Chapter 8: Arslanian's Gambit

4 0 0
                                    

Hening mencengkeram udara. Para ksatria Aryllie berdiri terpaku, memandang sosok Arslanian yang kini berdiri di sisi Dominico. Bisik-bisik mulai terdengar di antara mereka, mengoyak keheningan yang menyesakkan.

"Itu dia... Orang itu," gumam salah seorang ksatria dengan suara gemetar.

"Orang itu? Maksudmu-"

"Ya," potong ksatria lainnya, suaranya sarat dengan kecemasan. "Dia yang menghancurkan The Untouchable tiga tahun lalu. Saat Perang Empat Puncak."

Bisikan itu berlanjut, merambat seperti api yang membakar dedaunan kering. Seorang ksatria muda yang belum pernah mendengar kisah itu bertanya dengan penuh rasa ingin tahu. "Apa maksudmu? Bukankah Tuan Gareth tidak terkalahkan?"

Ksatria yang lebih tua, wajahnya diliputi bayangan masa lalu, mengangguk pelan. "Itu juga yang kami pikirkan. Tapi saat itu, pria ini... Arslanian... dia menghancurkan baju zirah Gareth dengan satu serangan. Gerakan tangannya cepat, tajam, dan tanpa ragu. Tidak ada waktu untuk melawan. Kami semua hanya bisa berdiri di sana, terpaku. Bahkan angin pun berhenti berhembus."

Ksatria muda itu menelan ludah, tubuhnya mulai bergetar. "Jadi, dia benar-benar yang disebut The Man Who Damaged the Untouchable?"

"Benar." Nada suara ksatria tua itu penuh kepastian, namun juga ketakutan. "Sejak hari itu, kami berjanji untuk tidak pernah membicarakannya. Tapi entah bagaimana, rumor itu menyebar. Kini para bangsawan pun tahu."

Hening kembali menyelimuti mereka, namun rasa takut itu tak bisa disembunyikan. Beberapa ksatria mencengkeram gagang pedang mereka lebih erat, seolah-olah itu bisa memberikan mereka keberanian.

Di tengah keheningan itu, Gareth berdiri tegak, menatap langsung ke arah Arslanian. Bayangan masa lalu menyerbu pikirannya-tusukan yang menghancurkan baju zirahnya, senyuman dingin pria itu, dan darah yang mengalir dari tubuhnya saat itu.

Namun, ia menepis ketakutan yang mencoba menguasai hatinya. Matanya menyala dengan tekad. "Tidak kali ini," gumamnya pelan, suaranya hanya cukup untuk dirinya sendiri.

Dominico melirik pasukan ksatria yang mulai tampak goyah. Tawa besarnya meledak, memecah keheningan seperti badai. "Hah! Lihat wajah-wajah itu. Arsla, kau benar-benar menguasai panggung, seperti biasa!"

Arslanian tetap diam, hanya sedikit menyeringai, tatapannya tetap pada Gareth yang berdiri tak bergerak di hadapannya.

Dominico melangkah maju, senyumnya melebar penuh kebengisan. "Jadi, ksatria Aryllie, apa kalian akan tetap berdiri di sini seperti patung, atau kalian ingin mencoba keberuntungan kalian melawan kami? Atau mungkin... kalian lebih suka lari dengan ekor di antara kaki kalian?"

Sorak sorai para kru bajak laut meledak, memenuhi udara dengan ejekan dan gelak tawa yang menggelegar.

Namun, suara Gareth memotong kebisingan itu. Tegas. Lantang. Penuh wibawa.
"Ksatria Aryllie tidak pernah lari dari pertempuran!"

Ia mengangkat pedangnya tinggi, sinar matahari senja memantulkan kilauan dari logamnya. Matanya menatap lurus ke arah Dominico dan Arslanian, menembus segala ancaman yang mereka wakili.

"Jika kalian ingin menjadikan daratan ini ladang pesta darah, maka kami adalah tembok yang akan menghentikan kalian! Di sini. Sekarang."

Sorakan para ksatria bergemuruh, membangkitkan semangat yang sempat teredam.

Dominico tertawa lebih keras, nadanya penuh kegirangan. "Itulah yang ingin kudengar! Ayo, Arsla, mari kita mulai pesta ini-!"

"Tidak," potong Arslanian dengan dingin.

Dark and light: The Untouchable and the Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang