BUCIN•||•HEEJAKE LOKAL

Dua belas

.
.
.

Jake batal pergi bersama keluarga Heesa,dikarenakan hanya keluarga inti yang boleh masuk kedalam auditorium tempat wisuda dilaksanakan.Jadi daripada Jake menunggu sendiri diluar,Mawar meminta Jake agar pergi dengan keluarganya saja ketika acara Heesa selesai.

Mawar sudah memberitahunya sejak jam 6 pagi dimana Jake baru saja selesai mandi.

Sekarang sudah pukul sepuluh pagi,
Jake sudah bersiap-siap karna bunda Heesa sudah mengabarkan jika acaranya sebentar lagi selesai.

"Udah siap sayang?"

Airin melangkah masuk menghampiri anaknya yang tengah berdiri didepan kaca panjang yang tengah mematut penampilan dirinya.

"Udah ma,bajunya cantik kan ma,ini buatan bundanya kak Heesa sendiri loh"

Airin mengangguk seraya memperbaiki tatanan rambut anaknya."Cantik,sama kayak yang pake"

Jake tersenyum malu,lalu memeluk mamanya dengan sangat erat."Mama ah,Jake itu ganteng tau,bukan cantik."

Airin terkekeh,ia mengelus Surai putranya dengan lembut.Airin merenggangkan pelukannya,lalu memegang kedua bahu putranya,menatapnya lamat.

Jake menatap balik mamanya dengan senyuman yang masih terpatri diwajahnya.

"Sayang,anak mama yang cantik dan ganteng,makasih ya udah nerima mama.Mama sayang banget sama kamu,makasih juga Jake udah sayang sama mama seperti Jake sayang ke ibu kandung Jake"

Gatau kenapa Airin pengen aja ngungkapin rasa sayang dan terimakasihnya pada anak sambungnya ini.Melihat Jake tumbuh jadi anak yang sangat manis dan terang-terangan dalam mengungkapkan rasa sayang sama dia,bikin hati Airin menghangat dan merasa beruntung bisa jadi bagian dari hidup anaknya itu.

Sedangkan ekspresi Jake saat ini menimbulkan sedikit kekehan gemas dari kurva cantik milik Airin.Mata Jake mengerjap pelan,dia masih merasa tidak menyangka jika mamanya akan berkata seperti itu secara tiba-tiba.

Jake tatap mamanya yang kini belai lembut pipinya,dirinya genggam tangan mamanya yang ada dipipinya.

"Ma,Jake yang sangat berterimakasih sama mama,karna mama udah mau jadi istri papa,udah mau jadi mama buat Jake.Makasih mama udah sayang sama Jake seperti mama sayang sama Baskara anak kandung mama—"

Jake merasa tidak sanggup melanjutkan perkataannya,padahal banyak sekali kalimat-kalimat terimakasih dan rasa syukur yang ingin ia sampaikan pada mamanya. Namun sebelum semuanya keluar,air matanya lebih dulu meluncur,ujung bibirnya turun melengkung kebawah.

Airin terkekeh,ia usap air mata itu lalu mengecup pipi anaknya dengan sayang.

"Kok jadi nangis hm,liat ini bedaknya luntur loh nanti ga cantik lagi,emang mau Jake keliatan jelek pas ketemu sama kak Heesa nya?"

Bukannya menenangkan,mamanya itu
malah menggodanya,membuat Jake semakin menangis dengan menenggelamkan wajahnya diceruk leher mamanya.

"H-hiks mama...hu—um"

"Sshh...shhh...mama becanda sayang,udah ya jangan nangis lagi"

Airin mengelus punggung anaknya berniat menenangkan.

"Sayang masih lama—?"

Ramiel terhenti didepan pintu kala mendengar isakan tangis anaknya yang teredam dalam ceruk leher istrinya.

Ramiel menghampiri keduanya"Kenapa ma?"

Sebelum Airin menjawab,Jake lebih dulu melepas pelukan mamanya dan beralih memeluk papanya.

"H-hiks pa—huks...mama tiba-tiba ngomong kayak gitu hiks,Jake jadi sedih"

Ramiel mengerutkan dahinya,menatap istrinya bertanya dengan tangan yang sedia mengelus lembut punggung anaknya yang kini berada dalam pelukannya.