Viona menatap kerumunan orang didepannya, banyak dari mereka berbondong-bondong memberikan barang berharga untuk acara amal yang diadakan ayahnya.
Acara amal ini untuk membantu anak yatim piatu, biasanya setiap tahun Ronald sering mengadakan acara seperti ini.
Sejujurnya Viona tidak terlalu menyukainya, bukan karena dia tidak suka beramal, tetapi tidak suka cara mereka yang memberikan amal hanya untuk kesombongan pribadi.
Walaupun dia tidak suka, barang dan uang yang diberikan mereka akan membantu beberapa anak yatim piatu.
"Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Reza.
Viona menoleh, "Disini sesak."
Reza mengerti apa yang dipikirkan Viona, sebagian orang tidak akan tau bagaimana rasanya hidup tanpa orang tua.
Ketika melihat orang kaya berbondong-bondong membantu anak yatim piatu dengan niat yang berbeda membuat Viona merasa ketidak nyamanan.
"Aku dengar kamu balikan sama Kevan?"
Metta yang berada didepan Viona menoleh dengan ekspresi terkejut, "Kamu balikan sama kakak Kevan?"
"Iya." Balas Viona.
Reza, Viona, Kevan dan Metta adalah teman sepermainan sejak kecil, dulu Viona berpikir jika Metta adalah satu-satunya sahabat perempuan nya.
Ternyata siapa sangka perempuan itu sudah lama iri kepadanya, bahkan berniat menghancurkan seluruh kebahagiaan yang dimiliki Viona.
Merebut satu persatu apa yang Viona punya, bahkan suaminya tidak lepas dari pandangan Metta.
"Tapi kenapa? bukannya kamu udah pacaran sama Brian?"
Sejak awal Viona tau jika Metta adalah penyebab putusnya hubungan Viona dan Kevan.
Perempuan itu lah yang sudah menghasut Viona untuk berselingkuh dan meninggalkan Kevan.
"Metta, jangan melewati batas." Tutur Viona.
Metta tertegun, selama ini Viona selalu baik kepadanya, gadis itu tidak pernah marah ataupun kesal.
Reza yang menyadari ada perselisihan diantara kedua orang tersebut menghela nafas pelan, dia menarik tangan Metta dengan lembut.
"Kakak!" Ucap Metta tak terima.
Metta adalah anak angkat Veter, ayah kandung Reza.
"Jangan buat ulah."
Viona menatap interaksi kakak beradik angkat tersebut, walaupun Reza baik kepadanya, kebencian nya kepada Metta tidak pernah berubah.
Diantara mereka berempat, Kevan paling tua, lalu Reza, sedangkan yang paling muda adalah Metta.
Saat ini Kevan berusia 26 tahun, sedangkan Reza 25 tahun, Viona berusia 23 tahun, dan Metta berusia 20 tahun.
Viona menoleh kearah lain, dan matanya tertuju kepada pria paruh baya yang menggunakan jas hitam dan sebuah tongkat kayu ditangannya.
"Paman." Sapa Viona ketika sudah berada dihadapan pria itu.
Saat ini ayah Kevan bukan lagi bos mafia, dia hanya seorang psikiater.
Ayah Kevan menoleh ketika melihat Viona yang berdiri dihadapannya dan menyapanya.
"Vio bagaimana kabarmu?" Tanya pria itu.
Viona tersenyum tipis dia memberikan segelas anggur kepada ayah dari Kevan tersebut, "Aku baik-baik saja, bagaimana dengan paman?"
"Kesehatanku sudah menurun."
Ekspresi ayah Kevan sedikit memburuk ketika mengingat kondisi nya sekarang, "Apalagi Lenio sudah bisa membangkang, aku benar-benar tidak bisa mengerti apa yang ada didalam otak anak itu."
Gadis itu terdiam, dia tau jika Kevan tidak suka meneruskan bisnis ayahnya, itu karena ketika dia masih kecil ibunya meninggal dunia karena ayahnya.
Atau, karena kecerobohan ayahnya yang meninggalkan ibunya sendirian dan dibunuh musuh ayahnya.
Kevan adalah anak yang menyukai kedamaian, dia tidak menyukai pertingkaian.
Tapi entah mengapa dia sekarang lebih memilih untuk menjadi seorang Tentara yang setiap harinya memegang senapan dan peluru.
"Paman apakah paman tau sekarang Nio sudah menjadi Tentara?" Tanya Viona penasaran.
Ayah Kevan adalah pria tegas yang memiliki sifat keras kepala seperti anaknya, Viona sedikit penasaran bagaimana reaksinya ketika mengetahui jika Kevan lebih memilih profesi Tentara daripada meneruskan bisnisnya menjadi bos Mafia.
"Aku tau."
"Paman tau alasan Nio menjadi Tentara?"
Dia hanya ingin tau apakah Kevan menjadi Tentara hanya untuk mengejar gadis itu?
"Sejak kecil Lenio selalu menganggumi kemiliteran, itu karena mendiang ibunya tumbuh didalam kamp militer sebelum menikah denganku."
Viona tertegun, ternyata Kevan sejak dulu sudah ingin menjadi Tentara?
"Dunia bawah terlalu hitam untuk Lenio, dia memang tidak cocok untuk mewarisi kekuatanku."
"Paman, jika Nio lebih memilih Tentara daripada Mafia, apakah sekarang dunia kami sudah tidak berbeda lagi?"
***
Didalam kamar asrama, Kevan terdiam menatap langit-langit kamar, entah mengapa dia mengingat Viona yang menciumnya beberapa hari lalu.
Hingga suara terjatuh di samping Kevan membuyarkan lamunannya, dia menatap Dino yang terdiam kaku ditempat.
"Kenapa?" Tanya Kevan bingung.
Dino biasanya santai dan banyak omong, hari ini laki-laki itu terlihat aneh, "A-apa?"
"Kamu takut?"
Kevan tertawa kecil ketika menyadari temannya tersebut takut kepadanya, dirinya memang Lenio, bukan berarti dia kejam seperti ayahnya.
"Aku gak akan membunuh kamu." Lanjut Kevan membuat Dino menurunkan kewaspadaannya.
"Kata Jion pagi tadi, kamu balikan sama cewek itu?" Tanya Dino.
Cewek itu adalah Viona, Dino pernah melihatnya beberapa kali ketika Viona menjadi kekasih Kevan.
Kevan menghela nafas kasar, "Iya."
"Kamu udah lupain Feiza?"
Kevan terdiam, dirinya tidak tau apakah ia benar-benar menyukai Feiza atau merasa kagum saja.
Karena sejak kecila dia tidak bertemu dengan remaja lain selain teman-temannya, dirinya belum pernah merasa keterikatan dengan orang luar.
Apalagi saat itu untuk pertama kalinya dia ditolong seorang gadis kecil hingga membuatnya merasa sedikit berbeda.
Jadi, saat ini Kevan sedikit bingung dengan perasaan nya sendiri.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
COME BACK TO ME
Fantasia[Spin of My time travel] Awalnya Viona sangat membenci mantan pacarnya tersebut, orang yang telah mempermainkan dirinya dan hatinya. Orang yang sudah membuangnya demi perempuan lain. Saat itu tepat 9 tahun dirinya meninggalkan dia dan menikahi suami...