Bagian 8 | Dalih
"Semua hal butuh alasan. Bahkan kelahiran dan kematian perlu itu."
🖋🖋🖋
Abimanyu bersandar pada dinding dekat wastafel, tidak ada siapa pun di toilet ini. Alasannya menetapkan pilihan pada toilet ini, tidak lain tidak bukan karena menghindari pengawasan kamera pengawas. Setiap sudut dinding sekolah ini tertempel kamera pengawas yang mampu merekam video dan percakapan seseorang. Daripada harus membuat kesalahan dengan meninggalkan jejak tersebut, Abimanyu lebih memilih aman.
Menurut naluri Abimanyu, ada sesuatu yang salah pada dirinya yang menjabat sebagai ketua ekskul tenis meja sekarang. Perkataan Serlin mengenai hak istimewa terngiang dalam benaknya. Apa yang bisa didapatkan setelah menjadi seorang ketua? Lalu, kenapa Serlin bersikap semena-mena kepada Kepala Sekolah?
Pertarungan pikiran Abimanyu berhenti ketika ia mendengar suara decitan pintu. Menampakkan dua orang siswa setinggi 180cm saling bercanda satu sama lain. Raffael dan Haruga, teman sekelas Abimanyu.
"Abimanyu! Udah lama nunggu, ya?"
Raffael mengangkat tangan kanannya bermaksud menyapa. Salah satu tangannya ada di saku celana, senyuman penuh misteri terpampang begitu saja usai melihat raut Abimanyu yang sedang menyimpan banyak sekali pertanyaan.
Abimanyu menyimpan ponsel yang sedaro tadi ia mainkan. Lantas menyilang lengan depan dada, "lama amat, sih. Perasaan dari lantai dua ke lantai tiga gak makan banyak waktu."
"Awak nih tak tahu care cakap terime kasih gitu? Kami udah datang aja harusnya bersyukur, Alhamdulillah."
Haruga secara lancar mengeluhkan cara penyambutan Abimanyu. Meski tidak terlalu dekat dan kalau berinteraksi hanya sekedar tukar-menukar jawaban, Haruga tetap bisa melontarkan segala hal yang ada dipikiran ke semua orang, siapa pun itu.
Abimanyu mengangkat sebelah alisnya, tampak bingung terhadap kehadiran Haruga. "Tamu gak diundang, ya?" selidiknya sembari tersenyum miring, menyindir bocah kelahiran Kuala Lumpur itu.
"Lho? Emang gak ada lo kasih undangan juga!" balas Haruga menjulurkan lidahnya. "Lagian ngapain, sih, harus bicara sembunyi-sembunyi begini? Ada tempat yang lebih bagus daripada ini, di rooftop, di taman belakang, di gudang, di laboratorium kimia juga gak ada CCTV. Kenapa malah milih tempat beginian, sih? Jorok banget!" omelnya.
"Bacot banget congor lo! Kalau mau protes, mending keluar aja." Raffael membekap mulut sang kawan dan melirik Abimanyu, memberi isyarat untuk teman sekelasnya itu supaya segera memberi tahu maksud yang ingin ia sampaikan.
Abimanyu menghela napas sejenak sebelum berbicara. "Gue langsung ke intinya aja, apa maksud si Serlin tentang hak istimewa? Dan apa hubungan dia sama Pak Gahar sampai dia berani semena-mena gitu?"
"Dari tiga kesempatan yang gue kasih, lo mau itu jadi pertanyaan pertama?" tanya Raffael mengangkat dua alisnya.
Sang lawan bicara spontan mengangguk. Tujuan Abimanyu memang untuk itu. Dia mau mengetahui segala hal mengenai hak istimewa sebagai ketua ekskul tenis meja. Walau terkesan tidak terlalu penting, dia yakin sekali kalau itu adalah salah satu cara pintas dalam menyesuaikan diri nantinya.
"Singkatnya, Serlin itu anak dari donatur sekolah. Dia ketua ekskul tari, bisa dibilang dia salah satu siswa VIP yang sangat disanjung sama Kepala Sekolah—"
Haruga langsung menarik bahu Raffael ke belakang, lalu menatap sang kawan nyalang. "Lo jangan beberin itu, anjing! Lo mau mati, ya?" ucap Haruga yang cukup terkejut pada tingkah Raffael.
![](https://img.wattpad.com/cover/364591048-288-k14800.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JERUJI IKRAR
Mystery / Thriller"Sang Pecandu datang." Riwayat kami akan segera tamat apabila manusia sialan itu tiba. Kegelapan kembali merenggut paksa harapan kami untuk bebas. Jalan yang telah kami tempuh dengan keringat, air mata, dan pemikiran harus berakhir seperti ini. Kam...