Chapter 2: The Path of Shadow

0 0 0
                                    

Setelah pertemuan dengan Raja dan para anggota bangsawan, Gareth keluar dari aula dengan langkah kaki yang berat. Meskipun ia dikenal dengan ketenangannya yang tak tergoyahkan, saat ini, Gareth berjalan dengan pandangan kosong, tenggelam dalam pikirannya. Setiap langkahnya terasa seperti beban yang berat, dan pikiran tentang masa lalu serta keputusan yang baru saja diambil mengganggu ketenangannya.

Saat melewati lorong yang sepi, Gareth bertemu dengan Michael of the Sun, seseorang yang menggantikan posisinya untuk menjalankan misi ke Aphorise. Michael berdiri dengan baju zirah yang memiliki ukiran matahari, penuh percaya diri, aura kepemimpinan terpancar dari dirinya. Namun, di balik sikapnya yang tegas, Gareth dapat merasakan ketegangan yang tersembunyi.

"Gareth," kata Michael, mendekat dengan nada hangat. "Aku berharap kamu dapat meminjamkanku kekuatan serta keberanianmu untuk menjalankan tugas ini."

Gareth menatap Michael, melihat dedikasi yang terpancar dari mata rekannya itu. "Tentu," jawab Gareth tegas. "Kekuatanku akan selalu bersamamu dan para prajuritmu. Demi Aryllie!"

"Katakan padaku, alasan utama mengapa kau menolak tugas ini? Banyak suara berhembus tenang mengenai seseorang dari Aphorise. Siapa dia sebenarnya?" Michael bertanya, menatap Gareth dengan serius.

Gareth menghela napas dalam-dalam, memikirkan kata-katanya sebelum menjawab. "Orang tersebut bukanlah rumor belaka. Ia memang benar adanya dan yang terpenting, dia sangatlah kuat," ujarnya, mengingat kembali semua cerita dan desas-desus yang beredar di kalangan ksatria tentang The Ghost of Aphorise.

"Jadi, kau tahu siapa dia?"

Gareth mengangguk pelan. "Dia sangatlah misterius dan gerakannya tidak mudah diprediksi."

Michael mengernyit, "Apa kamu benar-benar yakin bahwa kita dapat menghadapinya jika situasinya menuntut kita untuk bertarung?"

"Aku percaya kita harus mempersiapkan diri dengan baik," Gareth menjawab, mata Gareth mulai bersinar dengan semangat.

Mereka berbincang cukup lama, merumuskan strategi dan rencana yang lebih matang. Gareth dan Michael, dua ksatria hebat dari Aryllie, menciptakan skema taktis yang memperhitungkan segala kemungkinan. Rencana itu melibatkan pengintaian dan pengumpulan informasi dari penduduk setempat, serta menjalin aliansi dengan siapa pun yang bersedia membantu.

"Kita juga perlu mempersiapkan mental dan fisik para prajurit kita," Michael menambahkan. "Karena bukan hanya melawan musuh yang kuat, tetapi juga menghadapi ketakutan yang mungkin membayangi mereka ketika berhadapan dengan legenda."

Gareth mengangguk, merasa terinspirasi oleh semangat Michael. "Benar. Kemenangan bukan hanya ditentukan oleh kekuatan, tetapi juga oleh kesiapan mental kita. Kita harus ingat untuk tetap bersatu dan saling mendukung, apapun yang terjadi."

Dengan strategi yang telah dirancang, keduanya merasakan rasa percaya diri yang baru. Saat mereka bersiap untuk meninggalkan ruangan, Gareth menepuk bahu Michael. "Ingat, apapun yang terjadi, kau harus menghadapi ini bersama. Dan Aku akan selalu mendukungmu dari jauh."

Michael tersenyum, "Terima kasih, Gareth. Itu sangat berarti bagiku."

Di bagian hutan yang terpencil, di mana cahaya nyaris tidak menembus kanopi lebat, seorang pria berjalan dengan langkah pasti, mengenakan jubah yang tertutup debu. Pedangnya, tetap bersinar cemerlang, memantulkan sinar matahari yang paling redup yang berhasil menembus dedaunan.

Saat dia melangkah, senyum tenang dan penuh kemenangan terlihat di bibirnya, sangat kontras dengan kesuraman di sekelilingnya. Pikirannya dipenuhi oleh kenangan yang jelas dan tak terlupakan: momen ketika dia menusukkan pedangnya ke dalam baju zirah musuhnya-suatu prestasi yang meninggalkan bekas tak terhapuskan pada reputasinya. Gambaran pedangnya yang tajam menembus pertahanan lawan yang tampaknya tak terkalahkan memenuhi dirinya dengan rasa kemuliaan dan kepuasan yang mendalam.

Dark and light: The Untouchable and the Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang