Bagian 26 | Data-data tersangka

68 39 9
                                    

Bagian 26 | Data-data tersangka

"Walau tersembunyi, manusia tetap bisa mencari."

🖋🖋🖋

Kamis, 14 Desember 2023

Tangisan alam yang mengguyur tanah kota tadi malam berhasil bertahan hingga pagi ini. Masih awet dan tampak masih belum berminat untuk berhenti.

Pada peristiwa ini, kadar rasa malas setiap individu tentunya meningkat secara drastis. Cuaca sejuk cenderung dingin akan membuat selimut menjadi benda ternyaman ketika membungkus tubuh. Memberikan kehangatan luar biasa, lantas membuat setiap orang berleha-leha.

Burung-burung pun pagi ini tidak berminat mengeluarkan kicauannya seperti hari biasa, mereka memilih berteduh di kios-kios atau pepohonan seraya menyelimuti diri dengan sayap mereka.

Ada pula para ayam yang meredam suaranya supaya tidak berkokok. Ia seakan tahu bahwa manusia sedang tidak ingin diganggu, ia membiarkan Tuan-Tuan dan Nyonya-Nyonya pemberi makannya tertidur lelap di atas kasur.

Berbeda dengan kadar rasa malas yang meningkat, kendaraan di jalanan malah menurun drastis. Rasa takjub tentu tidak seharusnya dibendung lagi, karena biasanya jalanan pada jam setengah tujuh pagi selalu sudah memasuki tahap macet, tapi hari ini lancar-lancar saja.

Akibat dari hal tersebut, Abimanyu bisa menerobos hujan bersama Papanya. Ia memakai jas hujan berwarna biru tua, sedangkan Papanya memakai jas hujan berwarna hijau tua.

Motor yang biasanya dipakai oleh Abimanyu itu kini beralih posisi menjadi tunggangan sang Papa.

"Di sini saja, Pa, jangan masuk ke dalam lagi." Abimanyu menepuk pelan bahu Papanya setelah sampai di dekat bangunan persegi khusus tempat satpam sekolah berjaga.

Papa Abimanyu memberhentikan motornya, kemudian menunggu sang Anak melepaskan jas hujan.

"Hari ini kamu pulang jam berapa? Biar nanti Papa jemput lagi," tanya pria berlesung pipi itu, hal yang berhasil ia wariskan kepada Abimanyu.

Sang Anak tampak berpikir sejenak, kemudian tersenyum memandang orang tuanya. "Biar nanti Abim nunggu bus aja atau minta anterin sama teman Abim. Papa fokus sama pekerjaan Papa aja, jangan sampai terbagi-bagi."

"Kalau untuk Abim, Papa rela bagi waktu."

Kalimat tersebut berhasil menghangatkan hati Abimanyu di tengah udara dingin. Ia mengulas senyuman menawan, kemudian meraih tangan kanan Papanya dan menciumnya perlahan.

"Gak usah romantis sama Abim, Pa. Abim gak bakalan termakan rayuan Papa itu, Abim bukan Mama."

Pria dewasa berlesung pipi itu tertawa perlahan. "Kalau bukan karena rayuan Papa, kamu bakalan gak ada, Bim."

"Iya, deh, iya. Terserah Papa aja." Abimanyu memilih menyerah. "Abim masuk kelas dulu, ya? Assamualaikum, Papa."

Papa Abimanyu mengangguk perlahan. Beliau memandang sang anak dengan tatapan lembut sebab sang anak amat mirip dengan istrinya.

"Semangat belajarnya, Bim. Jangan hiraukan orang-orang yang membawa pengaruh buruk sama kamu, fokus pada impian dan tujuan kamu!"

JERUJI IKRARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang