Michael melangkah masuk ke dalam Serikat Kerajaan, diikuti oleh Gareth yang menatapnya penuh perhatian. Cahaya suram dari lilin-lilin di sepanjang aula memantulkan bayangan lembut di dinding, menciptakan atmosfer yang tegang. Michael tampak lelah dan lusuh; sisa-sisa pertempuran masih membekas di tubuhnya.
Gareth menghentikan langkahnya dan menatap Michael dengan tatapan tajam. "Sepertinya misi ini tidak berjalan dengan baik. Jelaskan apa yang sebenarnya terjadi," ucapnya dengan nada rendah namun tegas.
Michael menghela napas panjang, seolah berusaha mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan apa yang telah ia alami. "Pria itu... dia bukan manusia biasa," gumam Michael, suaranya serak. "Kami berhasil sampai di Aphorise. Tempat itu... hanya sebuah desa terpencil yang terlihat seperti telah lama ditinggalkan. Sunyi, hanya dihuni oleh pepohonan tua dan rawa-rawa yang mengeluarkan aroma tanah basah. Beberapa kerangka berserakan, tulang-belulang yang tampak sudah puluhan tahun tak terjamah."
Gareth mendengarkan dalam diam, wajahnya tanpa ekspresi, namun sorot matanya penuh perhatian.
"Di tengah desa itu, kami menemukan tugu yang aneh... bukan seperti gapura biasa. Tugu itu menjulang sunyi di tengah-tengah pepohonan. Ukiran di permukaannya... entah bagaimana terasa menyeramkan." Michael menggambarkan dengan mata kosong, seakan kembali mengingat apa yang ia lihat. "Di sana terpahat sosok seorang wanita, melayang di udara, dikelilingi bayangan-bayangan manusia di bawahnya. Orang-orang itu terlihat menyerang, atau mungkin... mengutuknya."
Gareth menatap Michael dalam-dalam, mencoba menangkap setiap detail yang disampaikan. Sesaat, ia menyadari ada lebih dari sekadar kekalahan fisik yang dialami Michael.
"Sebelum kami sempat melangkah lebih jauh ke dalam Aphorise, seseorang menghadang kami," ujar Michael, suaranya sedikit bergetar. "Seorang pria misterius... Dia mengenakan jubah lusuh yang terlihat menyatu dengan bayangan di sekitarnya." Michael terhenti, menelan ludah seakan berat untuk melanjutkan, sebelum akhirnya melanjutkan dengan nada penuh kehati-hatian. "Dan... dia membawa pedang. Pedang itu... aku yakin, itu adalah milik Sir Galen."
Gareth menegang, sorot matanya berubah tajam dalam sekejap. Seolah beban berat menghantam dadanya. Peninggalan paling berharga dari ayahnya-pedang yang seharusnya terkubur bersama kenangan Sir Galen-kini berada di tangan seorang asing, sosok yang muncul begitu saja di Aphorise.
"Bagaimana mungkin..." gumam Gareth, nyaris tak terdengar. Seketika pikiran dan ingatannya membanjiri pikirannya, berputar-putar antara masa lalu dan kenyataan yang pahit.
"Ini tidak mungkin... Pedang itu, di tangan seseorang?" Gareth bergumam dalam hati, merasa seolah kenyataan yang dihadapinya adalah ilusi pahit. Pedang itu telah hilang sejak hari ayahnya meninggal-hari yang menghancurkan seluruh dunianya. Tetapi mengapa sekarang muncul kembali? Di tangan seorang asing di Aphorise?
"Apakah orang itu... yang membunuh ayah?" Pikirnya, rasa marah dan ngeri bercampur dalam dirinya. Pertanyaan itu berputar, mengguncang keyakinannya. Tangan Gareth terkepal erat, perasaannya bergolak di balik sikapnya yang tenang. Kenangan akan Sir Galen, pria yang dihormatinya, kini diwarnai keraguan dan dendam yang kian membara.
Michael mengamati Gareth yang tampak terhanyut dalam pikiran-pikiran kelam, matanya menatap kosong seakan tersesat dalam bayang-bayang masa lalu. Dia memahami betul beban yang dirasakan Gareth-Sir Galen bukan hanya seorang ayah, melainkan ksatria legendaris yang diidolakan banyak orang.
"Kau baik-baik saja, Gareth?" Michael bertanya dengan nada lembut, mencoba menyentuh sisi tenang sahabatnya di tengah badai emosional yang jelas ia rasakan.
Geralt mengerjap, tersadar dari lamunannya, lalu mengangguk perlahan. "Ya... Mungkin aku hanya perlu waktu," jawabnya, suaranya nyaris berbisik. "Sepertinya aku hanya bisa mengantarmu sampai sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark and light: The Untouchable and the Ghost
ActionTiga tahun setelah Perang Empat Puncak yang mengubah takdirnya, Gareth, ksatria terhormat dari kerajaan Aryllie, kini dikenal dengan gelar The Untouchable. Keberaniannya yang luar biasa dalam menghadapi 600 ksatria dari tiga kerajaan sendirian menja...