Di dalam kamar mandi yang dipenuhi uap hangat, Emy duduk dengan nyaman di atas bangku kayu, menikmati air hangat yang mengalir di tubuhnya. Erin berdiri di belakangnya, dengan lembut menyeka punggung majikannya. Keheningan kamar itu hanya ditemani oleh suara gemericik air. Namun, Emy tampak berbeda hari itu. Wajahnya yang biasanya cerah terlihat sedikit letih, dan gerakannya lebih lamban dari biasanya.
"Belakangan ini, aku merasa aneh," Emy membuka suara, suaranya hampir tenggelam di antara aliran air. "Tubuhku cepat sekali lelah, dan... aku sering merasa mual, terutama di pagi hari."
Erin menghentikan gerakannya sejenak, memandangi punggung Emy dengan tatapan penuh tanya. "Apakah... apakah mungkin Nyonya hamil?" tanyanya pelan, suaranya mengandung rasa ingin tahu sekaligus keraguan.
Emy menoleh dengan mata yang melebar, bibirnya sedikit terbuka, seolah baru menyadari kemungkinan itu. Lalu, perlahan-lahan, senyuman tipis terbit di wajahnya. "Mungkinkah? Jika iya... ini berita yang luar biasa!" katanya penuh semangat, matanya berbinar seperti bintang yang baru menyala.
Dia meletakkan tangannya di perutnya, membayangkan kehidupan baru yang mungkin sedang tumbuh di dalam sana. "Aku harus memberitahu Galen... dan Ayah. Mereka pasti akan sangat bahagia mendengarnya," tambahnya dengan nada yang penuh harapan.
Erin tersenyum kecil mendengar antusiasme Emy, tetapi di dalam hatinya, ada perasaan aneh yang mulai muncul. Saat Emy kembali berbicara, perut Erin tiba-tiba terasa berat. Gelombang mual yang tajam naik ke tenggorokannya, begitu mendadak hingga ia hampir kehilangan keseimbangan.
Erin berusaha keras menahannya, tetapi tubuhnya tidak bisa berkompromi. Dengan suara gemeretak napas, ia menutup mulutnya dan memalingkan wajah, lalu dengan cepat memuntahkan isi perutnya di sudut kamar mandi.
"Erin!" Emy berteriak, matanya penuh kecemasan. Ia bangkit, meskipun tubuhnya masih lemah, dan bergegas menghampiri Erin.
Erin terhuyung, tangannya gemetar saat ia mencoba berdiri tegak. "Aku... aku baik-baik saja, Nyonya," katanya dengan suara lemah, meskipun wajahnya pucat pasi dan keringat dingin mengalir di pelipisnya.
"Ini tidak terlihat seperti 'baik-baik saja,'" balas Emy, suaranya penuh kekhawatiran. Ia meletakkan tangannya di bahu Erin, mencoba menenangkan gadis itu. "Aku tidak akan membiarkanmu terus bekerja seperti ini. Kita harus memanggil tabib!"
"Tolong jangan khawatir, Nyonya," Erin membalas dengan senyum canggung yang dipaksakan. "Mungkin aku hanya terlalu lelah."
Namun, di dalam hatinya, Erin merasa ada yang salah. Rasa mual yang tiba-tiba itu bukan sekadar akibat kelelahan. Ada sesuatu yang lebih besar, lebih dalam, yang bergejolak di dalam dirinya, sesuatu yang belum ia pahami.
Emy memandang Erin dengan mata yang penuh perhatian, lalu tiba-tiba tertawa kecil. "Ironis, bukan? Aku merasa mual-mual karena mungkin sedang mengandung anak, dan sekarang kau juga merasa mual. Kau yakin kau tidak sedang hamil juga?" tanyanya setengah bercanda, meskipun ada nada serius di balik ucapannya.
Erin terdiam. Pertanyaan itu menggantung di udara, membuat keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Mungkinkah? Tapi bagaimana mungkin? Erin mencoba menepis pikiran itu, tetapi bayangan tadi tetap menghantuinya.
Di dalam kamar mandi yang kini terasa semakin sunyi, dua wanita itu berdiri, masing-masing dengan rahasia tubuh mereka yang mulai terungkap perlahan.
"Aku izin keluar sebentar," ucap Erin kepada Emy dengan suara lemah, mencoba menyembunyikan gejolak dalam tubuhnya. Tanpa menunggu balasan, ia bergegas keluar dari kamar mandi, langkahnya terburu-buru.
Saat tiba di halaman belakang, tubuh Erin bergetar hebat. Rasa mual yang tak kunjung reda menyerang lagi, memaksanya membungkuk sambil menahan perutnya. Suara muntah yang tajam menggema di udara, melukai keheningan malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark and light: The Untouchable and the Ghost
ActionTiga tahun setelah Perang Empat Puncak yang mengubah takdirnya, Gareth, ksatria terhormat dari kerajaan Aryllie, kini dikenal dengan gelar The Untouchable. Keberaniannya yang luar biasa dalam menghadapi 600 ksatria dari tiga kerajaan sendirian menja...