Bagian 33 | Gertakan Ringan

56 31 18
                                    

Bagian 33 | Gertakan Ringan

"Bukan dirimu yang bodoh, tetapi situasi yang diciptakan telalu rumit."

🖋🖋🖋

Selepas salat jumat di Masjid, seluruh anak ekskul tenis meja sepakat menuju rumah Abimanyu. Tujuan utama mereka adalah mengecek kondisi sang ketua ekskul. Hanya saja, setibanya mereka rumahnya, bangunan cukup besar itu senyap dengan tirai jendela masih menutup.

"Kayaknya Abimanyu gak ada di rumah, apa mungkin dia pergi sama keluarganya ke suatu tempat, ya?" tanya Galen yang baru saja meneduhkan motornya.

Hari ini cuaca amat panas, mungkin saja mentari sedang ingin memberikan kesempatan kepada pedagang ikan asin supaya bisa membuat barang dagangannya kering cepat.

Jeffran menggeleng tanda tidak tahu. Dia duduk lesehan di teras rumah tanpa rasa jijik, "Agak mustahil kalau itu. Sekarang lagi masa ulangan akhir semester, masa dia pergi tiba-tiba?"

"Keperluan mendesak mungkin? Itu alasan paling masuk akal kalau dia tiba-tiba pergi begini," sahut Surya sambil memakan cilor yang baru saja ia beli di depan gang saat ingin memasuki komplek rumah Abimanyu.

Bertepatan dengan suara Surya yang menghilang setelah menanggapi ucapan Jeffran, tiba-tiba saja mobil berwarna merah tua berhenti tepat depan rumah Abimanyu. Lalu, pintu mobil terbuka, menampakkan sosok yang tengah mereka cari saat ini.

Wajah Abimanyu tampak lesu. Tangannya diinfus, ia berjalan menuju rumahnya seraya menyeret tiang berisi kantong infus. Mobil mewah itupun segera meninggalkan Abimanyu.

Semua pandangan sontak mengarah kepada lelaki itu. Hendra berjalan cepat, menghampiri sang kawan. Ekspresi Hendra sangat panik, matanya sedikit menyipit, keningnya berkerut, lantas ia memapah Abimanyu yang sedang menyeret kakinya pula.

"Eh, sini bantuin!" panggil Hendra kepada teman-teman mereka yang diam membeku.

Galen dan Jonathan langsung bergegas. Mereka membopong tubuh Abimanyu tanpa meminta izin dari sang pemilik tubuh. Kemudian mereka menurunkannya di teras, membiarkan Surya membuka pintu rumah selepas diberitahu oleh Abimanyu mengenai keberadaan benda berharga itu.

Kini, mereka tiba di dalam kamar Abimanyu. Berkat pertolongan dari Galen, Jonathan, pun Hendra yang membawakan infus beserta tiangnya, Abimanyu bisa berbaring nyaman di atas kasur.

Kepala Abimanyu terdapat perban kecil, wajahnya pun memiliki cukup banyak goresan yang menimbulkan bermacam-macam pertanyaan. Namun, mereka memilih bungkam. Keadaan sang kawan saat ini masih belum pulih dan tampak sedang kesakitan.

"Kalian khawatir sama gue, ya?" tanya Abimanyu dengan suara cukup serak. Ia tersenyum kecil sehingga membuat teman-temannya jengkel.

Sabili menghela napas panjang. Dia berbaring di sebelah Abimanyu, "Enggak sih. Kita ke sini rencananya mau numpang makan, soalnya lo gak sekolah. Kami nyangkanya ada hajatan di rumah lo, ternyata malah ada orang sakit-sakitan."

Sarkas sekali sindirannya, tetapi Abimanyu sama sekali tidak tersinggung. Ia malah meladeni si lawan bicara sambil membocorkan kejadian yang ia alami sehingga harus seperti ini.

"Iya, nih. Si orang sakit-sakitannya aja gak tahu kenapa dia bisa begini. Tiba-tiba aja ada di rumah sakit, padahal sebelumnya ada di sekolah. Lagi menghadiri perkumpulan ketua organisasi."

JERUJI IKRARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang