📜17

206 7 0
                                    


Typo? Abaikan

Kini hubungan Ciko dan Vino berjalan 5 bulan lamanya,tapi Bara selalu mendekati Ciko terus menerus,bahakan terang²an di hadapan Gilang maupun Vino.

Seperti saat ini, kini Bara berada di rumah Ciko, sebrnya Bara cuman ingin bertemu Ciko walpun Ciko gak mau.

"Dek,beli belanja bulanan kita gih, kan udah pada abis, lagian bunda juga pulangnya masih lama"

"Lo aja ah gue males"

"Ck, gue males juga, lu berdua ma Bara gih lagian dia disini cuman mau ketemu sama Lo doang" 

Ciko mendengus kesal Gilang, di bilang dia tu males.

Tanpa ba bi bu, Bara narik tangan Ciko keluar dari rumah, Gilang yang ngeliat itu cuman senyum bangga.

"Ayo gue anter" ajak Bara yang terus menarik tangan Ciko, Ciko berusaha berontak tapi ga bisa.

"Di bilang gue gak mau"

"Pake helem nya"

Ciko nolak hal itu, ia malah menatap tajam Bara, bara ga takut ia justru memasang helem di kepala Ciko, mengangkat tubuh Ciko di atas motrnya.

"Pegagan"

Tak berapa lama, kini mereka berdua sampai di indo Mei, ciko langsung masuk aja ke indo Mei, bukan beli yang penting  tapi yang penting beli.

"Aus gue"

Ciko berjalan menuju pintu kulkas, ia bingung mau pilih minuman yang mana, Ciko tertarik sama yang di atas, ia berjinjit buat ngambil tu minuman tapi nihil.

Tiba² tangan bara yang ambil minuman yang Ciko mau ambil, kini minumannya ada di tangan Bara, bara ngeliat wajah Ciko dari bawah, Ciko juga ngeliat wajah Bara dari atas.
Jarak wajah Ciko sama Bara lumayan dekat, jadi bisa aja Bara cium Ciko.

Bara meniup wajah Ciko, kini ia memberikan minuman yang ia ambil kepada Ciko.

Bara langsung meninggalkan Ciko disitu, ia pergi menuju kasir, memberi barang belanjaan Ciko.

"Ini aja mas" -kasir

Bara mengangguk, menunggu nominal semua yang Ciko beli.

"Jadi 555 rb mas" senyum kasir tak luput dari pandangan Ciko.

"Dih" batin Ciko.

Bara mengeluarkan kartu, ia berikan ke kasir.

"Oke mas ini kartunya, makasih ya mas"

Bara cuman berdehem, terus langsung mengambil barang belanjaan tadi.

"Jangan lupa mampir lagi ya mas" teriak kasir tadi.

"JINGIN LIPI MIMPIR LIGI YI MIS" yang membalas bukan Bara, melainkan teriak Ciko.

"Udah ayo pulang"

Kini Bara dan Ciko bergegas pulang.

Beberapa menit, Bara sama Ciko sampai di rumah Ciko, Ciko dan Bara melihat motor yang terparkir di depan halaman rumah Ciko.

"Wih kayak motor Vino"

Ciko berlarian menuju ke dalam rumah, Bara cuman menghela nafas, membawa barang belanjaan Ciko.

"CIKO PULANG"

Ciko ngeliat ke arah ruang tamu, ternyata benar ada vino, kini ia duduk di samping Vino, Vino tersenyum ganteng pada Ciko.

"Mulai bucin"

Bara menghampiri mereka, menaruh barang yang ia bawa di atas meja

"Wih, maksih bro terus ini pake uang Lo?"

"Iya bang pake uang bara tadi"

Bara melirik Ciko, bergantian menatap Vino, Vino yang di tatap cuman ngangkat bahu nya.
Bara memutarkan bola matanya.

"Owhh, nanti gue ganti uangnya"

Bara ngegeleng, dia udah kaya, uang segitu menurut bara uang makan dia sejam.

"Beneran nih, thanks bro"

Bagas membawa barang belanjaan ke dapur.

Bara duduk santai di sofa, kini Ciko sama Vino bermesraan, Bara cuman diem main ponselnya.

"Kok Lo kesini ga ngmong sih" omel Ciko.

"Surprise sayang" Vino mengelus rambut Ciko, Ciko cuman mengangguk.

Bara yang liat Vino mengelus rambut Ciko, cuman bisa berdecih.

"Cih"

Gak lama Bagas dateng, ia juga mau menanyakan berita soal geng sebelah.

"Oh iya bar, lu tau tentang geng sebelah?"

Bara yg di ajak ngomong ngeliat Gilang, ia ngangguk aja.

"Lu tau siapa nama ketua geng nya?"

Sekali lagi Bara ngangguk, Gilang jengkel Bara cuman ngangguk aja, disini bukan kutub, tapi dia sendiri yang dingin.

11 15 sama Varo,Vino dingin nya, 
Varo,Vino 11 nah Bara ni 15.

"Ck, jelasin njir"

Kini Vino menatap Bara, begitupun Bara menatap Vino, dan kini menatap Gilang.

"Elang nama geng mereka, ketua nya Elang Fernando, ketua mafia, pembunuhan gelap, udah banyak kasus yang terjerat, tapi sampe sini dia belum di tangkap polis, karna identitasnya belum di temuin, da-"

Kini yang melanjutkan Vino.

"Dan polisi udh banyak yang nyari siapa pelaku pembunuhan gelap ini, bahakan anak buah mereka selalu di kabarkan mati setiap cari pelakunya" 

"Dan kita ga bisa sembarangan buat laporin dia, siapa yang ngelaporin dia bakal mati detik itu juga"

Gilang kaget denger semua penjelasan Bara sama Vino.

Ciko yang ga ngerti, kini cuman lirik sana sini, cuman liat ekspresi wajah mereka satu persatu, yang dari Bara, ekspresi nya santai, dingin kek b aja, yang Vino juga gitu, dia malah nyebat, kini dia liat ekspresi Gilang yang shock beratt sepertinya.

"Lu kenpa bang" tanya Ciko yang cuman di jawab gelengan kepala aja.

Bara fokus pada ponselnya kini melihat kearah Vino, Vino juga ngeliat Bara.

"Gue pulang"

Bara berdiri, bersiap siap buat pergi, kini dia natap Ciko, Ciko yang di tatap cuman ngerutin alisnya.

"Gue pulang dulu"

Ciko ngangguk aja, Bara juga ngangguk.

"Tii ati bro, maksih juga" Gilang menepuk pundak Bara.

Bara ngangguk terus dia pergi meninggalkan mereka.

Ga sampe 2 menit kini Vino juga ikut pamit pulang.

"Gue pulang juga ya, besok ketemu lagi" Vino berpamitan mengacak rambut Ciko.

"Iya tii ati" Vino tersenyum.

"Tii ati bro"

Vino mengangguk pada Gilang.

📜

MAKSIH YANG UDAH BACA+VOTE
MAAF KALAU ADA TYPO NYA
LOVE YOUU KALIAN

📜PERKARA SURAT📜 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang