kepada syahrul.

Dengan cepat Muhi melangkah meninggalkan kedua Anak dan Ibu itu, menyisakan rasa kebingungan oleh keduanya.

Siapa nih, timnya Musya
Atau malah timnya Yemu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 13, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Badai Kepulangan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang