Terima kasih telah hadir
Meski sebatas teman karirHari ini, Muhi berangkat kerja seperti biasa. Ia melayani pembeli dengan senyum yang tak pernah pudar, seolah-olah menjadi kupu-kupu yang terus menebarkan kebahagiaan kepada karyawan serta konsumennya.
"Terima kasih, Mbak Muhi! Saya sangat puas dengan pelayanan di sini," ujar salah satu pelanggan dengan wajah sumringah.
"Sama-sama, Kak! Semoga lain kali mampir lagi, ya," balas para karyawan serempak.
"Eh, lo! Sini deh, layanin kakak yang di sana," kata Leon dengan nada memerintah.
"Iya, Leon," jawab Muhi tanpa membantah.
"Halo, Kak! Selamat sore. Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya ramah.
"Sore juga! Saya lagi cari pernak-pernik untuk case HP."
"Oh, untuk pernak-pernik case HP ada di sebelah sini, Kak. Yuk, saya antar! Nah, di sini ada banyak pilihan. Kalau ada yang ingin ditanyakan, jangan ragu, ya!"
"Oh iya, Kak! Di sini kami juga punya gantungan kunci yang bisa diisi dengan dua foto, loh. Bagus banget buat kenang-kenangan."
"Serius? Boleh lihat contohnya?"
Muhi tersenyum, lalu merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya.
"Boleh banget, Kak! Untuk gantungan kuncinya sendiri seperti ini, dan ini fotonya. Fotonya ada di dalam gantungan kunci, jadi Kakak bisa mengisinya dengan foto bersama teman, keluarga, pacar, atau bahkan mantan juga boleh," jelas Muhi sambil menunjukkan gantungan kunci di dalam case-nya yang menampilkan wajah Syahrul dan dirinya di kedua sisi.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya pelanggan tersebut memutuskan untuk membeli gantungan kunci itu. Ada rasa senang yang menyelinap di hati Muhi.
"Baik, Kak. Silakan tunggu di depan. Jika sudah selesai, akan saya panggil kembali," ucap Muhi sebelum keduanya berlalu.
Setelah menyelesaikan pesanan, Muhi memutuskan untuk duduk sejenak. Sedari tadi ia terus berdiri dan melewatkan camilan yang sudah disiapkan. Perutnya mulai terasa lapar, tetapi waktu istirahatnya sudah habis karena ia menggunakannya untuk menyelesaikan pesanan pelanggan.
"Muhi," panggil Niala, salah satu karyawan yang sudah dekat dengannya sejak pertama kali masuk ke mess untuk bekerja. Karena tempat kerja Muhi cukup jauh, ia kini tinggal di mess milik toko.
"Dalem, Iala?" balas Muhi, lalu segera berdiri menghampirinya.
"Ini buat kamu. Tadi kamu nggak kebagian camilan, kan? Soalnya sibuk kerja," ujar Niala sambil menyerahkan sebuah kotak kecil berisi brownies cokelat.
Mata Muhi langsung berkaca-kaca. Niala memang selalu pengertian dengannya.
"Terima kasih, Iala," ujarnya penuh rasa syukur, lalu mulai menyantap brownies tersebut.
Namun, sebelum sempat menghabiskannya, tiba-tiba tubuhnya terdorong dengan kuat. Brownies yang ada di tangannya pun jatuh ke lantai.
"Lo bodoh apa gimana sih sebenrnya?" Tanya Niala setelah mengetahui Leon yang sengaja menabrak Muhi, dengan senyum smriknya Leon kembali berjalan gontai tanpa rasa bersalah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Badai Kepulangan.
RandomSemuanya Hanya Tentangmu Muhi, seorang gadis yang tenggelam dalam keputusasaan, berdiri di tepi hidupnya sendiri, siap melangkah menuju akhir. Namun, di detik terakhir, seorang pemuda menghentikannya. Dia duduk di sampingnya, memeluk tubuh mungil Mu...