Pemakaman Laras adalah peristiwa yang membuat semua orang yang hadir tertunduk dalam kesedihan. Angin sore berhembus pelan, membawa serta aroma bunga-bunga yang dibawa oleh para pelayat. Bayu berdiri di sana, mengenakan pakaian serba hitam, memandang peti jenazah Laras yang perlahan diturunkan ke dalam tanah. Wajahnya pucat, matanya memerah karena kurang tidur dan tangisan yang ia tahan sejak kematian Laras.
Di sekitarnya, para pelayat diam. Mereka tidak berani mendekat, hanya bisa melihat dari kejauhan bagaimana seorang pria yang dulunya begitu angkuh kini terlihat rapuh, seolah dunia telah merenggut semua yang ia miliki. Saat tanah mulai ditimbun menutupi peti jenazah, Bayu berlutut di tepi makam, seolah enggan membiarkan Laras pergi begitu saja. Pandangannya terfokus pada tanah yang perlahan-lahan menutupi sosok wanita yang telah ia lukai dengan begitu dalam. Bayu mengingat semua kenangan yang mereka miliki, dari saat pertama kali ia menikahi Laras dengan dendam di hatinya, hingga detik-detik terakhir ketika ia menemukan tubuhnya tergeletak tak bernyawa di kamar mereka.
"Maafkan aku, Laras..." bisiknya lirih. Air mata yang ia tahan akhirnya jatuh, dan Bayu merasakan sesak yang teramat dalam. Semua perbuatan buruknya pada Laras kini berputar di benaknya bagaikan mimpi buruk yang tak berkesudahan.
Setelah pemakaman, Bayu pulang ke rumah yang kini terasa kosong dan sunyi. Anak laki-lakinya yang dulu ia pisahkan dari Laras kini dipindahkan ke rumah utama, namun keberadaan bayi itu tidak membawa kebahagiaan. Setiap kali ia menatap wajah mungil yang polos itu, ia teringat akan wajah Laras yang bersusah payah mengandung dan melahirkan. Bayu merasa bersalah karena tidak pernah benar-benar ada untuknya, bahkan ketika Laras menghadapi kesulitan dalam proses persalinan. Bayu sadar, semua penderitaan yang dialami Laras, dari kehamilan yang berat hingga depresi setelah kehilangan putri mereka, adalah akibat dari kesalahannya sendiri.
Setiap malam, Bayu dihantui oleh mimpi buruk. Dalam mimpinya, ia sering melihat Laras menatapnya dengan tatapan penuh luka, atau kadang ia melihat bayangan Nadia yang berlari-lari kecil sambil tertawa, memanggilnya dengan suara ceria, namun begitu ia mendekat, bayangan itu menghilang. Sekali waktu, ia bermimpi didatangi seorang gadis kecil yang sangat mirip dengan Laras, memiliki mata yang besar dan senyuman manis. Gadis itu memanggilnya "Ayah" dengan suara lembut. Bayu terbangun dengan air mata, hatinya teriris memikirkan bahwa ia telah kehilangan segalanya karena kebenciannya yang tak beralasan.
Hidup Bayu menjadi gelap. Di siang hari, ia tampak seperti bayangan dirinya yang dulu—berdiri kokoh sebagai seorang CEO, namun kosong di dalamnya. Saat malam tiba, ia kembali dihantui mimpi-mimpi yang menyesakkan. Mimpinya berulang kali membawa sosok Laras dan Nadia, mengingatkannya pada dosa-dosanya yang terus menerus menghantui. Bayu semakin depresi, merasa tak ada lagi yang tersisa untuknya di dunia ini.
Suatu malam, saat ia terpaksa bekerja lembur karena banyaknya pekerjaan yang tertunda, ia merasa kelelahan luar biasa. Setiap kali ia mencoba tidur, ia selalu terbangun karena mimpi buruk yang terus-menerus hadir. Mimpi buruk itu membuat tubuhnya lelah, pikirannya terkuras, hingga setiap kali ia tertidur, ada bayang-bayang Laras yang membuatnya terjaga dengan keringat dingin.
Dalam perjalanan pulang dari kantor, kantuknya semakin tak tertahankan. Kepalanya terasa berat, dan setiap ia mencoba memfokuskan pandangannya ke jalan, matanya justru semakin sulit untuk tetap terbuka. Ia sempat berhenti sejenak, mengusap wajah, berusaha menyadarkan diri. Namun, rasa lelah yang luar biasa akhirnya menguasainya. Ketika mobilnya melaju, sesekali ia memejamkan mata, berharap tiba di rumah secepatnya.
Namun, tiba-tiba sebuah cahaya terang menghantam pandangannya. Semua terjadi begitu cepat. Bayu tidak bisa mengendalikan mobilnya dan terdengar suara benturan keras, disertai rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Dalam sekejap, semuanya gelap.
****
Ketika Bayu membuka matanya, ia terkejut. Ia merasakan tubuhnya ringan dan segar, tidak seperti sebelumnya. Ia berada di ruangan yang tampak familiar, sebuah kamar tidur yang pernah ia lihat, namun kini terasa berbeda. Lalu pandangannya jatuh pada sosok di sampingnya, seorang wanita dengan wajah teduh yang sedang tertidur pulas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Birth
Historia CortaCerita pendek kisah cinta hingga kelahiran buah hati mereka