11 - BANTUAN

219 18 6
                                    

Mafia bukan hanya tentang menjual senjata secara ilegal namun juga obat terlarang.

Sebagai seorang tentara sekaligus mafia, Kevan sudah menyiapkan mental untuk melakukan yang berada diluar jalur pekerjaan nya.

Jika dia menjadi Mafia, dia akan diburu tentara, jika dia menjadi tentara dia akan memburu mafia.

Namun dia menjadi tentara ada manfaatnya juga untuk pekerjaan nya menjadi mafia, yaitu rahasia markasnya tidak akan pernah bocor ke dunia luar.

Dan tidak ada tentara yang bisa menangkap nya.

Walaupun pekerjaan yang Kevan lakukan ilegal, dia tidak pernah melakukan perdagangan manusia. Kevan menghargai setiap nyawa manusia.

Pintu ruangan pribadi Kevan terbuka, dua bawahan Kevan yang tadi mencambuk Riya datang sambil menyeret tubuh Riya yang penuh luka bahkan darah.

"Sudah selesai?" Tanya Kevan tanpa menatap keadaan Riya sekarang.

Riya mendongak dengan tatapan penuh kebencian, walaupun marah dia tidak bisa melakukan apapun kepada laki-laki didepannya tersebut.

"Tuan, nona Riya sudah selesai menjalankan hukuman." Tutur salah satu dari mereka.

Kevan menatap Riya yang terduduk lemas dilantai, alisnya sedikit menukik ketika menyadari tubuh Riya sedikit bergetar.

"Pulihkan dirimu selama satu tahun." Ucap Kevan.

Riya kembali mendongak, "Lenio! kamu mengusirku?!" Teriak Riya dengan suara serak.

"Benar, lagipula kamu tidak kompeten dalam melakukan tugas."

"Aku menerimamu karena ayahmu yang memaksa papa."

Sebenarnya Kevan sudah berencana untuk tidak membawa Riya ke sisinya, tetapi ayah Riya yaitu mantan bawahan papa nya membujuk agar Riya menjadi orangnya.

Dan juga pada saat itu Kevan sudah memutuskan siapa yang akan menjadi tangan kanannya yaitu Bima.

Namun siapa sangka papa nya mengizinkan Riya untuk menjadi tangan kanan dan mengelola markas disaat Kevan berada di kamp.

"Antarkan dia kerumahnya." Ucap Kevan tanpa menoleh sedikitpun.

***

Viona berjalan memasuki rumahnya, diruang tamu dia melihat Metta dan Reza yang sedang berbicara dengan Ronald.

"Vio kamu sudah pulang?" Sapa Reza dengan senyuman tipis diwajah nya.

Viona mengangguk, dia dan Reza sejak awal tidak memiliki konflik apapun, jadi dia datang menghampiri Reza dan mengabaikan Metta yang berada di samping Reza.

"Kenapa kamu disini?" Tanya Viona heran.

Dia tidak mengundang Reza kerumahnya, laki-laki itu juga tidak akan datang tanpa dirinya panggil.

"Aku mau minta tolong sama kamu."

Alis Viona terangkat sedikit, setaunya Reza adalah tipe laki-laki yang arogan dan sombong, sama seperti Kevan dia tidak pernah meminta bantuan orang lain apalagi kepada perempuan.

"Hal apa?"

Reza berdiri dan membawa Viona ke dapur, sepertinya dia tidak ingin Ronald mengetahui sesuatu.

"Lenio menghukum cambuk lima puluh kali ke kak Riya, sekarang dia bahkan mengusir kak Riya dari markas."

Viona terdiam, sejak kapan Kevan suka menghukum bawahnya sendiri? apalagi orang itu adalah kak Riya.

"Terus kamu mau aku gimana?"

"Kamu bisa bantu aku bicarakan masalah ini ke Lenio gak?" Tanya Reza penuh harap.

"Aku.."

Dia dan Kevan tidak terlalu dekat seperti mereka masih kecil, apalagi sekarang Kevan sedang marah kepadanya karena masalah perselingkuhan bersama Brian kemarin.

Jika dia ikut campur dalam masalah mereka, mungkin Kevan benar-benar akan lebih marah lagi kepada nya, tapi jika dia tidak membantu Viona merasa kasihan dengan kak Riya.

Kak Riya adalah wanita yang baik dimatanya, dia adalah perempuan yang sering membantunya.

"Akan aku coba."

Senyum diwajah Reza terlihat, dia mengangguk dan menepuk kepala Viona dengan pelan.

"Makasih ya."

Mereka berdua keluar dari dapur, dia menatap Ronald yang terlihat penasaran dengan obrolan nya dan Reza tadi.

Dan juga Metta yang terlihat pendiam duduk di kursi sambil memakan buah Cherry.

"Aku mau ke markasnya Nio." Tutur Viona kepada Ronald.

Walaupun dia tidak akur dengan ayahnya, dia tetap merasa jika harus memberitahukan kemana dirinya akan pergi agar pria tua itu tidak khawatir.

Ronald mengangguk mengerti, "Hati-hati."

"Vio aku boleh ikut gak?" Tanya Metta.

Viona memutar bola matanya, lalu berjalan pergi tanpa menjawab pertanyaan Metta.

Walaupun tidak mendapatkan persetujuan atau penolakan, Metta tetap berlari mengikuti Viona menuju mobil yang terparkir di halaman.

Didalam mobil, terjadi keheningan yang tidak biasa, bahkan Metta yang biasanya selalu berbicara kini terdiam seribu bahasa.

Butuh waktu 45 menit untuk sampai ke markasnya Kevan, karena jalan yang dilalui sempit dan terpencil membuat perjalanan menjadi lebih lama.

Setelah sampai didepan bangunan yang sangat luas, Viona membunyikan klakson nya agar gerbang dibuka.

Beberapa pria berbaju hitam datang mendekat, disaat itu juga Viona membuka kaca jendela mobil.

"Ini aku." Tutur nya.

Dia sering datang ke markasnya Kevan sejak kecil, bahkan tidak ada orang yang tidak mengenalnya.

Beberapa pria berbaju hitam tersebut mengangguk mengerti lalu membuka gerbang agar mobil yang dikendarai Viona bisa masuk kedalam.

TBC

COME BACK TO METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang