Kelanjutannya

22 7 1
                                    

"Jungwon.."

Jungwon yang sedang mengerjakan pekerjaan nya pun menoleh. Rupanya yang memanggilnya adalah ayahnya, Bima.

Perlu diketahui bahwa waktu telah berjalan begitu cepat, sudah sekitar 1 bulan setelah kejadian itu. Jungwon baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan menerbitkan satu buku.

Oh benar, Jungwon adalah seorang penulis dan dia menulis cerita novel yang dia alami kemarin dan menerbitkannya sebagai sebuah buku.

Kini dia sedang ada projek baru dan menulis cerita baru.

"Jungwon, Abang mu sudah bangun.."

Jungwon berdiri dari duduknya. Dia terlihat panik dan berjalan ke kamar Heeseung tanpa mendengar perkataan Bima selanjutnya.

Cklek

"Abang.."

Jungwon menatap Heeseung yang kini duduk di kasurnya dengan tatapan kosong ke jendela kamarnya.

"Bang.."

Jungwon menghampiri Heeseung dan menyentuh tangan kiri Heeseung yang membuat Heeseung terkejut dan menatap Jungwon bingung.

"Apa?"

Jungwon tersenyum, dia duduk di tepi kasur dan menatap Heeseung yang menatapnya juga.

"Gimana perasaan Abang hari ini?"

"Riki.."

Jungwon terdiam sejenak sebelum akhirnya kembali tersenyum dan mengusap telapak tangan Heeseung.

"Riki baik-baik saja, Bang.. Abang enggak perlu khawatir.. Abang fokus aja sama kesembuhan Abang."

Jungwon menatap bahu kanan Heeseung yang masih di perban. Bahu kanan Heeseung masih butuh pengobatan intensif.

"Won.. kenapa?"

Jungwon menatap Heeseung bingung, Heeseung menatap Jungwon dengan tatapan kosongnya.

"Kenapa??"

"Apa maksud Abang??" Tanya Jungwon.

"Kenapa kamu menusuk ku disini?" Tanya Heeseung sambil menyentuh bahu kanannya.

Jungwon menunduk, rasa bersalah muncul di dalam hatinya.

"Maaf bang.. aku-"

"Kenapa kamu tidak menusuk ku disini!"

Jungwon terkejut saat secara tiba-tiba Heeseung menyentuh dadanya. Emosi Heeseung mulai tidak stabil. Dia mulai membenci dan marah pada dirinya sendiri.

"Bang.. udah bang.." Jungwon memegang tangan Heeseung yang secara tiba-tiba memukul-mukul dadanya.

Jungwon memeluk Heeseung dan mengusap punggung Heeseung.

"Karena aku.. Riki terluka.. karena aku.. bunda terluka.. ini semua karena aku!!"

Jungwon bisa merasakan kaosnya agak basah karena air mata Heeseung. Jungwon memeluk Heeseung erat dan berusaha menenangkan abangnya itu.

"Udah bang.. semuanya udah berlalu.."

"Kenapa kamu enggak bunuh aja Abang mu yang menjijikan ini!!"

"Abang!"

Jungwon melepaskan pelukannya dengan Heeseung. Dia mengatakan Heeseung secara mendalam.

"Semuanya udah berlalu, Riki sekarang dalam pengobatan dan Bunda.. bunda juga dalam pengobatan psikologis."

"Enggak.. semuanya membenci ku.. seharusnya aku bisa mengendalikan roh itu. Seharusnya ku tahan saja sampai jiwa ku hancur.. setidaknya tak ada yang terluka jika aku dilenyapkan oleh roh itu.."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Mystery Of Grandma's House Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang