Hari itu dimulai dalam cahaya redup sebelum fajar ketika QuanRui dan Dylan menaiki pesawat kenegaraan Yunzhou yang akan menuju Jinmu. Langit di luar jendela pesawat perlahan bergeser dari gelap gulita menjadi cahaya lembut merah muda saat pagi tiba, seolah menerangi rute yang familiar bagi QuanRui untuk kembali ke rumah.
QuanRui duduk dalam keheningan, memandangi awan yang melayang di bawah mereka, pikirannya penuh dengan campuran emosi. Rasanya tidak nyata untuk kembali ke Jinmu—tempat yang seharusnya menjadi rumahnya sejak beberapa bulan lalu, namun sekarang terasa jauh, seperti sesuatu dari kehidupan lain.
Ketika akhirnya mereka turun di Jinmu, negara yang luas itu tampak di depan mata, kuil-kuil dan atapnya berkilauan di bawah matahari siang. Sesampainya di darat, serangkaian mobil sudah menunggu untuk mengantar mereka ke istana. Perjalanan berlangsung dalam keheningan, QuanRui melihat jalanan dan tempat-tempat yang familiar dengan perasaan terasing. Meskipun baru seminggu sejak terakhir kali dia berada di sini, tempat ini seakan dipenuhi kenangan yang sekarang terasa memudar, seperti foto-foto dalam album lama.
Tiba di Istana Jinmu, di mana begitu banyak staf istana menyambut mereka, QuanRui tidak langsung menuju ruang pertemuan dewan dimana kehadirannya diharapkan. Sebaliknya, dia meminta izin kepada Dylan untuk punya waktu sendirian dan kemudian menyelinap ke taman istana—tempat yang dulu dia kunjungi untuk menemukan ketenangan di tengah kekacauan.
Dia berjalan pelan di sepanjang jalur batu, jari-jarinya menyentuh daun-daun dan bunga-bunga yang hidup. Aroma dan suara yang familiar memenuhi udara, namun semuanya terasa berbeda sekarang.
Jinmu adalah rumahnya, namun juga bukan. Dia tak bisa menghilangkan perasaan menjadi orang asing, garis-garis antara hal-hal buram dalam cara yang tak sepenuhnya bisa ia pahami.
Keheningan yang dia rasakan kemudian terpecah oleh suara langkah ringan. QuanRui menoleh dan melihat Yujin, berdiri di sana dengan sebuah kotak kayu kecil di tangannya, tatapan malu-malu itu terlihat jelas.
"Ricky-hyung," kata Yujin, "Apa kabar?"
"Yujin-ah," suara QuanRui tidak bisa menahan kegembiraannya saat melihat pangeran termuda itu. Dia segera menghampiri Yujin dan membimbingnya untuk duduk di bangku taman terdekat.
"Aku baik-baik saja," jawab QuanRui kepada Yujin dengan sedikit kebohongan namun masih tersenyum padanya. "Bagaimana denganmu? Apa kamu libur hari ini, kenapa tidak sekolah?"
Sikap pemalu Yujin masih belum berubah. Dia hanya menundukkan kepala dan menjawab pertanyaan QuanRui dengan suara yang sangat pelan sehingga QuanRui harus mendekat agar bisa mendengar dengan jelas.
"Aku bolos sekolah hari ini," jawabnya. "Aku dengar kakakku tidak baik-baik saja, jadi aku pulang untuk mencoba menghiburnya."
QuanRui mengeluarkan gumaman lembut "Ahh...", merasa bingung harus merespon apa. Tapi mendengar dari Yujin bahwa Gyuvin juga tidak baik-baik saja, sedikit menenangkan egonya. Dia merasa tidak baik, begitu pula dengan Gyuvin. Entah kenapa easanya jadi lebih adil menurutnya.
"Hyung mau makan ini bersama?" Yujin tiba-tiba menunjukkan kotak kayu yang ia bawa, dan QuanRui bisa melihat deretan stroberi merah segar yang gemuk-gemuk di dalamnya.
Sudut bibir QuanRui sedikit terangkat. Dia tidak bodoh. Dia tahu ini dari Gyuvin dan mungkin sang putra mahkota menggunakan adiknya sebagai alasan untuk memberinya ini.
Jujur saja, dia merasakan campuran aneh antara kehangatan dan kejemuan; mungkin ini adalah cara Gyuvin untuk mendekatinya. Namun bagian dari dirinya juga merasa kesal karenanya, kenapa tidak datang sendiri? QuanRui menghela napas, sedikit cemberut di wajahnya.
QuanRui lalu tersenyum samar dan mengangguk, memberi isyarat kepada Yujin untuk mengambil stroberi dari kotak dan makan bersama dalam keheningan.
QuanRui menyadari sekarang bahwa mereka belum banyak berbicara dan belum saling mengenal banyak. Itu karena dia sibuk dan Yujin tinggal di asrama, mereka belum benar-benar punya waktu untuk berkumpul bersama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Crownbound [GYUICKY]
FanfikceQuanRui selalu menjadi pangeran termuda yang paling ambisius di istananya, namun disaat yang bersamaan dia merasa seperti anak yang paling tidak berguna. Terlalu tidak berguna sampai dia menyetujui pernikahan politik, berharap itu akan membuatnya se...