"Apa yang kau bicarakan, Nenek tua!?" salah seorang ksatria bertanya dengan nada meremehkan. "Kau pasti bercanda, bukan? Lagipula, kau hanyalah seorang nenek tua yang tak bisa berbuat apa-apa. Mana mungkin kau tahu apa yang akan terjadi pada kami?"
"Benar! Kami adalah pasukan terkuat, dipimpin langsung oleh Michael of the Sun!" sambung ksatria lain dengan penuh keyakinan.
Nenek tua itu hanya tertawa kecil dengan suara seram yang menggema, seolah dia menyimpan rahasia tentang Aphorise yang tak mereka ketahui. "Dengar, para ksatria hebat," katanya dengan nada misterius. "Kalian mungkin merasa kuat, tetapi kalian tidak akan bisa melangkahkan satu kaki pun ke Aphorise. Karena... orang itu, The Ghost of Aphorise, atau yang lebih kalian kenal sebagai The Man Who Damage the Untouchable, adalah nyata!"
Setelah menyampaikan peringatan itu, nenek misterius tersebut menghilang begitu saja, seolah ditelan kegelapan malam. Ia lenyap seperti asap yang tertiup di atas api unggun.
Michael, yang mendengar dan menyaksikan semuanya, merasakan adrenalin mengalir deras di nadinya. Dia terdiam, merenung, dan menggenggam tangannya erat-erat, tekadnya semakin membara.
"Dengar! Kita mungkin tidak tahu apa yang menanti kita di sana. Tetapi satu hal yang pasti-kita akan menyelesaikan misi ini dengan sepenuh jiwa dan raga!" seru Michael dengan suara penuh keyakinan.
Para ksatria yang mendengar motivasi dari pemimpin mereka langsung bersorak dengan semangat yang membara. Tekad mereka semakin kokoh untuk menuntaskan misi ini, meskipun beberapa di antara mereka sempat merasakan keraguan setelah peringatan dari nenek misterius tadi.
Malam pun berlalu. Saat sinar mentari mulai menyinari cakrawala, Michael dan pasukannya telah bersiap untuk melanjutkan perjalanan mereka. Meski malam sebelumnya mereka didatangi tamu yang tak diundang, hal itu tak menggoyahkan tekad mereka.
Perjalanan hari itu dimulai tanpa gangguan. Dua ratus prajurit Michael berjalan rapi, setiap hentakan kaki mereka terdengar seperti irama musik yang teratur. Langkah demi langkah mereka susuri sembari membahas peristiwa malam sebelumnya.
"Apa mungkin yang dikatakan nenek tua itu memang benar?" tanya salah seorang ksatria.
"Apa kau bodoh?! Pasukan kita ada dua ratus ksatria terlatih. Mana mungkin kita kalah," jawab yang lain.
"Tetapi, jika rumor itu memang benar adanya, kita tetap harus waspada," ujar seorang prajurit lain. "Kita belum tahu apakah The Ghost of Aphorise itu bertindak sendirian atau memiliki pasukan.«
James, yang berjalan di samping Michael, mendengar percakapan dari para ksatria. "Kalian tidak perlu khawatir," katanya tegas. "Lakukan saja apa yang harus kalian lakukan."
Para ksatria yang sempat kehilangan semangat menelan ludah dalam-dalam. Mereka tahu bahwa misi ini menuntut keteguhan hati. Apa pun rintangan dan bahaya yang menghadang, mereka harus tetap kuat.
Saat matahari mulai terbenam, langit menampilkan semburat oranye yang indah. Dari kejauhan, Michael melihat sebuah desa besar yang tampak kumuh. Desa itu tidak seperti desa pada umumnya; hampir seluruh area desa dipenuhi rawa dan pepohonan lebat yang menutupi hampir seluruh wilayah. Dari jauh, mereka bisa melihat tulang belulang berserakan dan burung gagak yang berputar-putar di atas desa itu.
"Apakah kita telah sampai?" tanya James.
Michael mengangguk. "Tidak salah lagi, ini adalah Desa Aphorise yang kita tuju."
Ia memandang sekeliling desa. Tak ada tanda-tanda kehidupan yang bisa dilihat; yang tampak hanyalah sebuah kuburan raksasa. Suara burung gagak menggema, menciptakan suasana yang mencekam di telinga para ksatria. Mereka berhenti di gapura desa, tempat ukiran-ukiran tua terukir di batu. Ukiran itu memperlihatkan sosok besar yang melayang di udara, dengan sekelompok manusia di bawahnya yang tampak memeranginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark and light: The Untouchable and the Ghost
ActionTiga tahun setelah Perang Empat Puncak yang mengubah takdirnya, Gareth, ksatria terhormat dari kerajaan Aryllie, kini dikenal dengan gelar The Untouchable. Keberaniannya yang luar biasa dalam menghadapi 600 ksatria dari tiga kerajaan sendirian menja...