14 - DUNIA YANG INDAH

74 14 1
                                    

"Kevan siapa?" Tanya Viona bingung.

Beberapa dari mereka saling pandang, jelas-jelas rumah ini milik Kevan, mengapa gadis ini tidak mengenal nama pacarnya sendiri?

"Bodoh, diluar kamp, namanya Lenio." Ucap Rifan.

Disaat itu juga Viona baru mengingat jika Lenio sudah berganti nama menjadi Kevan.

Tidak banyak orang yang tau apa alasan Kevan pergi ke kamp militer dan mengganti namanya.

Tapi yang Viona tau, Kevan ingin mendekati seorang gadis yang berada disana.

"Iya aku mencari Kevan." Balas Viona.

Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian mereka, di depan pintu terdapat Kevan yang menatap Viona dengan raut Wajah terkejut.

"Kenapa kamu disini?" Tanya Kevan.

"Nio aku-"

"Aku sudah memperingatkan kamu tadi siang, jangan membuat aku mengulangi nya lagi."

Viona maju kedepan, disaksikan beberapa teman Kevan yang sedari tadi terdiam.

"Nio aku tau aku salah, aku seharusnya tidak mencampuri urusan kamu atau bahkan mengatur keputusan kamu."

"Sejak dulu kita selalu bersama, karena itu aku tidak mengerti kenapa kamu sangat kejam? tetapi aku tau dibalik keputusan kamu pasti ada alasannya."

Kevan terdiam untuk beberapa saat, dia tidak ingin melibatkan Viona, tapi gadis ini selalu berada disisinya dan menjadi satu-satunya orang yang paling mengerti dirinya.

Laki-laki itu menarik Viona kedalam kamar, pertengkaran mereka berdua tidak seharusnya disaksikan Bebe temannya.

Didalam kamar, mereka berdua saling tatap tanpa membuka suara.

"Kita selesaikan semuanya sekarang, hubungan kita semakin gak jelas." Tutur Viona.

Viona selalu ingin maju, tetapi Kevan selalu mundur.

"Kenapa kamu berubah pikiran? kenapa kamu tidak bersama laki-laki itu lagi?" Tanya Kevan.

Ekspresi Viona menjadi sedikit rumit, dia sudah datang dari masa depan untuk menghindari nasib buruknya. Namun Kevan ingin dia kembali berjalan di duri itu?

Menikahi Brian sama saja membunuh dirinya sendiri.

"Apakah menurut kamu aku harus bersama nya?" Tanya balik Viona.

Viona maju selangkah lebih dekat, dan Kevan mundur kebelakang sehingga menciptakan jarak diantara mereka berdua.

"Apakah kamu menyukaiku?"

Dia hanya berharap jika Kevan menyukainya, hanya itu harapannya.

Kevan terdiam, ketika gadis itu melihat keterdiaman laki-laki didepannya tersebut, dia seperti mendapat jawaban yang selalu menjadi teka-teki.

"Kamu tidak pernah menyukaiku."

Surat yang Kevan tinggalkan sebelum dia meninggal hanya karena dia merasa bersalah? bukan karena dia menyukai nya.

Mata nya menurun kebawah, dan perlahan tubuhnya mundur kembali kebelakang.

Melihat reaksi Viona, entah mengapa Kevan menjadi sedikit gelisah, hingga dia meremas tangan nya sendiri untuk menghilangkan kegelisahan nya.

"Kamu benar-benar ingin aku bersama nya?" Tanya Viona lagi, kali ini suaranya lebih pelan daripada tadi.

"Viona, kita berada di dunia yang berbeda.." Tutur Kevan dengan wajah yang sedikit melembut.

Mata Viona kembali terangkat, "Jika kamu mengatakan menyukaiku, aku akan masuk kedalam duniamu bahkan jika aku harus bertempur dengan monster aku tidak akan pernah takut apalagi mundur."

"Namun jika kamu tidak menyukaiku, untuk apa aku maju? aku akan terluka bahkan lebih terluka lagi."

"Bahkan jika aku menyukaimu, aku akan tetap lebih menyukai diriku sendiri, jika kamu pergi aku tidak akan mengejar lagi."

Suasana di kamar tersebut menjadi mencekam, tidak ada yang membuka suara setelah Viona mengatakan hal tersebut.

"Nio kamu tidak akan mengerti bagaimana rasanya menyukai seseorang, karena kamu tidak memiliki hati dan emosi." Tutur Viona lagi.

Gadis itu berjalan menuju pintu, namun sebelum tangannya membuka pintu, Kevan lebih dulu menahan tangannya.

"Aku menyukaimu."

Viona berbalik, matanya menatap Kevan dengan raut yang tak percaya.

"Lalu kenapa kamu terus mendorongku pergi?"

Laki-laki itu menundukkan kepalanya, tangannya semakin mencekal tangan Viona dengan erat.

"Aku takut rasa suka ku bisa mencelakaimu."

"Dulu aku pernah menyayangi seseorang, tetapi akhirnya dia mati didepan mataku."

Kedua mata mereka berdua bertemu, dapat Viona lihat dimata Kevan ada setitik ketakutan didalamnya.

"Kamu takut maju?" Tanya Viona.

Kevan tidak menjawab, tetapi apa yang Viona katakan benar, dia takut maju karena takut menyakiti gadis itu.

Namun yang tidak Kevan sangka adalah, Viona maju beberapa langkah hingga tidak ada lagi jarak diantara mereka berdua.

"Biar aku yang maju."

***

"Dia?" Tanya Dino ketika Kevan keluar dari kamar tanpa Viona.

"Tidur." Kata Kevan santai namun bisa membuat pria setenang Rifan tersedak minuman nya.

"Tidur?"

Kevan yang tidak mengetahui pikiran abnormal sahabat nya tersebut terlihat santai tanpa merasa aneh sedikitpun.

Karena nyatanya Viona memang tertidur di kamarnya setelah pertengkaran mereka beberapa waktu lalu.

Senyum tipis terbit diwajah Jion, selama mereka berteman beberapa tahun ini, Jion selalu melihat sifat Kevan yang kekanakan bahkan ceroboh.

Walaupun dia adalah seorang mafia, bagi Jion Kevan dan Lenio berbeda, namun kali ini dia melihat sisi lain dari Kevan maupun Lenio.

Disaat Kevan menyukai seseorang dia terlihat berbeda dari biasanya, pria ceroboh sepertinya ternyata bisa bertindak lembut kepada seorang wanita.

Jion tidak pernah berharap jika dia akan berteman dengan mereka, tapi dia bersyukur karena telah dipertemukan dengan mereka.

Keluarga Jion hanya rakyat bawah, ayahnya adalah seorang petani dan ibunya sudah meninggal dunia sejak dia masih kecil.

Dia dan ayahnya bertahan hidup dengan mengandalkan satu sama lain.

Disaat dia bertemu dengan teman-teman nya, Jion mengerti bagaimana dunia luar.

Tidak sepenuhnya manusia bernasib buruk, terkadang banyak sekali hal indah yang ada di dunia ini.

Tergantung kita bagaimana cara melihat nya.

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

COME BACK TO METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang